JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Hidayat Nur Wahid menegaskan, partainya tidak mengandalkan coattail effect atau pengaruh elektoral dari pasangan capres-cawapres nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno pada Pemilu 2019 mendatang.
Hal itu ia tegaskan saat dikonfirmasi mengenai Surat Edaran Presiden PKS Nomor 05/D/EDR/DPP-PKS/2018 tentang Optimalisasi Anggota Legislatif DPR RI untuk Kampanye Cawapres Sandiaga Shalahuddin Uno, tertanggal 17 September 2018.
Selain memperkuat kampanye, diharapkan figur Sandiaga memberikan coattail effect atau dampak elektabilitas terhadap partai.
Baca juga: Penjelasan PKS soal Surat Edaran Optimalisasi Kampanye Sandiaga
"Kami, PKS, tidak membasiskan pilihan politik kami pada kemungkinan mendapat coattail effect," ujar Hidayat di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (22/10/2018).
"PKS itu selama ini basisnya peningkatan suara dan peningkatan kursinya tidak terkait dengan capres dan cawapres," ucapnya.
Hidayat memaparkan, perolehan suara PKS yang dinilainya cukup signifikan pada Pilpres 2004. Sementara, tidak ada satu kader PKS yang maju sebagai capres atau cawapres.
Pada Pilpres 2009, Hidayat mengklaim perolehan kursi PKS mengalami peningkatan dari 45 ke 57 kursi. Saat itu, tidak ada pula kader PKS yang maju di Pilpres.
Baca juga: Presiden PKS Perintahkan Anggota Fraksi Optimal Kampanyekan Sandiaga
Pada pemilu 2014, kata Hidayat, perolehan suara PKS mengalami peningkatan meski jumlah kursi di parlemen berkurang.
Saat Pilpres 2014, PKS mengusung pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.
Menurut Hidayat, pencapaian PKS pada beberapa kali pemilu merupakan efek dari kerja mesin partai, soliditas struktur partai dan kinerja para kader.
"Kami selama ini membasiskan diri pada kemampuan mesin partai, soliditas, dan kinerja anggota partai. Kami tidak pernah membasiskan capaian politik kami pada coattail effect," kata Hidayat.