Menurut Feri, Presiden Jokowi begitu bersemangat menjaga citra blusukan, namun tidak pernah memberikan perhatian terhadap korban pelanggaran HAM.
Terlihat saat aksi unjuk rasa terkait penistaan agama di kawasan Monas pada 2 Desember 2016 lalu, Presiden mau menemui peserta aksi meski terguyur hujan.
Sementara itu, kata Feri, Presiden tak pernah sekalipun mengunjungi keluarga korban yang menggelar Aksi Kamisan di depan Istana Kepresidenan. Hingga saat ini keluarga korban telah melakukan 471 kali aksi Kamisan sejak Januari 2007.
"Presiden tak pernah menemui aksi keluarga korban pelanggaran HAM di depan Istana," kata Feri.
Merawat Harapan
Keluarga korban kasus pelanggaran HAM pun memiliki harapan yang sama. Peringatan hari HAM sedunia diharapkan menjadi momentum bagi Presiden Jokowi untuk memenuhi janji yang pernah diucapkan.
Pada awal masa pemerintahannya, Presiden Joko Widodo pernah berjanji kepada keluarga korban akan menyelesaikan kasus pelanggaran HAM agar tidak menjadi beban sejarah bangsa Indonesia.
Maria Katarina Sumarsih, salah satu keluarga korban kasus Tragedi Semanggi I 13 November 1998 mengatakan, seharusnya pemerintah tidak menutup pintu keadilan bagi korban. Dia berharap ada niat baik dan langkah nyata dari Presiden Jokowi untuk memenuhi janji.
"Harapan kami, hari HAM menjadi momentum bagi Presiden untuk mulai menciptakan konsep penyelesaian. Jika ada keberanian dan ketulusan Presiden," ujar Sumarsih saat ditemui di kantor Kontras, Jakarta Pusat, Kamis (8/12/2016).
Hampir 10 tahun, Sumarsih dan keluarga korban pelanggaran HAM lainnya menggelar Aksi Kamisan di depan Istana Kepresidenan, Jakarta.
Setiap Kamis sore, Sumarsih berdiri di depan Istana dengan payung hitam. Dia menyuarakan harapan agar pemerintah menyelesaikan kasus pelanggaran HAM masa lalu.
Ia dan keluarga korban lainnya mengaku tidak pernah patah semangat meski belum pernah sekalipun ditemui Presiden Joko Widodo saat Aksi Kamisan.
Selama 18 tahun, Sumarsih memperjuangkan penuntasan kasus Tragedi Semanggi I yang terjadi pada 13 November 1998.
Peristiwa itu merenggut nyawa anaknya, Bernardus Realino Norma Irmawan atau Wawan. Wawan meninggal lantaran ditembak saat demonstrasi mahasiswa. Padahal, Wawan sedang bertugas sebagai Tim Relawan untuk Kemanusiaan.
"Sekecil apa pun, saya masih menyimpan harapan kepada Presiden Jokowi," kata Sumarsih. Begitu juga dengan Paian Siahaan, bapak dari Ucok Siahaan, korban kasus penghilangan orang secara paksa 1998, meminta Presiden Jokowi memenuhi janji penyelesaian kasus pelanggaran HAM.