Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berita Populer: Senjata Polri yang Memicu Dinamika Terbuka TNI vs Polri

Kompas.com - 11/10/2017, 07:28 WIB

PALMERAH, KOMPAS.com - Berita komentar dari pihak TNI terkait senjata yang dibeli Polri, menjadi berita yang banyak dibaca kemarin di Kompas.com. Pada intinya, banyak pembaca merasa terkejut betapa dinamika Polri vs TNI ini begitu terbuka menjadi konsumsi publik.

Bagi Anda yang tak ingin tertinggal perkembangan berita, Anda harus ikuti berita-berita terkait senjata Polri ini di Kompas.com. Simak pula berita lain yang populer di Kompas.com di bawah ini. 

 

1. TNI: Senjata yang Dibeli Polri Punya Kecanggihan Luar Biasa

Kepala Pusat Penerangan TNI Mayor Jenderal Wuryanto saat jumpa pers di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Selasa (10/10/2017).KOMPAS.com/ABBA GABRILLIN Kepala Pusat Penerangan TNI Mayor Jenderal Wuryanto saat jumpa pers di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Selasa (10/10/2017).
Sebanyak 5.932 amunisi dan jenis senjata lain yang dibeli Polri dari luar negeri, ternyata memiliki kecanggihan yang luar biasa. Ribuan amunisi dan senjata tersebut kini disimpan di gudang milik TNI.

Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayor Jenderal Wuryanto mengatakan, amunisi tajam yang dibeli Polri mempunyai radius mematikan 9 meter dan jarak capai 400 meter.

Amunisi tersebut juga memiliki keistimewaan lain. Menurut Wuryanto, saat ditembakkan, amunisi tersebut akan dua kali meledak.

Ledakan kedua akan melontarkan pecahan tubuh granat berupa logam kecil yang melukai dan mematikan sasaran tembak.

Selain itu, jenis granat yang dibeli Polri juga bisa meledak sendiri tanpa benturan setelah 14-19 detik lepas dari laras.

"Ini luar biasa. TNI tidak punya senjata dengan kemampuan jenis itu," ujar Wuryanto dalam jumpa pers di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Selasa (10/10/2017).

Baca selengkapnya di sini. 

Baca juga:
Sebanyak 5.932 Amunisi yang Dibeli Polri Dipindahkan ke Gudang TNI
Sampai Kapan Amunisi Milik Polri Disimpan di Gudang TNI?
Soal Polemik Senjata, Panglima TNI Siap Hadiri Rapat Gabungan di DPR
Kata Panglima TNI soal Wacana Regulasi Tunggal Pengadaan Senjata
Hasil Pengecekan, Senjata Brimob di Bandara Soetta Sesuai Dokumen
Soal Senjata Brimob, Jokowi Minta Semuanya Kondusif
Wiranto Janji Selesaikan Masalah Impor Senjata Brimob yang Tertahan
Menkopolhukam Akui Ada Masalah soal Impor Senjata Brimob


2. Kisah Amelia Achmad Yani, 20 Tahun Menepi ke Desa Mengobati Luka Batin

Amelia Achmad Yani di tengah-tengah acara resepsi diplomatik HUT Ke-72 Kemerdekaan RI di Sarajevo, 3 Oktober 2017. Amelia, yang sedang bertugas sebagai Duta Besar Republik Indonesia (RI) untuk Bosnia dan Herzegovina, merupakan anak ketiga dari delapan anak almarhum Jenderal Achmad Yani.KOMPAS.COM/WIDIANTI KAMIL Amelia Achmad Yani di tengah-tengah acara resepsi diplomatik HUT Ke-72 Kemerdekaan RI di Sarajevo, 3 Oktober 2017. Amelia, yang sedang bertugas sebagai Duta Besar Republik Indonesia (RI) untuk Bosnia dan Herzegovina, merupakan anak ketiga dari delapan anak almarhum Jenderal Achmad Yani.
BAGI Amelia Achmad Yani (67), September setiap tahun merupakan bulan yang mengingatkan ia kepada peristiwa lalu yang kelam bagi dirinya, keluarganya, dan bangsa Indonesia.

Amelia Achmad Yani, yang sedang bertugas sebagai Duta Besar Republik Indonesia (RI) untuk Bosnia dan Herzegovina, merupakan anak ketiga dari delapan putri dan putra almarhum Jenderal Achmad Yani dan almarhumah Yayu Rulia Sutowiryo.

