Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PKS: Deddy Mizwar Punya Kontrak untuk Menangkan Capres Demokrat

Kompas.com - 31/12/2017, 16:06 WIB
Ihsanuddin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Hidayat Nur Wahid mengungkapkan alasan partainya batal mengusung Deddy Mizwar di pemilihan gubernur Jawa Barat 2018. Menurut Hidayat, pencabutan dukungan itu dilakukan karena Deddy Mizwar sudah membuat kontrak politik dengan Partai Demokrat. Isinya adalah mendukung siapapun capres yang diusung Demokrat di 2019.

Hal ini diungkapkan Hidayat kepada wartawan di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (29/12/2017) lalu dan kembali ditegaskan lagi lewat akun twitter resminya, Minggu (31/12/2017).

"Tentang INFO BENAR yang saya sampaikn bahwa Demiz (Deddy Mizwar) ada komitmen/kontrak politik dengan PD (Partai Demokrat) untuk menangkan capres PD, info tersebut kami dapat dari 2 pihak yang sangat dipercaya oleh Demiz," tulis Hidayat dalam akun twitternya, @hnurwahid.

Hidayat mengatakan, Deddy Mizwar sendiri sampai saat ini tidak membantah pernyataannya. Dia juga sudah mencoba mengkonfirmasi informasi ini ke Deddy Mizwar lewat pesan WhatsApp.

Baca juga: Golkar Nilai Deddy - Dedi Bisa Jadi Pemersatu Masyarakat Jabar

Juga tidak ada bantahan yang diberikan oleh Wakil Gubernur Jawa Barat itu. Hidayat pun meminta pihak-pihak yang tidak mempercayainya untuk bertanya langsung mengenai kontrak politik ini ke Deddy Mizwar.

Kompas.com sudah mencoba menghubungi Deddy Mizwar, namun belum ada jawaban.

Akibat batal mendukung Deddy Mizwar dan berkoalisi dengan Demokrat, PKS pun mengalihkan dukungannya ke Sudrajat yang diusung Partai Gerindra. Sudrajat dipasangkan dengan Ahmad Syaikhu, kader PKS yang semula digadang-gadang akan dipasangkan dengan Deddy Mizwar.

Wakil Sekjen Demokrat Andi Arief mengakui adanya kontrak politik antara Deddy Mizwar dan partai Demokrat. Namun, menurut Andi, kontrak politik itu tak seharusnya menjadi alasan bagi PKS untuk mencabut dukungannya.

"PKS cari alasan mencampakkan Demiz ada kontrak politik dengan Demokrat. Orang bodoh juga tahu ada kontrak politik. Cari alasan kurang cerdas," kata Andi.

Andi mengingatkan, PKS ada dan besar bersama koalisi Demokrat dalam pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. Kedua partai melejit di 2009, dan sama-sama jatuh di 2014 karena kader yang bermasalah.

"Demokrat tidak pernah zalim dan khianat terhadap PKS selama koalisi, kalau kini Demokrat mendapat perlakuan beda, itulah pertanyaan kami," ucap Andi.

Kendati demikian, Andi menegaskan bahwa tanpa PKS, peluang Demokrat untuk mengusung Deddy Mizwar di Pilkada Jabar masih tetap terbuka. Demokrat bisa berkoalisi dengan parpol selain PKS, Gerindra dan PAN.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com