Ia menilai, Dedi dan PDI-P sejalan ingin menjadikan Jawa Barat sebagai daerah yang bertumpu pada kebudayaan dan kearifan lokal.
Setelah "ditinggal" Golkar, PDI-P berencana menyandingkan Dedi dengan Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar.
Hasto menilai, duet Dedi Mulyadi dan Deddy Mizwar merupakan gabungan kekuatan nasionalis dan Islam di Jawa Barat.
Tergantung Megawati
Menanggapi hal itu, Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari, menilai, pilihan ini belum final, termasuk soal PDI-P tak akan mendukung Emil. Sebab, keputusan akhir ada di tangan Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Sukarnoputri.
"Saya tidak bisa mengatakan PDI-P pasti tidak mendukung Emil. Bisa saja seperti di DKI, dukungan kepada Ahok (Basuki Tjahaja Purnama) juga diberikan atas izin ketua umum di detik-detik terakhir," kata Qodari, saat dihubungi, Minggu (29/10/2017) malam.
Bahkan, kata dia, di DKI, para kader PDI-P sudah menunjukkan sikap penolakan terhadap Ahok.
Qodari mengatakan, Jawa Barat merupakan provinsi strategis untuk dimenangkan demi menunjang kesuksesan di Pemilu 2019. Hal ini pasti akan menjadi pertimbangan partai.
Jika dibandingkan Jawa Timur dan Jawa Tengah, pemilih Jawa Barat tidak terkotak-kotak dalam basis agama dan kelompok sosial lainnya.
Baca juga : Ridwan Kamil: Saya Pemain Pilkada, Sudah Tahu Triknya
Qodari mengatakan, sebagian besar pemlih Jawa Barat adalah massa mengambang yang dengan mudah berganti pilihan setiap pemilu dan pilkada.
Oleh karena itu, tak pernah ada satu partai yang benar-benar mendominasi cukup lama di Jawa Barat.
Ia menduga, langkah Golkar merapat kepada Ridwan Kamil karena perhitungan hal tersebut. Dengan demikian, Golkar merasa suaranya di Pemilu 2019 lebih aman dengan mendukung Emil yang elektabilitasnya paling tinggi.
Hal tersebut diyakini juga akan menjadi pertimbangan PDI-P.
"Ya pilihan Golkar kemungkinan didasari juga dengan konstelasi koalisi di level nasional yang telah merapat ke Emil. Tentunya, hal itu juga jadi pertimbangan PDI-P," ujar Qodari.