Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi Siap Berbincang dengan Kepala Daerah dari Pagi sampai Tengah Malam

Kompas.com - 28/03/2018, 14:53 WIB
Fabian Januarius Kuwado,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bupati dan Wali Kota yang hadir dalam Rapat Kerja Pemerintah di JI-EXPO Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu (28/3/2018), diberikan kesempatan bertanya kepada Presiden Joko Widodo.

Momen itu pun tidak disia-siakan. Para bupati dan wali kota mengacungkan tangan supaya diberikan kesempatan bertanya oleh Sekretaris Kabinet Pramono Anung yang berlaku sebagai moderator.

Pramono mengatakan, tiga penanya pertama akan dijawab langsung oleh Presiden Jokowi dan pertanyaan berikutnya akan dijawab oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution.

(Baca juga : Jokowi Ungkap Tips Bupati-Wali Kota Naik Kelas Jadi Gubernur hingga Presiden)

Kesempatan pertama diberikan bagi pimpinan DPRD dari salah satu kabupaten di Papua. Ia mengeluhkan ada salah satu Peraturan Presiden soal pengadaan barang dan jasa yang dinilai tidak proterhadap perkembangan ekonomi daerah.

"Kami minta diberi kewenangan, bupati dan wali kota agar bisa menunjuk langsung, agar masyarakat kami tidak hanya jadi penonton saja," ujar pria tersebut.

Bupati Buol, Sulawesi Tengah Amirudin Rauf adalah penanya kedua. Ia bertanya, mengenai apakah dirinya berpotensi diperkarakan secara hukum jika membekukan peraturan yang dinilai menghambat investasi.

"Misalnya, ada peraturan ATR/BPN yang memperbolehkan pengusaha itu memiliki maksimal 20 hektare lahan perkebunan. Nah, apakah demi investasi peraturan ini bisa kami bekukan seperti yang dibilang Menko Ekonomi?" tanya Amirudin.

"Apa wewenang kami bisa membekukan itu? Atau apakah nanti tidak berimplikasi hukum bagi kami sendiri nantinya?" tanya dia lagi.

(Baca juga : Jokowi: Masa Ekspor Kita Kalah dengan Malaysia, Filipina dan Vietnam?)

Penanya ketiga, yakni Bupati Dumai Zulkifli A.S. Ia menanyakan, bagaimana kelanjutan regulasi yang mengatur tentang tata ruang wilayah.

Sebab, ada peraturan pemerintah yang menyebutkan, Amdal (analisis mengenai dampak lingkungan) baru dapat dikeluarkan jika sudah ada rencana tata ruang wilayah.

"Khusus di Dumai, rencana tata ruang wilayah sampai saat ini belum disahkan. Sudah lima tahun mati terhitung 2012," ujar Zulkifli.

Alhasil, banyak investor yang kabur ke luar negeri. Zulkifli mengkalkulasi, pemerintahannya kehilangan sekitar Rp 30 triliun nilai investasi yang seharusnya masuk.

"Mereka lari ke Kamboja, Vietnam dan Thailand," ujar Zulkifli.

Pagi hingga malam

Presiden Jokowi mengatakan, pada dasarnya, pertanyaan sekaligus keluhan kepala daerah itu merupakan bukti soal begitu banyaknya regulasi yang menghambat pembangunan.

"Saya enggak akan menjawab ini semua karena memang kembali lagi, ini ada aturannya. Ini memang terlalu banyak regulasi, sehingga kita bingung sendiri," ujar Jokowi.

Namun, khusus untuk yang berkaitan dengan peraturan presiden dan peraturan menteri, Jokowi berjanji akan segera mengkajinya.

Jokowi yakin banyak kepala daerah yang ingin berkonsultasi dengan pemerintah pusat agar pertumbuhan ekonomi di daerahnya meningkat pesat.

Oleh sebab itu, Jokowi akan menyediakan waktu untuk menggelar pertemuan akbar dengan seluruh gubernur, bupati dan wali kota se-Indonesia untuk membicarakan persoalan tersebut.

"Nanti April kita adakan pertemuan deh. Per wilayah saja biar detail. Yang barat di mana, yang tengah ketemunya di mana, yang timur di mana. Biar saya saja yang datang ke daerah. Kita bicara dari pagi sampai tengah malam, siap kan? Persoalan kita kumpulkan biar gamblang dan jelas," ujar Jokowi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com