Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Hoax" Disleksia Ikan Tongkol, SBY Blakblakan, dan Tuduhan Orang Licik pada Pilkada DKI

Kompas.com - 02/02/2017, 08:40 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

1. Ikan Tongkol dan "Hoax" Disleksia: Meramu Kebohongan demi Simpati

Pada Minggu terakhir Januari 2017, beredar dengan sangat viral video AR, anak sekolah yang salah sebut ikan tongkol ketika ditanya oleh Presiden Jokowi. Video tersebut viral di internet karena ketidak-mampuan anak tersebut menyebutkan kata "tongkol" dengan benar.

Jika hal ini terjadi pada kita, tentunya akan malu sekali. Meskipun bagi sebagian orang cukup lucu dan mengejutkan, menertawakan kekurangan seseorang, apalagi mem-bully anak tersebut merupakan tindakan yang kurang bijak dan bisa berdampak buruk bagi perkembangan anak.

Karena itulah, beberapa hari kemudian beredar informasi lain yang cukup ramai di-broadcast dan sempat dikutip oleh beberapa media online (lihat gambar di bawah) yang pada dasarnya membela anak tersebut lengkap dengan klaim bahwa anak tersebut yatim piatu, menderita disleksia dengan membawa-bawa nama endorser Noviana Dibyantari, Koordinator Komunitas Difabel Semarang.

Baca selengkapnya di sini. 

 

Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono berbicara kepada wartawan di Wisma Proklamasi, Jakarta Pusat, Rabu (1/2/2017). Susilo Bambang Yudhoyono memberi penjelasan soal tuduhan terkait komunikasinya dengan Ketua Majelis Ulama Indonesia Maruf Amin terkait sikap keagamaan MUI mengenai kasus penistaan agama yang menjerat Gubernur non-aktif DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.GARRY ANDREW LOTULUNG Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono berbicara kepada wartawan di Wisma Proklamasi, Jakarta Pusat, Rabu (1/2/2017). Susilo Bambang Yudhoyono memberi penjelasan soal tuduhan terkait komunikasinya dengan Ketua Majelis Ulama Indonesia Maruf Amin terkait sikap keagamaan MUI mengenai kasus penistaan agama yang menjerat Gubernur non-aktif DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
2. SBY: Saya Mau Blakblakan kepada Pak Jokowi...

Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyatakan keinginannya untuk bertemu dengan Presiden Joko Widodo.

SBY mengaku ingin berbicara blakblakan soal sejumlah tuduhan yang dialamatkan kepadanya dan juga Partai Demokrat.

SBY yang menggelar jumpa pers di kantor DPP Partai Demokrat, Jakarta, Rabu (1/2/2017), menyatakan bahwa dirinya telah dituduh mendanai aksi damai 411, menginisiasi gerakan makar, hingga rencana pengeboman Istana Merdeka.

Atas semua tuduhan itu, SBY merasa difitnah. Dia pun merasa, pemerintah seolah mendapatkan informasi yang keliru.

"Tentu kalau dituduh dan difitnah seperti itu, saya sebagaimana manusia biasa, saya sampaikan bahwa semua itu tidak benar," ucap SBY.

Baca selengkapnya di sini. 

Baca pula:
SBY: Ada yang Larang Presiden Jokowi Bertemu Saya 
SBY Singgung Adanya Penyadapan, Ini Kata Wiranto 
SBY Sebut Ada yang Larang Dirinya Bertemu Jokowi, Ini Jawaban Istana 

 

IlustrasiForbes Ilustrasi
3. Kasus Video "Chat" WhatsApp Rizieq-Firza Naik ke Tahap Penyidikan

Penyidik Subdit Cyber Crime Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya menaikkan status kasus video perbincangan antara pemimpin Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab dan Firza Husein yang beredar di dunia maya dari penyelidikan ke penyidikan.

