JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan mengaku tak berkukuh menjadi calon wakil presiden pendamping Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto di Pilpres 2019.
Ia mengatakan, dalam membangun koalisi tak bisa masing-masing partai memaksakan kehendaknya.
Meski demikian, jika berkoalisi dengan Gerindra, semua partai yang hendak bergabung memang akan berlomba-lomba menjadi cawapres Prabowo.
Sebab, semua partai berkeinginan menjaga perolehan kursinya di DPR. Dalam pemilu serentak, hal itu bisa dilakukan dengan menjadi capres atau cawapres.
"Dalam koalisi itu, kesepakatan kesepahaman enggak bisa kami harga mati. Kalau harga mati itu kalau PAN cukup bisa. Kalau kami bisa usung sendiri, harga mati. Tapi kalau enggak bisa tentu kesepakatan. Akan sangat tergantung koalisinya. Kami rasional saja," kata Zul, sapaannya, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (26/6/2018).
Baca juga: Pertemuan Zulkifli-Prabowo dan Sinyal Koalisi di Pilpres 2019
PAN tidak bisa mengusung sendiri pasangan capres-cawapres. Dalam Pasal 222 UU No 7 Tahun 2017 tentang Pemilu, parpol atau gabungan parpol harus mengantongi 20 persen kursi DPR atau 25 persen suara sah nasional untuk bisa mengusung pasangan capres dan cawapres pada 2019. Acuannya hasil pemilu 2014.
Berdasarkan Pemilu 2014, PAN hanya memperoleh 7,59 persen suara sah nasional atau 8,6 persen kursi DPR.
Zulkifli mengakui saat ini masing-masing partai sudah menunjukan egonya dengan mengupayakan ketua umumnya menjadi cawapres bagi Presiden Joko Widodo atau Prabowo.
Baca juga: HNW Sebut Ada Wacana Pasangan Anies-Aher pada Pilpres 2019
Namun, PAN juga melihat peluang jika nantinya ada beberapa partai dari koalisi Jokowi yang berpindah haluan lantaran ketua umumnya tak dipilih menjadi cawapres.
Terhadap partai-partai itu, PAN membuka komunikasi untuk membangun poros baru di luar koalisi Jokowi dan Prabowo.
"Kan ada alternatif 1, alternatif 2, alternatif 3. Misal PKB, Cak Imin enggak bisa jadi cawapres, terus cari alternatif. Kami berdua enggak bisa. Mestinya ada satu partai lagi. Tapi kalau Golkar yang marah, ayo PAN kita berdua saja. Masih bisa itu," kata Zul.
"Jadi tergantung detik-detik injury time. Jadi ada alternatif 1 alternatif 2. Masih cair. Memang enggak bisa hari ini a atau b. Belum bisa. Tapi pembicaraan harus dilakukan, harus dimulai untuk bangun kesepahaman," lanjut dia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.