JAKARTA, KOMPAS.com - Perkembangan teknologi Korea Utara saat ini terbilang pesat. Sebab, meski dikenal negara yang sangat tertutup, Korea Utara sudah bisa menciptakan rudal yang jarak serangannya menjangkau Indonesia.
Hal itu diungkapkan mantan Pelapor PBB Khusus untuk Situasi HAM di Korea Utara, Marzuki Darusman, saat menjelaskan situasi di Korea Utara dalam acara diskusi yang digelar oleh Amnesti Internasional Indonesia di kantornya, Menteng, Jakarta, Pusat, Selasa (7/6/2017).
"Jadi kemampuan Korea Utara sekarang ini jangkauan rudalnya itu kalau ke arah utara sudah sampai ke Amerika. Kalau ke arah Selatan sampai ke Ciamis dan Kabupaten Pameungpeuk (daerah di selatan Garut, Jawa Barat), yang di situ ada pusat peluncuran satelit dan roket kita," kata Marzuki Darusman.
Menurut Marzuki, perkembangan Korea Utara yang pesat itu juga perlu diwaspadai negara lain, termasuk Indonesia.
Hubungan antara Indonesia dan Korea Utara saat ini tidak ada masalah. Namun, bisa saja Indonesia menjadi target serangan Korea Utara.
"Korea Utara dengan kemampuannya sudah menjadi suatu potensi ancaman bagi kita. Yang tadinya jauh di atas sana, sekarang kita juga jadi potensi obyek dari jangkauan militer Korea Utara," kata mantan Jaksa Agung tersebut.
Ia berpendapat, Indonesia harus mengambil sikap dengan cara memprakarasai konsolidasi dengan Korea Utara.
Namun, tidak dengan cara ikut mendukung perang terhadap Korea Utara, seperti negara lain. Cara itu dinilai justru menambah ketegangan antara Korea Selatan dengan Korea Utara di Semenanjung Korea.
Apalagi, hubungan Indonesia dengan Korea Utara selama ini baik-baik saja.
"Indonesia bisa memperkasai bagaimana ketegangan di Semenanjung Korea itu tidak melimpah kepada sikap agresif Korea Utara, karena dikelilingi negara yang memusuhinya," kata Mantan Wakil Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) tersebut.
Sebelumnya, Presiden keenam RI Megawati Soekarnoputri diminta Presiden Korea Selatan Moon Jae-in untuk memfasilitasi dialog dengan Korea Utara.
(Baca: Upaya Reunifikasi, Megawati Diminta Jadi Utusan Korsel ke Korea Utara)
Megawati telah bertemu Presiden Korsel Moon Jae-in di Istana Kepresidenan Blue House, Seoul pada Senin (29/5/2017).
Seusai pertemuan, Megawati mengaku diminta Presiden Moon untuk menjadi utusan khusus atau special envoy dari Korea Selatan untuk memulai dialog dengan Korea Utara.
"Untuk kemungkinan-kemungkinan, kalau bisa ikut membantu diadakannya hubungan Korea Utara dengan Korea Selatan kembali," kata Megawati, seusai pertemuan.
(Baca juga: Diplomasi Tanaman, Taman, dan Upaya Megawati dalam Reunifikasi Korea)
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.