Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KPAI: Pemerintah Mesti Cari Sekolah Pengganti bagi Santri Ibnu Mas'ud

Kompas.com - 22/09/2017, 19:29 WIB
Nibras Nada Nailufar

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Bidang Pendidikan Retno Listyarti mendesak pemerintah untuk mencarikan sekolah atau pondok pesantren pengganti bagi para santri dan santriwati Ibnu Mas'ud.

Pondok Pesantren Ibnu Mas'ud ditutup Pemerintah Kabupateb Bogor dan belum diketahui nasib anak-anak di tempat itu.

"Kami tuntut banget harus dicarikan sekolah pengganti. Bahwa pondok pesantren itu harus tutup silakan, tapi harus cari pengganti," kata Retno di Kantor KPAI, Jakarta Pusat, Jumat (22/9/2017).

Retno mengatakan seharusnya sebelum ditutup, setiap anak dipastikan bersekolah di tempat lain. Sebab, pondok pesantren itu jadi tempat puluhan anak mengenyam pendidikan dasar dan menengah.

Jika penutupan tak dibarengi dengan jaminan anak bersekolah lagi, hal itu sama saja dengan melanggar hak anak mendapat pendidikan.

"Sampai anak-anak berhasil dapat tempat, baru bisa ditutup. Hak pendidikan adalah hak dasar dan harus terpenuhi," kata Retno.

Baca juga: Warga Unjuk Rasa Tuntut Pembubaran Ponpes Ibnu Masud di Bogor

KPAI berencana meninjau pondok pesantren itu untuk memastikan anak-anaknya mendapat tempat pengganti yang layak.

Retno mengatakan pihaknya telah berkoordinasi dengan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta dan Amnesty International terkait masalah itu. Dasar penutupan pesantren itu simpang siur dari tuduhan radikalisme hingga sengketa lahan.

Retno juga berencana mendatangi Kementerian Agama yang mengurusi pesantren.

Pondok Pesantren Ibnu Mas'ud ditutup Pemerintah Bogor setelah warga sekitar yang resah berunjuk rasa. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Suhardi Alius mengatakan, alasan penutupan ponpes tersebut adalah karena tak memiliki izin pendirian ponpes.

Suhardi mengakui ada alasan lain penutupan ponpes tersebut, misalnya ada beberapa anak di ponpes itu yang berangkat ke Suriah bergabung dengan kelompok terorisme ISIS. Masih kata Suhardi, beberapa pengajar di ponpes tersebut merupakan anggota kelompok terlarang.

Salah satu santri di ponpes itu, yakni Hatf Saiful Rasul dan sejumlah terpidana terorisme pernah mendalami ilmu agama di sana. Hatf Saifula Rasul merupakan bocah 13 tahun yang dinyatakan tewas di Suriah sebagai militan kelompok ISIS.

Di ponpes itu, Hatf Saiful Rasul pernah menginap selama tiga bulan. Pesantren itu juga memiliki hubungan dengan Hari Budiman, terpidana kasus pelatihan militer di Aceh pada 2010 yang difasilitasi Dulmatin, salah satu otak Bom Bali tahun 2002.

Lihat juga: Kepala BNPT Sebut Santri hingga Pengajar di Ponpes Ibnu Masud Terindikasi ISIS

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pakar Hukum Sebut Kecil Kemungkinan Gugatan PDI-P ke KPU Dikabulkan PTUN

Pakar Hukum Sebut Kecil Kemungkinan Gugatan PDI-P ke KPU Dikabulkan PTUN

Nasional
Hakim Agung Gazalba Saleh Didakwa Terima Gratifikasi Rp 650 Juta Bersama Pengacara

Hakim Agung Gazalba Saleh Didakwa Terima Gratifikasi Rp 650 Juta Bersama Pengacara

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Pengamat: Siapa Pun yang Jadi Benalu Presiden

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Pengamat: Siapa Pun yang Jadi Benalu Presiden

Nasional
Syarat Usia Masuk TK, SD, SMP, dan SMA di PPDB 2024

Syarat Usia Masuk TK, SD, SMP, dan SMA di PPDB 2024

Nasional
Jokowi Sebut Semua Negara Takuti 3 Hal, Salah Satunya Harga Minyak

Jokowi Sebut Semua Negara Takuti 3 Hal, Salah Satunya Harga Minyak

Nasional
Demokrat Anggap SBY dan Jokowi Dukung “Presidential Club”, tetapi Megawati Butuh Pendekatan

Demokrat Anggap SBY dan Jokowi Dukung “Presidential Club”, tetapi Megawati Butuh Pendekatan

Nasional
Demokrat Bilang SBY Sambut Baik Ide “Presidential Club” Prabowo

Demokrat Bilang SBY Sambut Baik Ide “Presidential Club” Prabowo

Nasional
Jokowi Kembali Ingatkan agar Anggaran Tidak Habis Dipakai Rapat dan Studi Banding

Jokowi Kembali Ingatkan agar Anggaran Tidak Habis Dipakai Rapat dan Studi Banding

Nasional
Jaksa Ungkap Ayah Gus Muhdlor Hubungkan Terdakwa dengan Hakim Agung Gazalba lewat Pengacara

Jaksa Ungkap Ayah Gus Muhdlor Hubungkan Terdakwa dengan Hakim Agung Gazalba lewat Pengacara

Nasional
Disebut PAN Calon Menteri Prabowo, Eko Patrio Miliki Harta Kekayaan Rp 131 Miliar

Disebut PAN Calon Menteri Prabowo, Eko Patrio Miliki Harta Kekayaan Rp 131 Miliar

Nasional
Termohon Salah Baca Jawaban Perkara, Hakim MK: Kemarin Kalah Badminton Ada Pengaruhnya

Termohon Salah Baca Jawaban Perkara, Hakim MK: Kemarin Kalah Badminton Ada Pengaruhnya

Nasional
Suhu Udara Panas, BMKG: Indonesia Tak Terdampak 'Heatwave'

Suhu Udara Panas, BMKG: Indonesia Tak Terdampak "Heatwave"

Nasional
Jumlah Dokter Spesialis Indonesia Kecil Dibanding Negara ASEAN, Jokowi: Masuk 3 Besar, tapi dari Bawah

Jumlah Dokter Spesialis Indonesia Kecil Dibanding Negara ASEAN, Jokowi: Masuk 3 Besar, tapi dari Bawah

Nasional
Jokowi Sebut Minimnya Dokter Spesialis Kerap Jadi Keluhan Warga

Jokowi Sebut Minimnya Dokter Spesialis Kerap Jadi Keluhan Warga

Nasional
Bappenas Integrasikan Rencana Pemerintah dengan Program Kerja Prabowo

Bappenas Integrasikan Rencana Pemerintah dengan Program Kerja Prabowo

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com