Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Amien Rais: Pak Harto Bukan Pemimpin yang Menggilas Rakyatnya Sendiri

Kompas.com - 22/05/2018, 10:52 WIB
Rakhmat Nur Hakim,
Bayu Galih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Tokoh Reformasi Amien Rais memiliki kesan tersendiri terhadap Presiden kedua RI Soeharto. Menurut Amien, Soeharto bukan pemimpin bertangan besi yang tega menindas rakyat seperti Mao Zedong di China atau Joseph Stalin di Uni Soviet.

Hal itu, kata Amien, dibuktikan dengan mundurnya Soeharto dari kursi kepresidenan saat didesak oleh mahasiswa dan kelompok lainnya.

"Pak Harto Bukan Mao Zedong. Pak Harto bukan Stalin. Pak Harto bukan pemimpin Cekoslovakia atau Hungaria yang menggilas rakyatnya sendiri," ujar Amien dalam Peringatan 20 Tahun Reformasi di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (21/5/2018).

"Tapi Pak Harto ini begitu melihat keadaan yang memang memanas, kemudian ada keikhlasan. Ya sudah, inilah saatnya harus lengser keprabon," kata Amien.

Baca juga: Setelah Reformasi, Uang Bergambar Soeharto Pun Ditolak Pedagang...

Mantan Ketua Umum PAN itu bahkan menyebut orang-orang yang meminta Soeharto segera diadili bak pahlawan kesiangan.

Menurut Amien Rais, mereka yang setelah Soeharto jatuh kemudian meminta Soeharto diadili tak pernah terlihat dalam aksi menggulingkan Soeharto, sebelum Jenderal Tersenyum itu mundur pada 21 Mei 1998.

"Karena itu saya mengingatkan, mereka yang minta Pak Harto diadili itu waktu itu enggak ada di mana-mana. Enggak kelihatan. Dalam pewayangan seperti raksasa sudah mati, dicabuti bulunya. Seperti dia yang membunuh raksasanya," tutur Amien yang saat itu menjabat Ketua Umum PP Muhammadiyah.

Amien mengatakan, sistem politik otoriter di era Orde Baru tercipta bukan hanya karena Soeharto.

Baca juga: Mengenang Puncak Kegalauan Soeharto Sebelum Memutuskan Mundur...

Menurut Amien, para anggota MPR dan DPR waktu itu juga turut bertanggung jawab karena selalu mengiyakan seluruh ucapan Soeharto.

"Apa pun yang dikatakan Pak Harto selalu setuju. Suatu ketika baru mau sidang pleno, baru mau masuk ruang, belum apa-apa sudah setuju. Pernah juga saking semangatnya palunya mencelat (terlempar)," kata Amien.

Ia pun mengutip sejarah Nabi Muhammad SAW saat menaklukan kota Mekah. Saat itu, Nabi Muhammad memaafkan seluruh orang Quraisy yang dulu pernah menghina dan menindas umat Islam.

"Kalau kita menilik sejarah Nabi yang sangat memberikan maaf kepada musuh itu, maka saya katakan, pidato Nabi yang sudah lama itu diingat oleh sejarawan sampai sekarang, yaitu ketika musuh-musuh Nabi yang dulu menjarah rumah di Mekah (dimaafkan)," kata Amien.

"Ketika Nabi datang mereka siap mendapatkan perlakuan yang sama. Tapi waktu itu di luar dugaan setelah kumpul orang Quraisy, Nabi mengatakan, 'Sekarang kalian bebas, tidak ada lagi konsekuensi hukum apa pun karena kami sudah menang, kami maafkan'," ujar mantan Ketua MPR itu.

Selama 32 tahun berkuasa, kebijakan Presiden Soeharto sendiri sebenarnya kerap menuai kritik karena dianggap melanggar hak asasi manusia.

Sejumlah pelanggaran HAM berat yang menjadi sorotan pada masa Soeharto di antaranya adalah Tragedi 1965-1966, Peristiwa Tanjung Priok pada 1984, kasus Penembakan Misterius pada periode 1980-an, hingga Tragedi Trisakti yang terjadi di pengujung berkuasanya Soeharto.