Achmad Yani merupakan salah seorang pahlawan revolusi yang gugur sebagai korban dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965 (G30S) PKI di Jakarta.

Pada 30 September 2017 siang waktu setempat, di kediamannya, Wisma Indonesia di Sarajevo, Bosnia dan Herzegovina, Amelia Achmad Yani mengadakan tahlilan bagi para pahlawan revolusi, terutama untuk almarhum ayahnya.

Amelia mengisahkan bagaimana ia berusaha mengobati luka batin. Ia sampai tinggal 20 tahun lebih di sebuah desa kecil, menepi dari keramaian kota.

Di desa sepi itulah ia baru bisa berdamai dengan keadaan. Perjalanan batinnya semakin kaya ketika ia mulai bertemu dengan para anggota keluarga keturunan PKI yang praktis berseberangan dengan kubu korban kekejaman PKI.

Sesulit apakah Amelia membawa lari dan berusaha menyembuhkan luka batinnya? Seperti apa pertemuan Amelia dengan keluarga keturunan PKI? Simak tulisannya di sini. 


3. Banyak Tawaran, Andik Vermansah Dilema

Pemain Indonesia Andik Vermansyah (merah) mencoba melewati hadangan pemain Kamboja, Rabu (4/10/2017). BolaSport.com/Fernando Randy Pemain Indonesia Andik Vermansyah (merah) mencoba melewati hadangan pemain Kamboja, Rabu (4/10/2017).
Pemain sayap Indonesia yang memperkuat Selangor FA, Andik Vermansah, mengaku sedang dilema. Dia menerima tawaran dari beberapa klub yang menginginkannya bergabung pada musim kompetisi mendatang.

Tawaran itu tidak cuma datang dari Liga Malaysia, tetapi juga datang dari klub-klub di Indonesia. Maklum, kontrak Andik bersama The Red Giants, julukan Selangor FA, bakal kedaluwarsa setelah Desember 2017.

"Saya belum menyetujui tawaran dari klub mana pun karena masih terikat kontrak bersama pasukan Selangor hingga pengujung tahun ini," kata Andik seperti dilansir BolaSport.com dari Warta Kota.

"Sulit untuk menjawab apakah saya akan tetap bersama Selangor pada musim depan atau tidak," ujar dia menambahkan.

Andik mengaku ingin memikirkan apa yang terbaik bagi dirinya dan masa depannya.

Baca selengkapnya di sini. 


4. Viral Kisah Usus Buntu Gara-gara Seblak, Apa Kata Ahli Gizi?

Usus BuntuUinta General Surgery Usus Buntu
Seorang ibu bernama Desy Puspita Yulida mengunggah kisah usus buntu yang dialami putrinya, Salma, melalui akun Facebooknya, pada Minggu (8/10/2017).

Kisah Desy mencuri perhatian netizen dan menjadi viral. Pasalnya, usus buntu yang dialami Salma disebut-sebut lantaran karena kerupuk mentah yang direndam tetapi tetap kenyal.

Hingga Selasa (10/10/2017), posting-an Desy sudah mendapatkan reaksi dan komentar dari belasan ribu warganet.

Desy dengan huruf kapital memberikan judul unggahannya itu: Bahaya Makan Seblak dari Kerupuk Mentah yang Direndam tapi Tetap Kenyal.

Baca kisah selengkapnya di sini. 


5. Penyesalan Sang Dokter yang Tolak Bayar Parkir Rp 5.000 di Gandaria City

Anwari, dokter yang menganiaya petugas parkir Mal Gandaria City ketika dibawa ke Mapolrestro Jakarta Selatan, Senin (9/10/2017).KOMPAS.com/NIBRAS NADA NAILUFAR Anwari, dokter yang menganiaya petugas parkir Mal Gandaria City ketika dibawa ke Mapolrestro Jakarta Selatan, Senin (9/10/2017).
Anwari, tersangka penganiaya petugas parkir di Mal Gandaria City, terlihat lesu ketika digelandang ke tahanan Mapolrestro Jakarta Selatan pada Senin (9/10/2017) petang.

Tak terlihat kegarangan seperti peristiwa penganiayaan pada Jumat (6/10/2017), ketika ia melepaskan tembakan di basement mal dan manyuruh petugas parkir bersujud di kakinya.

Pria yang berprofesi sebagai dokter ahli saraf itu mengaku menyesal.

