Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AHY: AHY Dipasang-pasangkan, seperti Dijual Sana-Sini...

Kompas.com - 21/07/2018, 06:16 WIB
Ihsanuddin,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyadari adanya anggapan di publik bahwa ia tengah dijajakan sebagai calon wakil presiden oleh partainya.

"AHY selalu dijadikan sebagai seolah-olah obyek atau komiditas dalam politik, dipasang-pasangkan, seperti dijual sana-sini," kata AHY dalam silaturahmi di Jakarta, Sabtu (21/7/2018).

AHY membantah anggapan yang berkembang di publik itu. Ia menegaskan bahwa dirinya bukan obyek, melainkan juga subyek yang turut aktif melakukan komunikasi politik dengan sejumlah tokoh. Namun, memang tidak semua komunikasi yang dilakukan itu diketahui oleh media.

"Banyak sekali yang di belakang layar karena bagi saya yang paling penting membangun chemistry. Tidak selalu menggunakan corong," kata putra Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono ini.

Baca juga: AHY: Kalau Jokowi Umumkan Cawapres, Apa Semua "Happy"?

AHY mengatakan, komunikasi politik dengan para elite parpol memang penting dilakukan jelang Pilpres 2019. Sebab, setinggi-tingginya elektabilitas seorang politisi, peluangnya maju dalam pilpres sangat tergantung dengan fakta apakah yang bersangkutan memiliki tiket untuk mencalonkan diri jadi presiden.

Pasangan capres dan cawapres harus diusung oleh parpol atau gabungan parpol yang mengantongi 20 persen kursi DPR. Saat ini, tak ada satu pun parpol yang bisa mengusung paslon sendirian.

"Demokrat sendiri hanya mengantongi 10 persen suara. Itulah kenapa elite politik, tokoh politik, membangun komunikasi. Kita lakukan komunikasi politik dengan semua elemen," kata dia.

AHY mengatakan, dengan realitas tersebut, ada tiga opsi yang bisa diambil Demokrat dalam menghadapi pilpres 2019. Ketiga opsi itu yakni bergabung dengan kubu Presiden Joko Widodo sebagai petahana, kubu Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto sebagai oposisi, atau membuat poros baru.

Namun, menurut dia, masyarakat kebanyakan menginginkan ada tokoh baru yang muncul di Pilpres 2019. Menurut Agus, hal ini terlihat dari berbagai survei yang menunjukkan sekitar 40 persen belum menentukan pilihan.

"Rasa-rasanya rakyat kita yang besar itu punya hak-hak untuk menantikan hadirnya calon alternatif," kata AHY.

Partai Demokrat sebelumnya sempat menggadang-gadang AHY untuk berpasangan dengan Jusuf Kalla sebagai calon presidennya. Namun, upaya ini kandas setelah JK menyatakan tidak bersedia. JK lebih memilih membantu Jokowi di Pilpres 2019.

Setelah itu, Demokrat pun berupaya untuk memasangkan AHY dengan tokoh nasional lainnya. Ketua DPP Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean menegaskan, duet JK-AHY memang belum menjadi keputusan resmi partai, melainkan hanya aspirasi yang datang dari para kader Partai Demokrat.

Ada juga opsi tokoh lain yang disuarakan para kader untuk mendampingi AHY.

"Ada Anies-AHY, Gatot-AHY, Chairul Tanjung-AHY, Prabowo-AHY, bahkan Jokowi-AHY juga ada. Tetapi memang yang terbesar JK-AHY," kata Ferdinand saat dihubungi Kompas.com beberapa waktu lalu.

Kompas TV Masih cairnya dinamika koalisi parpol jelang Pilpres 2019 membuat peta koalisi dukungan capres belum menuju kata final.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Nasional
Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya 'Clean and Clear'

Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya "Clean and Clear"

Nasional
Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Nasional
Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada 'Presidential Club'

Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada "Presidential Club"

Nasional
Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Nasional
“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

Nasional
Soal Orang 'Toxic' Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Soal Orang "Toxic" Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Nasional
Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

Nasional
Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Nasional
Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Nasional
Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Nasional
Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Nasional
Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com