Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Hoaks Ratna Sarumpaet Dinilai Tak Otomatis Untungkan Jokowi

Kompas.com - 07/10/2018, 18:00 WIB
Yoga Sukmana,
Dian Maharani

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Saiful Mujani Research dan Consulting (SMRC), Djayadi Hanan menilai, kasus hoaks Ratna Sarumpaet tak otomatis menguntungkan Jokowi.

Seperti diketahui, kasus Ratna dinilai merugikan penantang Jokowi di pilpres, Prabowo Subianto. Prabowo ikut berkomentar soal kabar Ratna dianiaya. Namun ternyata kabar itu bohong.

"Jadi isu Ratna Sarumpaet itu belum tentu menambah elektoral Pak Jokowi," ujar Djayadi di Kantor SMRC, Minggu (7/10/2018).

Ia meyakini, Jokowi tak akan mendapat manfaat dari isu hoaks Ratna Sarumpaet dari sisi elektoral karena pendukung Prabowo tetap solid.

Djayadi mengatakan, para pendukung Prabowo tak akan pindah ke Jokowi karena isu hoaks Ratna Sarumpaet.

Baca juga: Survei SMRC: 73,4 Persen Responden Puas Kinerja Jokowi, 71,4 Yakin dengan Kepemimpinannya

"Ya dia (Prabowo) sudah berusaha untuk itu kan, mengaku itu salah. Minimal membuat pendukungnya memaafkan," kata Djayadi.

Menurut dia, kasus hoaks Ratna Sarumpaet harusnya dijadikan pembelajaran oleh para elite untuk lebih hati-hati menanggapi kabar yang berkembang.

Meskipun belum ada survei atau penelitian soal dampak hoaks Ratna Sarumpaet kepada elektabilitas Prabowo atau Jokowi, Djayadi mengatakan kasus itu bisa saja merugikan salah satu pihak.

"Semua pihak, tidak boleh menggunakan isu hoaks karena itu bisa merugikan diri sendiri kan," kata dia.

Seperti diketahui, sebelumnya beredar foto Ranta Sarumapaet dengan kondisi wajah yang bengkak. Disebutkan, Ratna mengalami penganiayaan di Bandung pada 21 September 2018.

Baca juga: SMRC: Peluang Menang Jokowi di 2019 Lebih Besar dari SBY pada 2009

Informasi itu terus bergulir hingga beberapa politisi mengunjungi Ratna dan menyatakan bahwa lebam di muka Ratna akibat dianiaya. Bahkan capres Prabowo sampai membuat konferensi pers setelah melihat kondisi Ratna.

Ia mengecam orang-orang yang disebut telah menganiaya Ratna  dan menyebutnya sebagai tindakan pengecut. Prabowo menilai kasus Ratna merupakan ancaman bagi demokrasi.

Namun pada Rabu (3/10/2018), Ratna justru meminta maaf kepada Prabowo hingga Amien Rais. Ia mengaku telah berbohong terkait kondisi di wajahnya.

Sehari berselang, pihak Kepolisian menangkap Ratna di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang. Keberadaan Ratna di bandara lantaran akan pergi ke Chile.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

Nasional
'Presidential Club', 'Cancel Culture', dan Pengalaman Global

"Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

Nasional
Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili di Kasus Gratifikasi dan TPPU

Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili di Kasus Gratifikasi dan TPPU

Nasional
Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintahan

Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang "Toxic" ke Dalam Pemerintahan

Nasional
Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Nasional
Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Nasional
Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Nasional
Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Nasional
'Presidential Club' Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

"Presidential Club" Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

Nasional
[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

Nasional
Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com