"Mohon maaf saya tidak bisa menjawab pertanyaan wartawan yang baik. Saya tidak bisa menjawab karena sedang kalut. Jelas menyesali perbuatan itu," kata dia saat itu.

Kasubag Humas Polres Metro Jakarta Selatan Kompol Purwanta mengatakan, sejak ditangkap pada Sabtu (7/10/2017) malam, Anwari memang agak stres dan lesu. Apalagi keluarga disebut belum sempat menjenguknya.

Baca selengkapnya di sini. 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Idul Adha 2024, Ma'ruf Amin Ajak Umat Islam Tingkatkan Kepedulian Sosial dan Saling Bantu

Idul Adha 2024, Ma'ruf Amin Ajak Umat Islam Tingkatkan Kepedulian Sosial dan Saling Bantu

Nasional
Jokowi, Megawati, hingga Prabowo Sumbang Hewan Kurban ke Masjid Istiqlal

Jokowi, Megawati, hingga Prabowo Sumbang Hewan Kurban ke Masjid Istiqlal

Nasional
KIM Disebut Setuju Usung Ridwan Kamil di Pilkada Jakarta, Golkar: Lihat Perkembangan Elektabilitasnya

KIM Disebut Setuju Usung Ridwan Kamil di Pilkada Jakarta, Golkar: Lihat Perkembangan Elektabilitasnya

Nasional
Isu Perombakan Kabinet Jokowi, Sandiaga: Saya Siap Di-'reshuffle' Kapan Pun

Isu Perombakan Kabinet Jokowi, Sandiaga: Saya Siap Di-"reshuffle" Kapan Pun

Nasional
Hadiri Lion Dance Exhibition, Zita Anjani Senang Barongsai Bertahan dan Lestari di Ibu Kota

Hadiri Lion Dance Exhibition, Zita Anjani Senang Barongsai Bertahan dan Lestari di Ibu Kota

Nasional
Timwas Haji DPR Ajak Masyarakat Doakan Keselamatan Jemaah Haji dan Perdamaian Palestina

Timwas Haji DPR Ajak Masyarakat Doakan Keselamatan Jemaah Haji dan Perdamaian Palestina

Nasional
5 Perbaikan Layanan Haji 2024 untuk Jemaah Indonesia: 'Fast Track' hingga Fasilitas buat Lansia

5 Perbaikan Layanan Haji 2024 untuk Jemaah Indonesia: "Fast Track" hingga Fasilitas buat Lansia

Nasional
Timwas Haji DPR Ingatkan Panitia di Arab Saudi untuk Selalu Awasi Pergerakan Jemaah

Timwas Haji DPR Ingatkan Panitia di Arab Saudi untuk Selalu Awasi Pergerakan Jemaah

Nasional
Safenet Nilai Pemblokiran X/Twitter Bukan Solusi Hentikan Konten Pornografi

Safenet Nilai Pemblokiran X/Twitter Bukan Solusi Hentikan Konten Pornografi

Nasional
Pastikan Keamanan Pasokan Energi, Komut dan Dirut Pertamina Turun Langsung Cek Kesiapan di Lapangan

Pastikan Keamanan Pasokan Energi, Komut dan Dirut Pertamina Turun Langsung Cek Kesiapan di Lapangan

Nasional
Bersikeras Usung Ridwan Kamil di Jawa Barat, Golkar: Di Jakarta Surveinya Justru Nomor 3

Bersikeras Usung Ridwan Kamil di Jawa Barat, Golkar: Di Jakarta Surveinya Justru Nomor 3

Nasional
Soal Tawaran Masuk Kabinet Prabowo-Gibran, Sandiaga: Lebih Berhak Pihak yang Berkeringat

Soal Tawaran Masuk Kabinet Prabowo-Gibran, Sandiaga: Lebih Berhak Pihak yang Berkeringat

Nasional
PPP Tak Lolos Parlemen, Sandiaga: Saya Sudah Dievaluasi

PPP Tak Lolos Parlemen, Sandiaga: Saya Sudah Dievaluasi

Nasional
Respons Menko PMK, Komisi VIII DPR: Memberi Bansos Tidak Hentikan Kebiasaan Berjudi

Respons Menko PMK, Komisi VIII DPR: Memberi Bansos Tidak Hentikan Kebiasaan Berjudi

Nasional
Eks Penyidik Sebut KPK Tak Mungkin Asal-asalan Sita HP Hasto PDI-P

Eks Penyidik Sebut KPK Tak Mungkin Asal-asalan Sita HP Hasto PDI-P

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com