Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Silaturahim dengan Ulama Bogor dan Depok, Jokowi Klarifikasi 3 Isu Miring

Kompas.com - 21/11/2018, 22:16 WIB
Fabian Januarius Kuwado,
Dian Maharani

Tim Redaksi

BOGOR, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo, Rabu (21/11/2018) petang, bersilaturahim dengan 50-an kiai dan ulama dari Kota dan Kabupaten Bogor serta Kota Depok.

Silaturahim dilaksanakan di Masjid Baitussalam, yang berada di lingkungan Istana Kepresidenan Bogor.

Pengamatan Kompas.com, Presiden Jokowi yang mengenakan kemeja putih dibalut jas hitam serta celana dan peci berwarna senada tiba di masjid itu sekitar pukul 18.48 WIB.

Melihat kedatangan Presiden Jokowi, para kiai dan ulama langsung bangkit berdiri. Presiden pun menyalami mereka satu per satu sambil mencium pipi kiri dan kanannya.

Ajang silaturahim itu digunakan Presiden Jokowi untuk mengklarifikasi sejumlah isu miring atas dirinya.

Baca juga: Timses Yakin Paket Kebijakan Ekonomi XVI Tak Ganggu Elektabilitas Jokowi

"Mungkin ini sudah saya sampaikan berkali-kali, mungkin sudah ada yang dengar, mungkin juga ada yang belum," ujar Jokowi membuka klarifikasinya tersebut.

Pertama, mengenai isu bahwa Indonesia "diserbu" tenaga kerja asing, khususnya dari China. Jokowi menegaskan, isu itu tidak benar.

Presiden menegaskan bahwa jumlah tenaga kerja asing di Indonesia di bawah satu persen apabila dibandingkan dengan penduduk Indonesia, lebih tepatnya sebesar 0,03 persen alias sekitar 78.000.

Dari total jumlah tenaga kerja asing di Indonesia itu, jumlah tenaga kerja asal China hanya sebesar 24.000-an. Artinya, jumlahnya sangat sedikit.

"Justru tenaga kerja kita di China ada 84.000-an, di Hong Kong ada 160.000-an dan di Taiwan ada 200.000. Tambah saja jadi berapa itu. Artinya apa? Justru yang di sana jadi (antek) Indonesia. Jangan dibolak-balik," ujar Jokowi.

Isu kedua yang diklarifikasi oleh Presiden Jokowi, yakni bahwa Jokowi adalah antek asing. Presiden juga heran dengan tudingan ini.

Sebab di bawah pemerintahannya, justru sejumlah blok minyak dan gas serta tambang yang sebelumnya dikuasai oleh perusahaan asing, kini telah dimiliki oleh BUMN Indonesia. Beberapa di antaranya, yakni Blok Rokan, Blok Mahakam, dan Freeport.

"Kok enggak ada yang demo saya? Demo dukung maksudnya. Karena kalau dukungan doa, pasti sudah para ulama. Tapi demo dukungan moril ini yang harusnya jadi penambah semangat," ujar Jokowi.

Isu miring terakhir yang diklarifikasi Jokowi, yakni soal tuduhan bahwa dirinya adalah anggota Partai Komunis Indonesia (PKI).

Seperti yang seringkali diungkapkan di sejumlah kesempatan, Jokowi menjelaskan bahwa negara telah menyatakan PKI sebagai organisasi yang terlarang tahun 1965/1966. Jokowi sendiri lahir tahun 1961.

"Apa ada aktivis PKI balita?" tanya Jokowi yang diikuti tawa para kiai dan ulama.

Silaturahim Presiden dengan kiai serta ulama se-Bogor dan Depok itu merupakan bagian dari acara Maulid Nabi Muhammad SAW.

Usai silaturahim, Presiden Jokowi dan para ulama serta kiai melaksanakan  shalat isya di  masjid itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Nasional
Polri Sita Aset Senilai Rp 432,2 Miliar Milik Gembong Narkoba Fredy Pratama

Polri Sita Aset Senilai Rp 432,2 Miliar Milik Gembong Narkoba Fredy Pratama

Nasional
Pesawat Super Hercules Kelima Pesanan Indonesia Dijadwalkan Tiba di Indonesia 17 Mei 2024

Pesawat Super Hercules Kelima Pesanan Indonesia Dijadwalkan Tiba di Indonesia 17 Mei 2024

Nasional
Daftar Sementara Negara Peserta Super Garuda Shield 2024, dari Amerika hingga Belanda

Daftar Sementara Negara Peserta Super Garuda Shield 2024, dari Amerika hingga Belanda

Nasional
Profil Haerul Amri, Legislator Fraksi Nasdem yang Meninggal Ketika Kunker di Palembang

Profil Haerul Amri, Legislator Fraksi Nasdem yang Meninggal Ketika Kunker di Palembang

Nasional
Demokrat Minta Golkar, Gerindra, PAN Sepakati Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Demokrat Minta Golkar, Gerindra, PAN Sepakati Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Nasional
SYL Beli Lukisan Sujiwo Tejo Rp 200 Juta Pakai Uang Hasil Memeras Anak Buah

SYL Beli Lukisan Sujiwo Tejo Rp 200 Juta Pakai Uang Hasil Memeras Anak Buah

Nasional
Anggota Komisi X DPR Haerul Amri Meninggal Saat Kunjungan Kerja

Anggota Komisi X DPR Haerul Amri Meninggal Saat Kunjungan Kerja

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com