Konon karena lengan antena Telkom 1 masih berputar dengan tenaga listrik dari sel matahari (solar cell), stasiun bumi sesekali masih bisa “melihat” satelit itu di posisi 107 BT yang pelahan mengarah ke posisi 106 BT.
Tetapi stasiun bumi tidak bisa memberi perintah kepada satelit Telkom 1 untuk berputar atau bergeser, dan itu menjadi indikasi bahwa bahan bakar roket di satelit sudah habis.
Di geostasioner saat ini ada sekitar 1.500 satelit aktif dan keberadaan satelit yang tidak bisa dikendalikan sangat membahayakan karena bisa saja menabrak satelit tetangga yang buntutnya akan ada tuntutan ganti rugi kepada PT Telkom.
Sementara membuangnya ke sampah satelit di ketinggian 200 kilometer di atas geostasioner tampaknya mustahil karena masalah bahan bakar tadi.
Baca juga:
Di darat, pemindahan layanan ke satelit lain makan waktu karena di satelit-satelit PT Telkom tidak banyak tersedia transponder kosong, sehingga harus minta jasa pemilik satelit lain.
Ada satelit “kosong”, BRI-sat milik Bank Rakyat Indonesia, tetapi BRI tidak bisa menyewakan transponder nganggurnya sebab bank pemerintah itu hanya memiliki lisensi jaringan tertutup.
Proses pemindahan pelanggan satelit Telkom 1 pun tidak hanya dilakukan di stasiun bumi tetapi juga pengesetan ulang satu per satu arah parabola VSAT (very small aperture terminal) di setiap ATM atau kantor bank.
Proses ini tidak bisa tuntas hanya dalam beberapa hari dan ini hal yang paling disesali banyak pelanggan berbagai bank.
Akibat gaya tarik bumi atau badai matahari, satelit yang luntang lantung bisa saja lalu turun dari ketinggian orbit geostasionernya dan terbakar ketika masuk atmosfer.
Atau bertabrakan dengan benda langit lain sebelum masuk atmosfer seperti disampaikan Arstechnica.com mengenai Telkom 1.
Mereka mengumumkan temuan salah satu dari 165 teleskop optik yang melihat dari timur Australia. Menurut mereka, ada kepingan-kepingan (debris) di langit yang tampaknya merupakan pecahan satelit Telkom 1.
Apa pun penyebabnya, anomali ini menjadi pengalaman berharga, karena BUMN itu harus menanggung biaya reposisi antena parabola VSAT untuk memindahkan layanan ke satelit lain.
Masih lebih bagus kalau tidak ada tuntutan ganti rugi dari perbankan dan pengguna kartu ATM bank-bank nasional yang dikecewakan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.