Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Aiman Witjaksono
Jurnalis

Jurnalis

Ada Apa di Balik Kasus Penyerangan Tokoh Agama?

Kompas.com - 26/02/2018, 08:49 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini


AWALNYA kejadian biasa, namun lama kelamaan menjadi luar biasa. Daerahnya meluas. Korbannya sama, pemuka agama. Sementara pelakunya, gangguan jiwa.

Ini yang menjadi dasar, mengapa kasus ini menarik untuk ditelusuri lebih lanjut. Apa yang saya dapatkan? Sebuah kejanggalan yang menarik dicermati!

Penelusuran AIMAN

Awalnya saya, dalam program AIMAN, hendak memilih dua kasus yang terjadi di Bandung, Jawa Barat. Pertama adalah kasus penganiayaan terhadap Pimpinan Pondok Pesantren Al Hidayah KH Umar Basri di Cicalengka, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Kemudian kedua adalah kasus penganiayaan yang menyebakan tewasnya tokoh organisasi keagamaan dari Persis (Persatuan Islam), organisasi massa Islam terbesar di Jawa Barat, Ustaz Prawoto. Almarhum Ustaz Prawoto adalah Komandan Brigade Pengurus Pusat Persis.

Baca juga: Kapolda Jabar Janji Usut Tuntas Kasus Penyerangan terhadap Ustaz Prawoto

Menurut catatan polisi, KH Umar Basri dan Ustaz Prawoto dianiaya oleh orang yang memiliki gangguan jiwa. Polisi masih terus mendalami kasus ini. Kasus KH Umar Basri di Cicalengka, diusut oleh Polres Bandung, sementara kasus tewasnya Ustaz Prawoto diusut oleh Polrestabes Bandung.

Isu PKI dan naga hijau

Kasus ini bersamaan dengan kasus lainnya di Jawa Timur yang viral dengan mengaitkannya dengan gonjang-ganjing sebelum pemberontakan PKI tahun 1948 di Jawa Timur. Dalam kabar viral itu disebut bahwa sebelum peristiwa 1948 ratusan ulama dibunuh. Jasadnya ditemukan di sumur tua Magetan, Jawa Timur.

Ada pula yang mengaitkan dengan kasus “Naga Hijau”. Istilah naga hijau mengacu pada pembunuhan sejumlah guru agama dan kyai di Jawa Timur dengan dalih santet menjelang reformasi di rentang tahun 1996-1998.

Data tim investigasi Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur menyebutkan, korban pembunuhan mencapai 253 orang.

Hingga detik ini kasus “naga hijau” masih misteri. Adakah dalangnya? Siapa? Tak jelas. Yang jelas, para eksekutor lapangan seolah-olah adalah warga biasa. Ada juga desas-desus orang berpakaian ala ninja.

Hoaks seirama di duni maya

Menurut catatan polisi, serangan terhadap ulama di Jawa Barat yang terjadi belakangan ini tercatat hanya ada dua kasus. Sementara di Jawa Timur, insiden serupa terjadi di Lamongan namun tidak sampai menimbulkan korban jiwa. Dalam tiga kasus ini pelakunya diduga orang dengan gangguan kejiwaan.

Kasus yang sedikit berbeda, namun dengan target sama juga terjadi di Yogyakarta, yakni pada Pastor Karl-Edmund Prier SJ di Gereja Katolik Santa Lidwina, Sleman.

Romo Prier sempat dirawat di Rumah Sakit akibat seragan senjata tajam oleh Suliyono yang belakangan tengah diselidiki keterkaitannya dengan jaringan teroris.

Baca juga: Romo Prier, Korban Penyerangan Gereja Santa Lidwina Memaafkan Pelaku

Garis polisi dipasang di gereja Santa Lidwina Bedog Desa Trihanggo, Kecamatan Gamping, Minggu (11/2/2018). Akibat insiden ini, tiga umat dan satu orang romo yaitu Pastor Karl-Edmund Prier SJ, biasa dipanggil Romo Prier, serta satu orang petugas kepolisian yang berusaha menenangkan pelaku, mengalami luka sabetan pedang dan harus dilarikan ke rumah sakit.KOMPAS.com/WIJAYA KUSUMA Garis polisi dipasang di gereja Santa Lidwina Bedog Desa Trihanggo, Kecamatan Gamping, Minggu (11/2/2018). Akibat insiden ini, tiga umat dan satu orang romo yaitu Pastor Karl-Edmund Prier SJ, biasa dipanggil Romo Prier, serta satu orang petugas kepolisian yang berusaha menenangkan pelaku, mengalami luka sabetan pedang dan harus dilarikan ke rumah sakit.