"Kasus pornografi di WhatsApp itu sudah ditingkatkan ke proses penyidikan tadi malam," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono kepada Kompas.com, Rabu (1/2/2017).

Argo mengatakan, peningkatan status tersebut dilakukan setelah penyidik melakukan gelar perkara pada Selasa (31/1/2017) malam.

Ia mengatakan, surat pemberitahuan dimulainya penyidikan (SPDP) akan segera dikeluarkan. Meski (kasus) sudah dinaikkan, Argo mengatakan belum ada tersangka dalam kasus ini.

Baca selengkapnya di sini. 


Calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Sandiaga Uno mengadakan acara Rabu Bersama, kampanye bersama anak muda di Kedoya, Jakarta Barat, Rabu (1/2/2017). Rabu Bersama ini dihadiri Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto yang ikut mengkampanyekan Anies-Sandi.KOMPAS.com / ANDRI DONNAL PUTERA Calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Sandiaga Uno mengadakan acara Rabu Bersama, kampanye bersama anak muda di Kedoya, Jakarta Barat, Rabu (1/2/2017). Rabu Bersama ini dihadiri Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto yang ikut mengkampanyekan Anies-Sandi.
4. Prabowo Sebut Ada Orang Licik Maju pada Pilkada DKI

Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, mengatakan, ada calon yang maju pada Pilkada DKI Jakarta 2017 dengan cara yang licik.

Prabowo mengatakan hal itu saat orasi pada acara kampanye Rabu Bersama yang dihadiri calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta nomor pemilihan tiga, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno, di Kedoya, Jakarta Barat, Rabu (1/2/2017). Anies-Sandi diusung oleh Partai Gerindra dan PKS pada Pilkada DKI 2017.

"Hati saya risau. Saya risau dengan negara saya sendiri. Saya lihat budaya licik, yang maju orang licik, yang maju orang pintar bohong," kata Prabowo di hadapan ratusan anak muda dalam acara tersebut.

Prabowo tidak menjelaskan lebih lanjut siapa calon yang dia maksud licik dan pintar bohong.

Baca selengkapnya di sini. 

 

Foto antasari azhar di cmsKOMPAS.com / GARRY ANDREW LOTULUNG Foto antasari azhar di cms
5. Antasari dan Adik Nasrudin Zulkarnaen Datangi Mapolda Metro

Mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Antasari Azhar, mendatangi Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya pada Rabu (1/2/2017). Antasari tiba sekitar pukul 10.40 WIB.

Ia terlihat mengenakan kemeja bermotif kotak-kotak berwarna biru dan membawa tas berwarna hitam.

Antasari datang bersama Andi Syamsuddin, adik mantan bos PT Putra Rajawali, Nasrudin Zulkarnaen. Ia juga didampingi pengacaranya, Boyamin Saiman.

Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut Antasari saat memasuki Gedung Ditkrimsus Polda Metro Jaya.

"Hari ini akan sederhana sekali, menanyakan tindak lanjut penanganan perkara yang itu sudah dilaporkan tahun 2011," ujar Boyamin di lokasi.

Baca selengkapnya di sini. 

 

Karangan bunga diletakkan di depan masjid di komplek pusat kebudayaan Muslim di Kota Quebec, Kanada, menyusul aksi penyerangan teroris yang menewaskan enam jemaah dan melukai belasan lainya, Senin WIB (30/1/2017).  Alice Chiche / AFP Karangan bunga diletakkan di depan masjid di komplek pusat kebudayaan Muslim di Kota Quebec, Kanada, menyusul aksi penyerangan teroris yang menewaskan enam jemaah dan melukai belasan lainya, Senin WIB (30/1/2017).
6. "Muslim Kanada Tak Sendiri, Hati 36 Juta Warga Pun Terluka..."

Sebuah aksi penembakan di dalam masjid di Kota Quebec, Kanada, saat shalat malam, Minggu atau Senin WIB, menyebabkan enam anggota jemaah tewas.

Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau langsung menegaskan, penembakan itu adalah bentuk teror terhadap umat Muslim.

Polisi awalnya menangkap dua orang yang dituduh bertanggung jawab atas serangan itu. Namun belakangan, hanya satu orang yang ditetapkan sebagai tersangka.

Saat penembakan, lebih dari 50 orang berada di masjid yang terletak di kompleks pusat kebudayaan Muslim di Quebec itu.

Berdasarkan informasi terkini yang dilansir Kantor Berita AP, Selasa (31/1/2017), selain enam korban tewas, masih ada lima orang dalam kondisi kritis dan 12 orang yang terluka ringan.

Keterangan ini diberikan oleh juru bicara Rumah Sakit University of Quebec, Genevieve Dupuis.

Dia menyebutkan, korban tewas berumur 35-65 tahun.

Baca selengkapnya di sini. 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah, Minta PBB Bertindak

Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah, Minta PBB Bertindak

Nasional
Ganjar dan Anies Pilih Oposisi, Akankah PDI-P Menyusul?

Ganjar dan Anies Pilih Oposisi, Akankah PDI-P Menyusul?

Nasional
Kata Gibran soal Urgensi Adanya Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis

Kata Gibran soal Urgensi Adanya Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis

Nasional
Riwayat Gus Muhdlor: Hilang Saat OTT, Beralih Dukung Prabowo, Akhirnya Tetap Ditahan KPK

Riwayat Gus Muhdlor: Hilang Saat OTT, Beralih Dukung Prabowo, Akhirnya Tetap Ditahan KPK

Nasional
Cek Hotel dan Bus Jemaah Haji, Menag: Semua Baik

Cek Hotel dan Bus Jemaah Haji, Menag: Semua Baik

Nasional
Menerka Peluang Anies dan Ahok Berduet pada Pilkada DKI Jakarta

Menerka Peluang Anies dan Ahok Berduet pada Pilkada DKI Jakarta

Nasional
Gibran Sebut Ada Pembahasan soal Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis, tapi Belum Final

Gibran Sebut Ada Pembahasan soal Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis, tapi Belum Final

Nasional
Pengamat: Jangankan 41, Jadi 100 Kementerian Pun Tak Masalah asal Sesuai Kebutuhan

Pengamat: Jangankan 41, Jadi 100 Kementerian Pun Tak Masalah asal Sesuai Kebutuhan

Nasional
Utak-atik Strategi Jokowi dan Gibran Pilih Partai Politik, PSI Pasti Dicoret

Utak-atik Strategi Jokowi dan Gibran Pilih Partai Politik, PSI Pasti Dicoret

Nasional
Gibran Lebih Punya 'Bargaining' Gabung Partai Usai Dilantik Jadi Wapres

Gibran Lebih Punya "Bargaining" Gabung Partai Usai Dilantik Jadi Wapres

Nasional
Wacana Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Politis dan Boroskan Uang Negara

Wacana Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Politis dan Boroskan Uang Negara

Nasional
'Golkar Partai Besar, Tidak Bisa Diobok-obok Gibran'

"Golkar Partai Besar, Tidak Bisa Diobok-obok Gibran"

Nasional
Prabowo Ingin Tambah Menteri, Wapres Ma'ruf Amin Ingatkan Pilih yang Profesional

Prabowo Ingin Tambah Menteri, Wapres Ma'ruf Amin Ingatkan Pilih yang Profesional

Nasional
[POPULER NASIONAL] Jokowi Berkelakar Ditanya soal Pindah Parpol | PDI-P Beri Sinyal di Luar Pemerintahan

[POPULER NASIONAL] Jokowi Berkelakar Ditanya soal Pindah Parpol | PDI-P Beri Sinyal di Luar Pemerintahan

Nasional
Prabowo Diharap Tetapkan 2 Syarat Utama Sebelum Tambah Kementerian

Prabowo Diharap Tetapkan 2 Syarat Utama Sebelum Tambah Kementerian

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com