Dominasi pemilih di Pulau Jawa
Sementara itu, Direktur Pusat Kajian Politik Universitas Indonesia, Aditya Perdana memiliki pendapat yang berbeda.
Presiden Indonesia yang hampir selalu beretnis Jawa, menurut Adit disebabkan dominasi pemegang suara yang berada di pulau terpadat di Indonesia ini.
Alhasil, jumlah penduduk yang amat besar ini harus diwakili sosok seorang pemimpin.
“Ya faktanya memang kan pemilih sebagian besar ada di Jawa, jadi artinya ketika bicara tentang politik identitas, maka alasan itu masuk akal. Bahwa pemimpin yang berasal dari kelompok yang besar, dia harus diwakili,” kata Adit.
Baca juga: KPU Belum Bahas Aturan soal Parpol Baru Kampanyekan Calon Presiden
Namun, menurutnya tidak mudah untuk menentukan seorang calon pemimpin nasional. Ada hal-hal lain yang perlu diperhatikan, seperti pentingnya kombinasi untuk menyeimbangkan kelompok di luar Jawa.
Adit melanjutkan, dikotomi politik yang dulu berlaku sudah berbeda dengan yang ditemui sekarang ini.
“Dulu dikotominya kan antara dua, Jawa dan non-Jawa, militer dan non-militer. Tapi menurut saya udah banyak berubah soal itu, artinya sekarang pillih mana yang banyak yang setuju, militer oke, non-militer oke,” jelas Adit.
Hal itu menyebabkan, masyarakat saat ini lebih berpihak pada sosok-sosok yang memiliki prestasi dan menonjol di daerah, bukan lagi berdasarkan Jawa, anggota militer, atau bukan.
Hal ini sesuai dengan yang disebutkan Mada sebagai pilihan yang rasional.
Sayangnya, saat ini sosok-sosok yang menjadi pilihan masyarakat secara rasional itu belum begitu terlihat menjadi fokus partai politik untuk dijadikan sebagai calon pemimpin nasional.
Hanya saja jalan mengarah kesana sudah mulai terlihat.
Baca juga: PPP: Semakin Banyak Calon Presiden Semakin Baik
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.