JAKARTA, KOMPAS.com - Komisioner Bawaslu Ratna Dewi Pettalolo menyebut, dirinya sudah menerima laporan terkait dugaan kampanye terselubung yang dilakukan Presiden Joko Widodo dalam acara pembebasan tarif tol Jembatan Suramadu.
Laporan yang diajukan oleh Forum Advokat Rantau tersebut, menurut Ratna, sudah lengkap.
Dalam waktu dekat, Bawaslu akan melakukan pembahasan untuk merencanakan pemeriksaan dugaan kampanye terselubung.
"Jadi sekarang kami sedang merencanakan, sebagai kewajiban kami, tata cara penanganan pelanggaran itu setelah kami registrasi akan dilakukan pembahasan pemeriksaan," kata Ratna saat dihubungi, Rabu (31/10/2018).
Baca juga: Jokowi: Saya Sudah Ingatkan Kiai Tak Acungkan 1 Jari di Suramadu
Sebelum melakukan pemeriksaan, Bawaslu belum dapat memutuskan ada atau tidaknya kampanye terselubung yang dilakukan oleh Jokowi saat melaksanakan tugasnya sebagai Presiden.
Keputusan baru bisa diambil Bawaslu setelah melakukan proses pemeriksaan sesuai prosedur.
"Nanti kami pelajari ya, apakah ada program pemerintah yang terindikasi kemudian dimanfaatkan untuk kepentingan pemilu," ujar Ratna.
"Kita belum bisa jawab iya atau tidak, tapi karena ini laporan, kan harus kami proses, jadi setelah pemeriksaan baru bisa kami buktikan," sambungnya.
Baca juga: Jokowi Dilaporkan ke Bawaslu atas Dugaan Kampanye Terselubung
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo dilaporkan ke Bawaslu lantaran dianggap melakukan kampanye terselubung saat menghadiri acara pembebasan tarif tol Jembatan Suramadu, Sabtu (27/10/2018).
Pelapor diketahui bernama Rubby Cahyady, seorang warga sipil yang tergabung dalam Forum Advokat Rantau.
Ruby menduga, Jokowi melakukan kampanye saat bertugas sebagai Presiden. Hal itu terlihat dari pose satu jari yang ditunjukkan beberapa orang yang berfoto bersama Presiden ketika acara peresmian berlangsung.
Pose tersebut dinilai menunjukkan citra diri Jokowi sebagai capres nomor urut 01.
"Diduga hal tersebut adalah merupakan pelanggaran kampanye, kampanye terselubung yang langsung di Suramadu dan pada masa kampanye, serta diviralkan melalui media massa. Terlebih di saat kesempatan tersebut (warga) memberikan simbol salam satu jari yang merupakan citra diri Pak Jokowi sebagai salah satu calon presiden," kata Rubby di kantor Bawaslu, Jakarta Pusat, Selasa (30/10/2018).
Meskipun Jokowi tak terlihat berpose satu jari, tetapi, Ruby menilai, unsur kampanye terselubung tetap terlihat dari pose satu jari yang ditunjukkan orang-orang di sekelilingnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.