Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Khofifah Berharap Kurikulum Terintegrasi Mampu Memperkuat Nasionalisme

Kompas.com - 16/07/2017, 23:06 WIB
Fachri Fachrudin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Sosial (Mensos) Khofifah Indar Parawansa menilai, sudah saatnya Indonesia menerapkan proses belajar mengajar dengan sistem kurikulum terintegrasi.

Hal ini disampaikan Khofifah menanggapi sejumlah survei yang mengindikasikan bahwa benih radikalisme di kalangan remaja Indonesia sudah dalam tahap mengkhawatirkan.

Harapannya, menurut Khofifah, terintegrasinya antar mata pelajaran dapat mencegah perkembangan faham radikal dan intoleran. Di sisi lain, sistem ini juga diharapkan bisa dijalankan sekaligus untuk memperkuat nasionalisme. 

"(Hasil survei) sudah cukup menjadikan untuk kita mempertimbangkan proses pendidikan formal di SMP maupun SMA serta Perguruan Tinggi yang bisa mengintegrasikan program studi atau bidang ajar dengan format bangunan nasionalisme," kata Khofifah di Gedung Konvensi Taman Makam Pahlawan, Kalibata, Jakarta Selatan, Minggu (16/7/2017).

Baca juga: Cegah Radikalisme, Mensos Minta Uji Kompetensi Guru Diperketat

Selain berkaitan dengan muatan nasionalisme, menurut Khofifah, pelajaran yang dipelajari siswa juga harus teringrasi dengan peningkatan nilai-nilai spiritual atau keagamaan. Selama ini, menurut Khofifah, mata pelajaran yang diajarkan kepada siswa masih berdiri masing-masing.

Misalnya, dalam mata pelajaran Fisika, para guru hanya mengajarkan sebab-akibat dari suatu fenomena. Padahal di saat yang bersamaan, aspek spiritualitas siswa bisa dibangun dari situ.

Oleh karena itu, seharusnya konsep pengajaran mata pelajaran ke depan lebih terintegrasi. "Kalau sistem yang terintegrasi itu misalnya begini. Kalau guru fisika misalnya cerita gravitasi, kalau ada benda dilempar akan jatuh karena ada gravitasi bumi. Kenapa ada gravitasi bumi? Karena ada kekuatan Tuhan Yang Maha Pencipta," kata Khofifah mencontohkan.

Sebelumnya, mengutip hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), lanjut Khofifah, benih radikalisme di kalangan remaja Indonesia dalam tahap mengkhawatirkan.

Sebanyak 6,12 persen responden menyatakan setuju bahwa pengeboman yang dilakukan Amrozi cs merupakan perintah agama. Sementara 40,82 persen responden menjawab "bersedia" dan 8,16 persen responden menjawab "sangat bersedia" melakukan penyerangan terhadap orang atau kelompok yang dianggap menghina Islam.

Kurikulum terintegrasi memang sudah menjadi isu lama di Indonesia. Metode ini memungkinkan siswa baik secara individual maupun secara klasikal aktif menggali nilai-nilai dari berbagai sisi.

Dengan cara itu, siswa bisa mendapatkan pengetahuan secara menyeluruh dan memiliki keterampilan mengaitkan satu pelajaran dengan pelajaran yang lainnya. Pada akhirnya, siswa bisa memandang persoalan secara menyeluruh. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sidang Gugatan PDI-P Kontra KPU di PTUN Digelar Tertutup

Sidang Gugatan PDI-P Kontra KPU di PTUN Digelar Tertutup

Nasional
Hakim MK Berang KPU Tak Hadiri Sidang Sengketa Pileg, Tuding Tak Pernah Serius sejak Pilpres

Hakim MK Berang KPU Tak Hadiri Sidang Sengketa Pileg, Tuding Tak Pernah Serius sejak Pilpres

Nasional
Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Nasional
PTUN Gelar Sidang Perdana PDI-P Kontra KPU Hari Ini

PTUN Gelar Sidang Perdana PDI-P Kontra KPU Hari Ini

Nasional
Profil Andi Gani, Tokoh Buruh yang Dekat dengan Jokowi Kini Jadi Staf Khusus Kapolri

Profil Andi Gani, Tokoh Buruh yang Dekat dengan Jokowi Kini Jadi Staf Khusus Kapolri

Nasional
Timnas Lawan Irak Malam Ini, Jokowi Harap Indonesia Menang

Timnas Lawan Irak Malam Ini, Jokowi Harap Indonesia Menang

Nasional
Peringati Hardiknas, KSP: Jangan Ada Lagi Cerita Guru Terjerat Pinjol

Peringati Hardiknas, KSP: Jangan Ada Lagi Cerita Guru Terjerat Pinjol

Nasional
Kekerasan Aparat dalam Peringatan Hari Buruh, Kontras Minta Kapolri Turun Tangan

Kekerasan Aparat dalam Peringatan Hari Buruh, Kontras Minta Kapolri Turun Tangan

Nasional
Menag Sebut Jemaah RI Akan Dapat 'Smart Card' Haji dari Pemerintah Saudi

Menag Sebut Jemaah RI Akan Dapat "Smart Card" Haji dari Pemerintah Saudi

Nasional
Sengketa Pileg, PPP Klaim Ribuan Suara Pindah ke Partai Garuda di Dapil Sumut I-III

Sengketa Pileg, PPP Klaim Ribuan Suara Pindah ke Partai Garuda di Dapil Sumut I-III

Nasional
Temui KSAD, Ketua MPR Dorong Kebutuhan Alutsista TNI AD Terpenuhi Tahun Ini

Temui KSAD, Ketua MPR Dorong Kebutuhan Alutsista TNI AD Terpenuhi Tahun Ini

Nasional
Jokowi Resmikan Bendungan Tiu Suntuk di Sumbawa Barat, Total Anggaran Rp 1,4 Triliun

Jokowi Resmikan Bendungan Tiu Suntuk di Sumbawa Barat, Total Anggaran Rp 1,4 Triliun

Nasional
Meneropong Kabinet Prabowo-Gibran, Menteri 'Triumvirat' dan Keuangan Diprediksi Tak Diisi Politisi

Meneropong Kabinet Prabowo-Gibran, Menteri "Triumvirat" dan Keuangan Diprediksi Tak Diisi Politisi

Nasional
Dewas KPK Gelar Sidang Perdana Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron Hari Ini

Dewas KPK Gelar Sidang Perdana Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron Hari Ini

Nasional
Jokowi Resmikan 40 Kilometer Jalan Inpres Senilai Rp 211 Miliar di NTB

Jokowi Resmikan 40 Kilometer Jalan Inpres Senilai Rp 211 Miliar di NTB

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com