Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perbatasan Jadi Tantangan

Kompas.com - 19/03/2017, 22:45 WIB

Jeprizal mengatakan, keterbatasan sinyal telepon seluler menyulitkan warga ikut menjaga keamanan laut. Kerap warga melihat nelayan asing mencuri ikan di perairan Anambas. Namun, mereka tak bisa segera melapor karena sedang jauh dari darat. Jika harus kembali, mereka membutuhkan lebih dari dua jam untuk mencapai daratan atau paling sedikit 1,5 jam berlayar untuk mencapai perairan yang terjangkau sinyal seluler.

Warga di Kepri juga butuh tambahan frekuensi pelayaran. Sebagai provinsi dengan 96 persen wilayah berupa laut, Kepri mengandalkan pelayaran sebagai sarana transportasi utama. Namun, kapal-kapal yang dioperasikan Pelni hanya singgah 11 hari sekali di sejumlah pulau besar.

Manfaat ekonomi

Guru Besar Ilmu Ekonomi Universitas Tanjungpura, Pontianak, Eddy Suratman menuturkan, kerja keras pemerintah untuk membangun perbatasan patut diapresiasi. ”Pembangunan fisik itu akan berdampak besar bagi masyarakat jika tata niaga di perbatasan dibenahi,” katanya.

Jalur perbatasan Indonesia- Malaysia, misalnya, belum bisa untuk ekspor-impor dalam skala besar. Selama ini, tata niaga di perbatasan diatur dalam Perjanjian Sosial Ekonomi Malaysia Indonesia. Perdagangan hanya boleh 600 ringgit Malaysia atau sekitar Rp 2 juta orang per bulan. Itu hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. ”Jika aturan tata niaga itu tidak direvisi, bagaimana ekonomi masyarakat bisa berkembang?” tanyanya.

Pemerintah juga hendaknya mulai merancang pelabuhan darat. Kini, perbatasan di Kalbar belum dapat izin ekspor-impor karena tak ada pelabuhan darat.

Ewin Ignatius (35), pelaku usaha di Entikong, menuturkan, pelaku usaha dan masyarakat sudah siap mengekspor komoditas unggulan. ”Tinggal menunggu fasilitasnya saja,” ujarnya. (EDN/ESA/RAZ/MHD/ZAL/PRA/HAM)
---
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 18 Maret 2017, di halaman 1 dengan judul "Perbatasan Jadi Tantangan".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah, Minta PBB Bertindak

Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah, Minta PBB Bertindak

Nasional
Ganjar dan Anies Pilih Oposisi, Akankah PDI-P Menyusul?

Ganjar dan Anies Pilih Oposisi, Akankah PDI-P Menyusul?

Nasional
Kata Gibran soal Urgensi Adanya Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis

Kata Gibran soal Urgensi Adanya Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis

Nasional
Riwayat Gus Muhdlor: Hilang Saat OTT, Beralih Dukung Prabowo, Akhirnya Tetap Ditahan KPK

Riwayat Gus Muhdlor: Hilang Saat OTT, Beralih Dukung Prabowo, Akhirnya Tetap Ditahan KPK

Nasional
Cek Hotel dan Bus Jemaah Haji, Menag: Semua Baik

Cek Hotel dan Bus Jemaah Haji, Menag: Semua Baik

Nasional
Menerka Peluang Anies dan Ahok Berduet pada Pilkada DKI Jakarta

Menerka Peluang Anies dan Ahok Berduet pada Pilkada DKI Jakarta

Nasional
Gibran Sebut Ada Pembahasan soal Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis, tapi Belum Final

Gibran Sebut Ada Pembahasan soal Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis, tapi Belum Final

Nasional
Pengamat: Jangankan 41, Jadi 100 Kementerian Pun Tak Masalah asal Sesuai Kebutuhan

Pengamat: Jangankan 41, Jadi 100 Kementerian Pun Tak Masalah asal Sesuai Kebutuhan

Nasional
Utak-atik Strategi Jokowi dan Gibran Pilih Partai Politik, PSI Pasti Dicoret

Utak-atik Strategi Jokowi dan Gibran Pilih Partai Politik, PSI Pasti Dicoret

Nasional
Gibran Lebih Punya 'Bargaining' Gabung Partai Usai Dilantik Jadi Wapres

Gibran Lebih Punya "Bargaining" Gabung Partai Usai Dilantik Jadi Wapres

Nasional
Wacana Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Politis dan Boroskan Uang Negara

Wacana Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Politis dan Boroskan Uang Negara

Nasional
'Golkar Partai Besar, Tidak Bisa Diobok-obok Gibran'

"Golkar Partai Besar, Tidak Bisa Diobok-obok Gibran"

Nasional
Prabowo Ingin Tambah Menteri, Wapres Ma'ruf Amin Ingatkan Pilih yang Profesional

Prabowo Ingin Tambah Menteri, Wapres Ma'ruf Amin Ingatkan Pilih yang Profesional

Nasional
[POPULER NASIONAL] Jokowi Berkelakar Ditanya soal Pindah Parpol | PDI-P Beri Sinyal di Luar Pemerintahan

[POPULER NASIONAL] Jokowi Berkelakar Ditanya soal Pindah Parpol | PDI-P Beri Sinyal di Luar Pemerintahan

Nasional
Prabowo Diharap Tetapkan 2 Syarat Utama Sebelum Tambah Kementerian

Prabowo Diharap Tetapkan 2 Syarat Utama Sebelum Tambah Kementerian

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com