JAKARTA, KOMPAS.com — Berikut berita populer Kompas.com pada Selasa (22/5/2018).
1. "Presiden paling berhasil adalah Jokowi, bukan Soeharto"
Politikus PDI Perjuangan Budiman Sudjatmiko mengatakan, survei Indobarometer secara tidak langsung menunjukkan bahwa Joko Widodo adalah presiden yang paling berhasil memimpin Indonesia.
Diketahui, survei Indo Barometer yang dirilis Minggu (20/5/2018) menyebutkan, 32,9 persen responden memilih Soeharto sebagai presiden yang paling berhasil. Urutan kedua dan ketiga diikuti Soekarno yang dipilih 21,3 persen responden dan Joko Widodo dipilih 17,8 responden.
Adapun, posisi keempat dan kelima masing-masing ditempati oleh Susilo Bambang Yudhoyono (dipilih 11,6 persen responden) dan BJ Habibie (dipilih 3,5 persen responden).
Baca juga: Budiman Sudjatmiko: Presiden Paling Berhasil adalah Jokowi, Bukan Soeharto
2. Kasus pembobolan Bank Mandiri
Pihak Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mendapati total kerugian negara dari kasus pembobolan Bank Mandiri oleh PT Tirta Amarta Bottling Company (TAB) sebesar Rp 1,8 triliun.
Kasus ini bermula pada 2015 lalu ketika TAB diduga merekayasa persyaratan sebagai debitur Bank Mandiri Commercial Banking Center Bandung I dan turut melibatkan sejumlah karyawan Bank Mandiri.
"Perhitungan kerugian negara dari dokumen yang kami terima itu berkembang dari yang sebelumnya disampaikan sekitar Rp 1,4 triliun sekarang sudah dihitung secara utuh menjadi Rp 1,8 triliun," kata Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus (Jampidsus) Adi Toegarisman saat menerima laporan hasil pemeriksaan kerugian negara dari BPK di kantornya, Senin (21/5/2018).
Baca juga: Negara Rugi Rp 1,8 Triliun dari Kasus Pembobolan Bank Mandiri oleh PT TAB
3. Tanggapan Polri soal teror bom adalah rekayasa
"Kalau ada yang bilang rekayasa, sutradara sehebat apa pun dari Hollywood, tidak bisa merekayasa kasus (kerusuhan) Mako Brimob, (kasus bom bunuh diri) Surabaya, Sidoarjo, Riau," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen (Pol) Mohammad Iqbal di Mabes Polri, Jakarta, Senin (21/5/2018), seperti dikutip Antara.
"Polri minta bukti siapa pun yang menyampaikan bahwa itu (kasus teror) rekayasa. Mana buktinya?" tambah Iqbal.
Baca juga: Polri: Siapa Pun yang Menyebut Serangan Teror Rekayasa, Kami Tunggu Buktinya
4. Menyesal gara-gara status Facebook "bom Surabaya rekayasa"
Gara-gara memasang status di Facebook bahwa teror bom di Surabaya, Jawa Timur, merupakan skenario, Himma Dewiyana Lubis alias Himma (46) warga Jalan Melinjo II kompleks Johor Permai, Medan Johor, Kota Medan, Sumatera Utara, ditangkap polisi, Sabtu (19/5/2018).
Dosen Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara (USU) ini menjalani pemeriksaan sampai akhirnya ditetapkan menjadi tersangka. Himma mengaku menyesal atas perbuatannya.