Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sekjen Kemendes Beda Keterangan dengan Bawahannya soal Uang untuk BPK

Kompas.com - 22/11/2017, 18:18 WIB
Abba Gabrillin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Keterangan Sekretaris Jenderal Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT) Anwar Sanusi, berbeda dengan Kepala Biro Keuangan Kemendes, Ekatmawati.

Hal itu terjadi saat keduanya bersaksi di Pengadilan Tipikor Jakarta, Rabu (22/11/2017).

Keduanya dihadirkan sebagai saksi oleh jaksa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Keduanya bersaksi untuk terdakwa mantan Auditor Utama Keuangan Negara III Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Rochmadi Saptogiri.

Baca: Sekjen Kemendes Sembelih Kambing Saat Dapat Opini WTP dari BPK

Awalnya, Anwar Sanusi membantah mendapat laporan dari bawahannya mengenai adanya permintaan pengumpulan uang untuk auditor BPK.

Anwar mengaku tidak mengetahui hal tersebut.

Sekretaris Jenderal Kementerian Desa dan PDTT Anwar Sanusi di Pengadilan Tipikor Jakarta, Rabu (22/11/2017).KOMPAS.com/ABBA GABRILLIN Sekretaris Jenderal Kementerian Desa dan PDTT Anwar Sanusi di Pengadilan Tipikor Jakarta, Rabu (22/11/2017).
"Tidak ada yang soal pengumpulan. Laporannya hanya yang umum-umum saja," kata Anwar kepada majelis hakim.

Namun, saat ditanya oleh jaksa KPK, Ekatmawati mengaku telah melaporkan soal permintaan uang terima kasih untuk auditor BPK kepada Anwar Sanusi.

Ia bahkan menyebutkan jumlah uang yang ingin diberikan kepada auditor BPK.

Baca: Sekjen Kemendes Tahu Ada Atensi untuk BPK, tapi Merasa Tak Ikut Campur

Dalam persidangan, jaksa KPK membacakan berita acara pemeriksaan (BAP) Ekatmawati.

Dalam BAP tersebut, Eka menjelaskan bahwa permintaan uang yang disampaikan Inspektur Jenderal Kemendes, Sugito, dia laporkan juga kepada Sekjen Kemendes.

Permintaan uang itu disampaikan pada rapat Kesetjenan yang dipimpin Anwar Sanusi. Rapat itu dihadiri semua kepala biro.

Di hadapan Anwar, Eka menjelaskan bahwa Sekjen diminta ikut berpartisipasi dalam pengumpulan uang untuk diberikan kepada auditor BPK. Adapun, jumlah yang akan diberikan kepada BPK sekitar Rp 200-300 juta.

Baca juga: Sekjen Kemendes Dicecar soal Pertemuan Irjen Kemendes-Auditor BPK

Biaya tersebut dibebankan kepada setiap unit kerja eselon I di Kemendes. Namun, menurut Eka dalam BAP, saat itu Anwar hanya tersenyum tanpa memberikan tanggapan.

"Ya benar, itu saya sampaikan," kata Ekatmawati.

Kepada jaksa KPK, Eka mengakui pengumpulan uang itu benar dilakukan. Setelah terkumpul, uang diberikan kepada auditor BPK melalui Kepala Bagian Tata Usaha dan Keuangan Inspektorat Kemendes, Jarot Budi Prabowo.

Dalam kasus ini, Rochmadi bersama-sama Ali Sadli, selaku Kepala Sub Auditorat III Auditorat Keuangan Negara BPK, didakwa menerima suap Rp 240 juta dari Irjen Kemendes, Sugito dan Kepala Bagian Tata Usaha dan Keuangan Inspektorat Kemendes, Jarot Budi Prabowo.

Menurut jaksa KPK, uang tersebut diberikan dengan maksud agar Rochmadi menentukan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) terhadap Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) atas Laporan Keuangan Kemendes tahun anggaran 2016.

Kompas TV Di hadapan majelis hakim, menteri desa mengaku tidak tahu soal dugaan suap untuk auditor BPK.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

Nasional
Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com