Ada pula laporan namun tidak sampai pada penyerangan, yakni di Pandeglang, Banten, dan Tuban, serta Madiun, Jawa Timur. Uniknya, semua disebut terkait dengan teror yang dilakukan oleh orang dengan gangguan jiwa.

Baca juga: Polda Jabar Tangkap 7 Pelaku Penyebar Hoaks Penganiayaan Ulama

Dalam dua peristiwa yaitu PKI 1948 dan kasus “Naga Hijau” ada kekhawatiran yang meluas secara nasional di kalangan masyarakat. Sepertinya, kasus-kasus yang terjadi belakangan ini seolah ingin menerbitkan kembali rasa khawatir itu dalam skala luas.

Baca juga: Kabar Teror Penyerangan Ulama di Karawang Hoaks

Setidaknya, kabar kecemasan itu coba dibangkitkan di media soal dalam beragam bentuk berita bohong atau hoaks yang menyebar dalam waktu bersamaan dengan terjadinya peristiwa. Ada apa?

Fokus pada satu kasus

Saya kembali pada penelusuran saya. Seperti saya katakan di atas, awalnya saya hendak melakukan investigasi pada dua kasus di atas.

Tetapi dalam perjalanannya, saya menemukan kejanggalan pada kasus Cicalengka. Saya pun memutuskan untuk fokus pada kasus Cicalengka, yakni penganiayaan KH Umar Basri. Apa yang saya dapatkan?

Sungguh terkejut saya, ketika mendapatkan jawaban dari adik KH Umar Basri, yakni KH Dudung Zaenul Alam.

Ia mengungkapkan, sebulan sebelum penyerangan, Asep Ukin (tersangka penyerangan) terlihat sering duduk-duduk di pelataran Masjid Pondok Pesantren Al Hidayah, Cicalengka.

Asep tak sendiri. Ada temannya yang biasanya bersama dengan Asep. Para santri tidak pernah menaruh curiga. Perawakan mereka tidak terlihat istimewa.

Polisi haya menetapkan Asep Ukin sebagai tersangka penyerangan terhadap KH Umar Basri. Ke mana teman Asep? Siapakah dia?

Saya mencoba mencari informasi ke rumah Asep yang letaknya hanya sekitar 1 kilometer dari pesantren. Saya juga blusukan ke Pasar CIsalengka. Informasi yang saya dapatkan, setahun belakangan Asep sering bermain di pasar itu.

Hasilnya, saya tidak mendapat informasi apapun tentang sosok orang yang disebut-sebut sering bersama Asep duduk-duduk pelataran mesjid pesantren.

Saya kemudian memutuskan untuk berangkat ke Garut, Jawa Barat, rumah keluarga Asep Ukin, yang berjarak sekitar 40 kilometer dari Cicalengka, Jawa Barat.

Di sini saya justru mendapatkan keterangan yang semakin mengejutkan. Asep Ukin, selama di Cicalengka, sering mondar-mandir Bandung-Garut sendiri! Asep tidak pernah tersasar pulang ke rumahnya di Garut.

Apakah betul Asep menderita gangguan jiwa? Penelusuran lengkap akan saya paparkan dalam tayangan program AIMAN yang hadir malam ini, Senin (26/2/2018) pukul 20.00.

Konfirmasi ke Kapolda

Saya pun mengonfirmasi penelusuran saya ini kepada Kapolda Jawa Barat Inspektur Jenderal Polisi Agung Budi Maryoto. Menurut Kapolda, polisi masih terus mendalami semua kejadian ini.

Lalu kini pertanyaannya, apakah kejadian-kejadian penyerangan yang misterius ini adalah sebuah kebetulan atau ada pihak lain di belakangnya?

Temukan selengkapnya di AIMAN malam ini.

Saya Aiman Witjaksono…

Salam!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com