Pada awal 2010, Kurnia pergi ke Aceh untuk mengikuti pelatihan militer yang diadakan oleh Dulmatin. Kurnia mengatakan saat itu Dulmatin membutuhkan personel untuk melaksanakan jihad di Aceh.
Usai menjalani pelatihan, Kurnia kembali ke Bandung. Tak lama, dia mendapat kabar seorang teman seperjuangannya tewas ditembak aparat dalam sebuah penyergapan.
Rasa dendam membuatnya merencanakan aksi teror bom ke Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, sekaligus bermaksud membebaskan teroris lain yang ditahan di sana. Nahas, Kurnia tertangkap sebelum melancarkan aksinya.
Polisi berhasil membekuknya di daerah Cibiru, Bandung, sekitar akhir 2010. Akibat perbuatannya itu Kurnia divonis enam tahun penjara.
"Saya mencoba membalas dendam, melakukan perlawanan dengan membuat bom, tapi tertangkap di Padalarang," tuturnya.
Kampanye damai kehidupan
Di penjara membuat Kurnia perlahan menyadari kesalahannya. Kurnia sempat menjadi tahanan di Polda Metro Jaya dan mendekam di LP Cipinang. Selama di balik jeruji dia banyak berkomunikasi dengan tokoh-tokoh Islam moderat.
Dalam beberapa kesempatan, Kurnia juga bertemu dengan keluarga korban terorisme. Rasa empatinya muncul saat mendengarkan kesaksian para keluarga korban.
"Pertemuan saya dengan ustad-ustad senior di penjara yang lebih alim dalam ilmu agama membuat saya berpikir ulang tentang keyakinan yang dulu saya anut," kata Kurnia.
"Saya banyak belajar selama berada di dalam penjara. Saat bertemu dengan keluarga korban pada suatu acara, muncul rasa empati saya," lanjut dia.
(Baca: Cerita Mantan Teroris Gagal Kerja Ojek "Online" akibat Stigma...)
Tahun 2014, Kurnia mendapat status bebas bersyarat. Setelah keluar dari penjara, Kurnia bergabung dengan organisasi Aliansi Indonesia Damai (AIDA) dan aktif mengkampanyekan perdamaian.
Dalam sebuah artikel di website AIDA, dia mengungkapkan sering terlibat dalam berbagai kegiatan kampanye damai di sekolah-sekolah dan pelatihan tim perdamaian AIDA.
Momen yang tak pernah ia lupa adalah saat bertemu dengan seorang korban aksi terorisme di sebuah acara kampanye damai. Saat itu dia merasa apa yang pernah dia lakukan justru menimbulkan penderitaan bagi orang lain.
"Terus terang saya larut dalam kesedihan. Saya mendengarkan bagaimana penderitaan mereka yang timbul dari aksi terorisme. Mata saya sampai berkaca-kaca mendengar kisah mereka. Saya langsung meminta maaf kepadanya meskipun saya sendiri tidak terlibat dalam aksi teror yang mengenai mereka," kata Kurnia.
"Saya merasa punya utang kepada para korban karena saya pernah mengajarkan orang-orang cara membuat bom. Saya punya tanggung jawab untuk mencegah penyebaran paham dan ajaran seperti yang saya yakini dulu," ucapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.