Beruntungnya, dua tahun belakangan, negara kita mulai sibuk bekerja keras lagi. Membangun kekuatan dari segala lini.
Warga dunia tercengang melihat kinerja Kabinet Kerja Jokowi. Kendati jauh dari memuaskan, namun setidaknya kita masih bertahan dari gempuran zaman.
Demokrasi yang dipilih tetua bangsa kita, sejatinya sangat tak memadai dijadikan soko guru sebuah negara sebesar Indonesia.
Kita tidak bisa terus menerus menghujat dan mencaci pemerintah. Negara ini milik kita. Bangsa Indonesia adalah kita jua.
Bung Karno menyadari betul keunggulan kita sebagai sebuah negara-bangsa.
Ia berhasil memeras saripati yang merekatkan bangsa Nusantara sampai melahirkan Indonesia raya.
Sebagai seorang Muslim, ia jadikan al-Quran tuk pedoman membangun kehidupan umat manusia di dunia--termasuk kita, agar gemah rimah loh jinawi.
Sekadar catatan, di antara para pemimpin dunia saat itu yang cekatan mengutip ayat al-Quran dan juga menerapkannya, ya Sang Proklamator Indonesia.
Dalam buku Bung Karno Menerjemahkan al-Quran (Mizan, 2017), karya Mochamad Nur Arifin, saya menemukan pikiran Bung Karno berikut ini;
“Bukan saja bangsa Indonesia bertuhan, tetapi masing-masing orang Indonesia hendaknya bertuhan--tuhannya sendiri. Bagi yang Kristen menyembah tuhan menurut petunjuk Isa al-Masih, yang Islam bertuhan menurut petunjuk Nabi Muhammad SAW, orang Buddha menjalankan ibadahnya menurut kitab-kitab yang ada padanya. Tetapi, marilah kita semua bertuhan. Hendaklah Negara Indonesia ialah negara yang tiap-tiap orangnya dapat menyembah tuhannya dengan cara leluasa. Segenap rakyat hendaknya bertuhan secara kebudayaan, yakni dengan tiada ‘egoisme-agama.’ Dan hendaknya negara Indonesia satu negara yang bertuhan. Marilah kita amalkan, jalannya agama, baik Islam maupun Kristen, dengan cara yang berkeadaban. Apakah cara yang berkeadaban itu? Ialah hormat-menghormati satu sama lain.”
Beberapa tahun ini, kita seperti kesulitan menjalankan laku hidup yang demikian. Seolah membuktikan nubuat Isa al-Masih dua milenia silam, "Sedikit sekali manusia yang menemukan gerbang sempit menuju kehidupan."
Segoro Gunung, 17 Agustus 2017