Kompas TV Pada 21 Mei, Indonesia akan memperingati 20 tahun orde reformasi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

TPN Resmi Dibubarkan, Hasto Tegaskan Perjuangan Tetap Dilanjutkan

TPN Resmi Dibubarkan, Hasto Tegaskan Perjuangan Tetap Dilanjutkan

Nasional
Kelakar Jokowi soal Kemungkinan Pindah Parpol Usai Tak Dianggap PDI-P

Kelakar Jokowi soal Kemungkinan Pindah Parpol Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
 Gerindra Sebut Indonesia Negara Besar, Wajar Kementerian Diperbanyak

Gerindra Sebut Indonesia Negara Besar, Wajar Kementerian Diperbanyak

Nasional
Satu Pejabat Pemprov Malut Jadi Tersangka Baru Kasus Gubernur Abdul Ghani Kasuba

Satu Pejabat Pemprov Malut Jadi Tersangka Baru Kasus Gubernur Abdul Ghani Kasuba

Nasional
RI Ajukan Penyesuaian Pembayaran Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae ke Korsel, Kemenhan Jelaskan Alasannya

RI Ajukan Penyesuaian Pembayaran Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae ke Korsel, Kemenhan Jelaskan Alasannya

Nasional
 Prabowo Disebut Ingin Tambah Jumlah Kementerian, Jokowi Klaim Tak Beri Masukan

Prabowo Disebut Ingin Tambah Jumlah Kementerian, Jokowi Klaim Tak Beri Masukan

Nasional
Menag Bertolak ke Arab Saudi Cek Persiapan Ibadah Haji untuk Jemaah Indonesia

Menag Bertolak ke Arab Saudi Cek Persiapan Ibadah Haji untuk Jemaah Indonesia

Nasional
Luhut Ingatkan Prabowo Jangan Bawa Orang 'Toxic', Jokowi: Benar Dong

Luhut Ingatkan Prabowo Jangan Bawa Orang "Toxic", Jokowi: Benar Dong

Nasional
Ganjar Harap Buruknya Pilpres 2024 Tak Dikloning ke Pilkada

Ganjar Harap Buruknya Pilpres 2024 Tak Dikloning ke Pilkada

Nasional
Bea Cukai Jadi Sorotan Publik, Pengamat Intelijen: Masyarakat Harus Beri Dukungan untuk Perbaikan

Bea Cukai Jadi Sorotan Publik, Pengamat Intelijen: Masyarakat Harus Beri Dukungan untuk Perbaikan

Nasional
Hakim Agung Gazalba Saleh Didakwa Terima Rp 37 Miliar karena Kabulkan PK Eks Terpidana Megapungli di Pelabuhan Samarinda

Hakim Agung Gazalba Saleh Didakwa Terima Rp 37 Miliar karena Kabulkan PK Eks Terpidana Megapungli di Pelabuhan Samarinda

Nasional
Ditanya soal Ikut Dorong Pertemuan Megawati-Prabowo, Jokowi Tersenyum lalu Tertawa

Ditanya soal Ikut Dorong Pertemuan Megawati-Prabowo, Jokowi Tersenyum lalu Tertawa

Nasional
Berhaji Tanpa Visa Haji, Risikonya Dilarang Masuk Arab Saudi Selama 10 Tahun

Berhaji Tanpa Visa Haji, Risikonya Dilarang Masuk Arab Saudi Selama 10 Tahun

Nasional
Kuota Haji Terpenuhi, Kemenag Minta Masyarakat Tak Tertipu Tawaran Visa Non-haji

Kuota Haji Terpenuhi, Kemenag Minta Masyarakat Tak Tertipu Tawaran Visa Non-haji

Nasional
Sengketa Pileg, Hakim MK Sindir MU Kalah Telak dari Crystal Palace

Sengketa Pileg, Hakim MK Sindir MU Kalah Telak dari Crystal Palace

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com