Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berita Populer: Kesaksian Hotma Sitompoel soal Proyek E-KTP dan Bayaran Pengacara Indonesia

Kompas.com - 02/02/2018, 07:37 WIB

Karena itu, dia meminta peserta diklat mengubah pola pikir mereka. Anies tidak ingin mereka menganggap diklat itu sebagai prosedur biasa yang harus dilewati, tetapi sebagai sebuah pembelajaran yang membantu Pemprov DKI menjadi policy maker dan policy implementation yang baik.

"Pendidikan latihan kepemimpinan itu penting sekali, tidak boleh disepelekan. Jadi, yang ikut harus serius. Jangan anggap diklat itu semata-mata prosedur yang harus dilewati. Jadikan ini proses pembelajaran yang harus diambil hikmahnya," ujar Anies.

Baca selengkapnya: Anies: Saya Merasa Tugas di Kementerian dan Kegubernuran Beda Sekali

 

3. Polisi Menyamar Jadi Karyawan Pulang Malam demi Tangkap Begal Asal Bekasi

Tujuh begal ditembak mati oleh aparat Polres Karawang selama dua minggu terakhir. Dua orang di antaranya adalah A dan O, dua begal anggota jaringan Bekasi.

Kapolres Karawang AKBP Hendy Febrianto Kurniawan mengatakan, begal itu ditembak mati lantaran berusaha melawan ketika ditangkap dan membahayakan nyawa petugas dan orang di sekitar.

"Saya sudah memerintahkan jajarannya untuk tidak ragu melakukan tindakan tegas terukur jika membahayakan jiwa petugas," kata Hendy di Instalasi Forensik RSUD Karaeang, Rabu (31/1/2018) sore.

A dan O ditembak mati di Jalan Konsorsium Telukjambe Barat, Karawang pada Selasa (30/1/2018) dini hari. Keduanya merupakan residivis asal Bekasi.

Kasat Reskrim Polres Karawang AKP Maradona Armin Mappaseng mengatakan, saat itu, petugas menyamar menjadi karyawan pabrik yang tengah pulang bekerja malam. Sebab, kebanyakan korban begal di Karawang merupakan karyawan yang pulang bekerja malam.

"Keduanya ditembak petugas lantaran saat akan ditangkap berusaha melawan petugas dengan pisau sejenis sangkur dan golok. Ini membahayakan petugas sehingga kami melakukan tindakan tegas terukur. Keduanya tewas saat dalam perjalanan menuju RSUD Karawang," katanya.

Baca selengkapnya: Polisi Menyamar Jadi Karyawan Pulang Malam demi Tangkap Begal Asal Bekasi

 

4. Benarkah Bayaran Pengacara di Indonesia Miliaran Rupiah?


Otto Hasibuan pengacara Ketua DPR Setya Novanto mengundurkan diri, Jumat (8/12/2017).Kompas.com/Robertus Belarminus Otto Hasibuan pengacara Ketua DPR Setya Novanto mengundurkan diri, Jumat (8/12/2017).
"Saya suka mewah. Saya kalau ke luar negeri sekali pergi itu minimum saya spend 3M-5M. ...tas Hermes yang harganya 1M juga saya beli."

Begitulah salah satu kutipan mantan pengacara Setya Novanto, Fredrich Yunadi, saat menjawab pertanyaan Najwa Shihab.

Sebagai seorang pengacara, Fredrich memang memiliki uang yang banyak. Sekali pergi ke luar negeri, duit Rp 3 miliar hingga Rp 5 miliar bukanlah perkara besar.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak ada Rencana Bikin Ormas, Apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak ada Rencana Bikin Ormas, Apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Nasional
Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com