Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyakit Mulai Serang Pengungsi di Sulteng, Ini Upaya Tim Medis

Kompas.com - 09/10/2018, 09:00 WIB
Fitria Chusna Farisa,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pasca-gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah, 74.444 warga masih mengungsi di 147 titik.

Sehari-harinya, warga beraktivitas di tenda-tenda darurat yang didirikan di lapangan, halaman masjid, hingga lahan kosong.

Memasuki H+11 bencana, warga mulai terserang penyakit pneumonia atau infeksi paru-paru, dan diare.

Mengatasi hal tersebut, tim medis melakukan disinfeksi di kawasan permukiman, setelah sebelumnya melakukan disinfeksi di wilayah rumah sakit.

Baca juga: Jemput Warga Garut dari Palu, Wabup Usul Ada Diskon Ongkos Pesawat

Sutopo Purwo Nugroho di ruang kerjanya di Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kamis (4/10/2018)KOMPAS.com/FITRIA CHUSNA FARISA Sutopo Purwo Nugroho di ruang kerjanya di Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kamis (4/10/2018)
"Disinfeksi rumah sakit sudah selesai, dilaksanakan pada tahap kedua dan akan dilanjutkan disinfeksi di permukiman," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho di Kantor BNPB, Utan Kayu, Jakarta Timur, Senin (8/10/2018).

Sejak masa awal tanggap darurat bencana, tim medis telah dikerahkan untuk penanganan korban dan jenazah.

Baca juga: TNI Temukan Brankas Berisi Rp 1 Miliar di Reruntuhan Gereja di Sigi

Hingga kini, jumlahnya juga masih terus bertambah.

Tercatat, ada 1.175 orang personel kesehatan yang telah bertugas di lapangan, terdiri atas 278 dokter umum, 121 dokter spesialis, 527 perawat, 15 penata anastesi, 15 farmasi, 21 bidan, dan 198 non medik/paramedik.

Meski banyak rumah sakit yang rusak akibat bencana, saat ini telah difungsikan 14 dari 33 rumah sakit yang ada.

Selain di rumah sakit, pelayanan kesehatan juga dilakukan di lapangan dan tenda-tenda darurat.

"Rumah sakit yang rusak, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat menyiapkan fasilitas darurat untuk kesehatan," ujar Sutopo.

Baca juga: Barak Pengungsi Segera Dibangun di Palu, Sigi dan Donggala

Bantuan kesehatan juga terus disalurkan, mulai dari obat-obatan, ambulans darurat, tandu, hingga alat bantu disabilitas.

Meski demikian, ditemukan sejumlah kendala di lapangan seperti keterbatasan akses ke Kabupaten Sigi yang menyulitkan bantuan pelayanan dan logistik kesehatan.

Sampah medis yang menumpuk di rumah sakit dan sampah domestik juga semakin menggunung di jalanan sehingga menimbulkan bau menyengat.

Tumpukan sampah tersebut menjadi tempat perkembanganbiakan lalat, kecoa, dan virus.

"Selain itu, hingga kini masih dibutuhkan banyak SDM kesehatan, terutama tenaga bidan untuk ditempatkan di puskesmas," ujar Sutopo.

Gempa bermagnitudo 7,4 dan tsunami yang melanda Sulawesi Tengah, Jumat (8/10/2018) mengakibatkan 1.948 orang meninggal dunia.

BNPB juga mencatat, ada 835 orang hilang dan 10.679 orang luka berat. Tercatat pula 74.444 warga mengungsi di 147 titik.

Selain itu, dilaporkan 65.733 rumah dan 2.736 sekolah rusak. Ditambah lagi, terdapat 7 fasilitas kesehatan rusak berat, terdiri dari 1 rumah sakit dan 6 puskesmas.

.

.

.

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: #PrayForPalu #PrayForDonggala

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Profil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Dulu Antikorupsi, Kini Ditahan KPK

Profil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Dulu Antikorupsi, Kini Ditahan KPK

Nasional
Buru WN Nigeria di Kasus Email Bisnis Palsu, Bareskrim Kirim 'Red Notice' ke Interpol

Buru WN Nigeria di Kasus Email Bisnis Palsu, Bareskrim Kirim "Red Notice" ke Interpol

Nasional
Sama Seperti Ganjar, Anies Berencana Berada di Luar Pemerintahan

Sama Seperti Ganjar, Anies Berencana Berada di Luar Pemerintahan

Nasional
Anggap 'Presidential Club' Prabowo Positif, Jusuf Kalla: di Seluruh Dunia Ada

Anggap "Presidential Club" Prabowo Positif, Jusuf Kalla: di Seluruh Dunia Ada

Nasional
Dituntut 1 Tahun Penjara Kasus Pencemaran Nama Ahmad Sahroni, Adam Deni Ajukan Keberatan

Dituntut 1 Tahun Penjara Kasus Pencemaran Nama Ahmad Sahroni, Adam Deni Ajukan Keberatan

Nasional
Anies Mengaku Belum Bicara Lebih Lanjut Terkait Pilkada DKI Jakarta dengan Surya Paloh

Anies Mengaku Belum Bicara Lebih Lanjut Terkait Pilkada DKI Jakarta dengan Surya Paloh

Nasional
KPK Tahan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

KPK Tahan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

Nasional
Prabowo Tak Perlu Paksakan Semua Presiden Terlibat 'Presidential Club'

Prabowo Tak Perlu Paksakan Semua Presiden Terlibat "Presidential Club"

Nasional
'Presidential Club' Prabowo Diprediksi Jadi Ajang Dialog dan Nostalgia

"Presidential Club" Prabowo Diprediksi Jadi Ajang Dialog dan Nostalgia

Nasional
Gus Muhdlor Kenakan Rompi Oranye 'Tahanan KPK' Usai Diperiksa 7 Jam, Tangan Diborgol

Gus Muhdlor Kenakan Rompi Oranye "Tahanan KPK" Usai Diperiksa 7 Jam, Tangan Diborgol

Nasional
Adam Deni Hanya Dituntut 1 Tahun Penjara, Jaksa: Sudah Bermaafan dengan Sahroni

Adam Deni Hanya Dituntut 1 Tahun Penjara, Jaksa: Sudah Bermaafan dengan Sahroni

Nasional
Ide 'Presidential Club' Prabowo Diprediksi Bakal Bersifat Informal

Ide "Presidential Club" Prabowo Diprediksi Bakal Bersifat Informal

Nasional
Prabowo Mau Bentuk 'Presidential Club', Ma'ruf Amin: Perlu Upaya Lebih Keras

Prabowo Mau Bentuk "Presidential Club", Ma'ruf Amin: Perlu Upaya Lebih Keras

Nasional
Adam Deni Dituntut 1 Tahun Penjara dalam Kasus Dugaan Pencemaran Nama Baik Ahmad Sahroni

Adam Deni Dituntut 1 Tahun Penjara dalam Kasus Dugaan Pencemaran Nama Baik Ahmad Sahroni

Nasional
Polri Ungkap Peran 2 WN Nigeria dalam Kasus Penipuan Berkedok 'E-mail' Bisnis

Polri Ungkap Peran 2 WN Nigeria dalam Kasus Penipuan Berkedok "E-mail" Bisnis

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com