Contoh lain berikut ini lebih mengerikan. Tim riset dari University of Wahington berhasil membuat perangkat lunak untuk membuat video imitasi dengan hanya berbekal suara seseorang.
Dalam riset tersebut, tim hanya menggunakan rekaman suara Barrack Obama ketika masih menjadi Presiden Amerika Serikat.
Dengan menggunakan algoritma tertentu, tim riset berhasil menanamkan mesin pintar di dalam perangkat komputer yang mampu mengenali dan mempelajari gerakan mulut dan gerak tubuh Barrack Obama.
Teknologi machine learning ini diterapkan untuk mengenali dan mempelajari sebanyak mungkin video Barrack Obama yang beredar di ruang publik. Mesin tersebut pada akhirnya memiliki bank data tentang gerak tubuh dan gerak bibir Barrack Obama.
Tahap selanjutnya adalah membuat video imitasi yang memperlihatkan sosok yang sangat mirip dengan Barrack Obama hanya dengan berbekal rekaman suara mantan Presiden Amerika tersebut.
Untuk mendapatkan video imitasi tersebut, tim riset memasukkan rekaman suara Barrack Obama ke dalam sistem, dan "meminta" mesin pintar untuk "menciptakan" video yang sangat mirip dengan aslinya.
Tentu jika tidak diantisipasi, teknologi ini memungkinkan pihak tertentu untuk membuat video yang memperlihatkan sosok "Barrack Obama" atau sosok lain sedang mengatakan hal tertentu padahal itu tidak pernah terjadi.
Deepfake videos memang belum banyak beredar, apalagi di Indonesia. Namun, tidak ada yang bisa menjamin bahwa perkembangan teknologi manipulasi video akan melambat.
Semua orang tentu berkepentingan dengan hal ini. Jurnalis adalah bagian dari masyarakat yang memiliki tanggung jawab besar untuk mengantisipasi hal ini. Perkembangan teknologi deepfake video merupakan sinyal bagi jurnalis untuk lebih giat melakukan verifikasi alias pengecekan fakta.
Selain melakukan pengecekan fakta secara tradisional melalui konfirmasi ke berbagai pihak, sudah saatnya jurnalis mulai "menjalin persahabatan" dengan teknologi yang berguna untuk mencegah, mengenali, dan mengecek kebenaran sebuah informasi yang muncul dalam format multimedia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.