JAKARTA, KOMPAS.com - Pakar psikologi politik Universitas Indonesia Hamdi Muluk menilai wajar Sekjen Partai Amanat Nasional (PAN) Eddy Soeparno mengakui partainya lebih fokus untuk memenangkan pemilu legislatif ketimbang pemilu presiden 2019.
PAN adalah pendukung pasangan calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Menurut Hamdi, ada isyarat tersendiri mengapa PAN terkesan lebih terang-terangan menyampaikan hal tersebut dibandingkan partai koalisi Prabowo-Sandi lainnya, seperti PKS dan Demokrat.
Baca juga: Sekjen PAN Akui Sejumlah Calegnya Menolak Kampanyekan Prabowo-Sandi
Hal itu tampak berbeda dengan Demokrat dan PKS. Menurut Hamdi, Demokrat sudah memiliki figur yang kuat, yaitu Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Figur SBY dinilainya sudah menopang elektabilitas Demokrat.
"Karena SBY tahu dia adalah ikon buat pemilih caleg partai Demokrat. Tidak ada untungnya mendorong-dorong kader kampanye sosok Prabowo karena asosiasinya makin jauh dari pemilih Demokrat," kata dia.
Sementara PKS memiliki keunikan tersendiri. Menurutnya PKS dan konstituennya cenderung konsisten mendukung Prabowo-Sandi. Di sisi lain, PKS dinilainya juga tak mengkhawatirkan basis pemilihnya.
"Karena pemilih PKS, party identity-nya kuat, dan relatif militan tetap memilih PKS. Ini juga sudah terbaca dari rangkaian survei sebelum-sebelumnya hampir 90 persen pemilih PKS pilih Prabowo," papar Hamdi.
Baca juga: PAN Akui Fokus Hadapi Pileg Dibanding Menangkan Prabowo
Oleh karena itu, PAN dinilainya perlu berjuang keras meningkatkan elektabilitasnya agar lolos ambang batas parlemen. Dengan sikap seperti itu, kata Hamdi, PAN bersikap realistis dengan membuka ruang kepada pendukung pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin untuk mau memilih PAN.
"Jadi kalau menurut calegnya keterpilihan dengan meng-endorse Jokowi-Ma'ruf apa boleh buat. Be realistic," ungkapnya.
Pada akhirnya, lanjut Hamdi, partai tetap memprioritaskan kepentingannya sendiri. Apabila tak lolos ambang batas parlemen, partai akan mengalami risiko yang besar.
"Untuk (memilih) tidak mendukung Prabowo-Sandi adalah langkah paling realistis. Karena toh partai-partai pada akhirnya akan mementingkan kepentingan partai sendiri. Kalau tidak lolos parliamentary threshold, kan rugi sendiri juga," katanya.
Baca juga: Eddy Soeparno: PAN Harus Kuat di Legislatif agar Pemerintahan Prabowo Efektif
Sebelumnya, Eddy Soeparno menjelaskan, saat PAN memutuskan mengusung Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto di Pilpres, seluruh kader yang hadir dalam Rapat Kerja Nasional menyambutnya dengan gembira.
Namun, hanya berselang beberapa hari kemudian, banyak kader PAN menyadari bahwa eksistensi partainya akan tergerus karena tak mempunyai tokoh yang diusung di Pilpres.
"Saya menerima WhatsApp, SMS, wah ternyata yang kita pilih itu bukan kader. Kalau kita sekarang keluar teriak-teriak Pak Prabowo, yang dapat angin positifnya Gerindra, bukan PAN," kata Eddy saat menjadi narasumber dalam rilis survei PolMark Indonesia, di Jakarta, Kamis (18/10/2018).
Eddy mengakui, beberapa caleg PAN di daerah sudah ada yang terang-terangan menyatakan tidak akan ikut mensosialisasikan pasangan Prabowo-Sandiaga Uno saat kampanye.
"Di antara caleg kita yang berjuang di daerah, 'mohon maaf ketum, mohon maaf sekjen. Tetapi di bawah saya mungkin tidak bisa terang-terangan untuk berpartisipasi dalam pemenangan pak Prabowo. Karena konstituen saya tidak sejalan dengan itu. Jadi mohon maaf'," kata Eddy menirukan pernyataan caleg yang dimaksud.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.