Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Projo: Diganti Saja Capresnya...

Kompas.com - 11/10/2018, 18:42 WIB
Fabian Januarius Kuwado,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Relawan DPP Projo memenuhi undangan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), Kamis (11/10/2018). Bawaslu ingin mengklarifikasi laporan Projo terhadap Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno atas dugaan pelanggaran tindak pidana pemilu.

Tim hukum DPP Projo Freddy Alex Damanik pun berharap agar Bawaslu memberikan sanksi tegas kepada pasangan capres cawapres nomor urut dua itu atas pelanggaran yang dilakukan.

"Kalau caleg bisa didiskualifikasi, maka tidak berlebihan kalau kita berharap mereka juga diganti saja. Diganti saja capresnya, karena mereka telah merusak demokrasi dan melakukan tindakan memalukan," ujar Alex di Kantor Bawaslu, Jakarta pada Kamis siang.

Baca juga: Said Iqbal: Ratna Sarumpaet Menangis dan Minta Bertemu Prabowo

Projo melaporkan Prabowo dan Sandiaga atas dugaan melanggar Pasal 280 UU Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu.

Dugaan pelanggaran itu merujuk kepada pernyataan Prabowo dan Sandiaga mengenai Ratna Sarumpaet. Keduanya dianggap menyebarluaskan kabar bohong perihal tindak penganiayaan yang awalnya disebut menimpa Ratna.

Bahkan, Projo menilai bahwa keduanya mendiskreditkan pemerintahan Jokowi lewat pernyataannya tersebut.

Baca juga: Prabowo Subianto: Saya Minta Maaf

Belakangan, Ratna mengakui penganiayaan atas dirinya adalah karangannya semata. Oleh sebab itu, Projo menilai Prabowo dan Sandiaga telah menyebarluaskan berita bohong.

"Kami menduga apa yang disampaikan mereka merupakan hasutan, provokasi hingga menimbulkan ketidakpercayaan publik terhadap pemerintah. Mereka menggunakan kebohongan untuk mendiskreditkan pemerintah. Bahkan mereka menuduh pemerintah melanggar HAM dan menyerang personal Jokowi," ujar Freddy.

Dalam proses klarifikasi, Projo menyerahkan sejumlah bukti berupa video pernyataan Prabowo Subianto, Sandiaga Uno, Amien Rais, Fadli Zon dan lainnya terkait Ratna Sarumpaet.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal 'Presidential Club' Prabowo, Bamsoet Sebut Dewan Pertimbangan Agung Bisa Dihidupkan Kembali

Soal "Presidential Club" Prabowo, Bamsoet Sebut Dewan Pertimbangan Agung Bisa Dihidupkan Kembali

Nasional
KPK Periksa Dirut Nonaktif PT Taspen Antonius Kosasih

KPK Periksa Dirut Nonaktif PT Taspen Antonius Kosasih

Nasional
KPU Ungkap 13 Panitia Pemilihan di Papua Tengah yang Tahan Rekapitulasi Suara Berujung Dipecat

KPU Ungkap 13 Panitia Pemilihan di Papua Tengah yang Tahan Rekapitulasi Suara Berujung Dipecat

Nasional
Ekonomi Tumbuh 5,11 Persen, Jokowi: Negara Lain Masuk Jurang, Kita Naik

Ekonomi Tumbuh 5,11 Persen, Jokowi: Negara Lain Masuk Jurang, Kita Naik

Nasional
Eks Anak Buah SYL Beri Tip untuk Paspampres, Gratifikasi Disebut Jadi Kebiasaan

Eks Anak Buah SYL Beri Tip untuk Paspampres, Gratifikasi Disebut Jadi Kebiasaan

Nasional
TPN Resmi Dibubarkan, Hasto Tegaskan Perjuangan Tetap Dilanjutkan

TPN Resmi Dibubarkan, Hasto Tegaskan Perjuangan Tetap Dilanjutkan

Nasional
Kelakar Jokowi soal Kemungkinan Pindah Parpol Usai Tak Dianggap PDI-P

Kelakar Jokowi soal Kemungkinan Pindah Parpol Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
 Gerindra Sebut Indonesia Negara Besar, Wajar Kementerian Diperbanyak

Gerindra Sebut Indonesia Negara Besar, Wajar Kementerian Diperbanyak

Nasional
Satu Pejabat Pemprov Malut Jadi Tersangka Baru Kasus Gubernur Abdul Ghani Kasuba

Satu Pejabat Pemprov Malut Jadi Tersangka Baru Kasus Gubernur Abdul Ghani Kasuba

Nasional
RI Ajukan Penyesuaian Pembayaran Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae ke Korsel, Kemenhan Jelaskan Alasannya

RI Ajukan Penyesuaian Pembayaran Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae ke Korsel, Kemenhan Jelaskan Alasannya

Nasional
 Prabowo Disebut Ingin Tambah Jumlah Kementerian, Jokowi Klaim Tak Beri Masukan

Prabowo Disebut Ingin Tambah Jumlah Kementerian, Jokowi Klaim Tak Beri Masukan

Nasional
Menag Bertolak ke Arab Saudi Cek Persiapan Ibadah Haji untuk Jemaah Indonesia

Menag Bertolak ke Arab Saudi Cek Persiapan Ibadah Haji untuk Jemaah Indonesia

Nasional
Luhut Ingatkan Prabowo Jangan Bawa Orang 'Toxic', Jokowi: Benar Dong

Luhut Ingatkan Prabowo Jangan Bawa Orang "Toxic", Jokowi: Benar Dong

Nasional
Ganjar Harap Buruknya Pilpres 2024 Tak Dikloning ke Pilkada

Ganjar Harap Buruknya Pilpres 2024 Tak Dikloning ke Pilkada

Nasional
Bea Cukai Jadi Sorotan Publik, Pengamat Intelijen: Masyarakat Harus Beri Dukungan untuk Perbaikan

Bea Cukai Jadi Sorotan Publik, Pengamat Intelijen: Masyarakat Harus Beri Dukungan untuk Perbaikan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com