JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Wiranto menyatakan, Pemerintah Indonesia telah memperkuat pengamanan di perbatasan Filipina-Indonesia, khususnya di sekitar perairan Pulau Sulu, Filipina.
Hal itu disampaikan Wiranto menanggapi penyerbuan sekelompok militan di Marawi, Filipina.
Wiranto mengatakan, dengan digempurnya Marawi oleh ISIS di Filipina, ada kekhawatiran sebagian militan yang terkepung kemudian mencari perlindungan ke wilayah Indonesia.
"Kami sudah persiapkan secara serius dan sungguh-sungguh wilayah perbatasan dengan perairan Sulu. Di sana kami perkuat posisi dari militer Indonesia termasuk polisi Indonesia dan pengaman teritorial untuk waspadai larinya mereka ke Indonesia karena gempuran militer (Filipina)," ujar Wiranto di Kantor DPP Partai Nasdem, Cikini, Jakarta Pusat, Minggu (28/5/2017).
(baca: Milisi Maute Eksekusi 19 Warga Sipil di Marawi, Total 97 Orang Tewas)
Selain itu, Indonesia dan Filipina sudah berkomitmen untuk melakukan patroli laut di wilayah tersebut agar tak ada satupun militan ISIS yang masuk ke Indonesia.
Ia mengaku telah berkoordinasi dengan Panglima TNI Jenderal (TNI) Gatot Nurmantyo untuk menjaga wilayah tersebut termasuk jalur tikus yang kerap jadi pintu masuk kombatan ISIS ke Indonesia.
"Kita nggak usah terlalu khawatir permasalahan itu. Pemerintah Indonesia juga dukung penuh penggempuran oleh pemerintah Filipina," lanjut mantan Panglima TNI itu.
(baca: Kepala BIN: Jangan Biarkan Indonesia seperti Irak dan Suriah)
Pertempuran pecah sejak Selasa (23/5/2017), setelah militer Filipina menggerebek satu rumah yang diyakini sebagai tempat persembunyian komandan kelompok Abu Sayyaf dan pemimpin kelompok yang telah berbaiat dengan Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS), Isnilon Hapilon.
Puluhan anggota milisi bersenjata menghadang gerak tentara pemerintah, memicu pertempuran sengit di beberapa titik kota.
Milisi sempat mengibarkan bendera ISIS. Sejumlah warga Indonesia dilaporkan terlibat dalam aksi itu.