Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Algooth Putranto

Pengajar Ilmu Komunikasi Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI).

Berebut Suara Mereka yang Diam

Kompas.com - 08/12/2016, 15:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorBambang Priyo Jatmiko

Dari sisi pendapatan, mayoritas undecided voters berpendapatan Rp500.000-Rp 1 juta berjumlah, sementara yang berpendapatan di atas Rp 2 juta jumlahnya di atas 10 persen. Meski demikian, tak menutup kemungkinan undecided voters adalah mereka yang berpendidikan tinggi yang memiliki masalah dengan teknis waktu pemilihan.

Jika melihat profil mayoritas undecided voters, bisa dibilang mereka adalah pekerja sektor informal Jakarta yang diakui atau tidak telah menikmati secara langsung perubahan birokrasi di masa Ahok. Sebut saja kegesitan layanan administrasi, Kartu Jakarta Pintar (KJP) dan Kartu Jakarta Sehat (KJS).

Dalam catatan saya, sejauh ini strategi narasi kedua calon gubernur penantang, Agus Harimurti dan Anies Baswedan cukup keteteran saat menyerang keunggulan Ahok. Realitas yang mereka tawarkan pun, akhirnya menjadi semacam hiper realitas yang mudah dipatahkan.

Bagaimana dengan isu lain? Tak dapat dimungkiri, tak sedikit undecided voters Jakarta yang tersakiti karena mengalami secara langsung ketegasan dan kelugasan Ahok melakukan penertiban demi penataan kota Jakarta  dengan tujuan jangka panjang.

Hal yang, kemudian menjadi narasi penting bagi dua penantang tersebut. Sebut saja utopia membangun tanpa menggusur, yang pernah menjadi senjata kampanye Jokowi-Ahok pada Pilkada 2012. Saya menyebut utopia karena secara teknis sangat sulit dilakukan secara administrasi, waktu dan biaya.

Lalu bagaimana untuk mempengaruhui undecided voters tersebut agar berubah pikiran? Dengan waktu hanya tersisa dua bulan maka ada empat faktor yang harus digenjot para calon gubernur dan tim sukses mereka.

Pertama, sosialisasi dan upgrading dari pasangan calon melalui debat, kampanye dan media. Kedua, pendekatan pada agen politik dalam lingkaran individu pemilih. Ketiga, peningkatan aktivitas partai, ormas, atau civil society. Keempat, faktor fenomena atau peristiwa politik luar biasa.

Faktor pertama, tentu akan sulit dimaksimalkan mengingat para calon gubernur dibatasi oleh aturan kampanye yang diawasi Badan Pengawas Pemilu, meski masih memungkinkan menyerang lewat udara (media). Faktor kedua dan ketiga dalam Pilkada DKI diakui atau tidak telah digarap secara artifisial dan organik oleh dua penantang berkat faktor keempat yaitu, status tersangka Ahok dalam kasus dugaan penistaan agama.

Siapa yang akan menang? Secara naif jika kita hanya becermin pada Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jakarta yang kini tertinggi dibanding provinsi lain.

Meminjam pendapat dua guru besar Universitas Gadjah Mada (UGM), Boediono dan Pratikno, kemakmuran memiliki korelasi pada tingkat demokrasi sehingga seharusnya isu agama tidak secara langsung mempengaruhi pilihan politik.

Namun, seperti pendapat keduanya, dalam praktik demokrasi Indonesia saat ini masih terdapat dilema bagaimana good governance mampu memadukan rasionalisme dan populisme dengan tetap merawat kesadaran berbangsa dan nation building. Di sini, peran undecided voters sangat vital.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gus Muhdlor Kirim Surat Absen Pemeriksaan KPK, tetapi Tak Ada Alasan Ketidakhadiran

Gus Muhdlor Kirim Surat Absen Pemeriksaan KPK, tetapi Tak Ada Alasan Ketidakhadiran

Nasional
PPP Minta MK Beri Kebijakan Khusus agar Masuk DPR Meski Tak Lolos Ambang Batas 4 Persen

PPP Minta MK Beri Kebijakan Khusus agar Masuk DPR Meski Tak Lolos Ambang Batas 4 Persen

Nasional
Sidang Sengketa Pileg Kalteng Berlangsung Kilat, Pemohon Dianggap Tak Serius

Sidang Sengketa Pileg Kalteng Berlangsung Kilat, Pemohon Dianggap Tak Serius

Nasional
Pemerintahan Baru dan Tantangan Transformasi Intelijen Negara

Pemerintahan Baru dan Tantangan Transformasi Intelijen Negara

Nasional
Tegur Pemohon Telat Datang Sidang, Hakim Saldi: Kalau Terlambat Terus, 'Push Up'

Tegur Pemohon Telat Datang Sidang, Hakim Saldi: Kalau Terlambat Terus, "Push Up"

Nasional
KPK Sebut Keluarga SYL Sangat Mungkin Jadi Tersangka TPPU Pasif

KPK Sebut Keluarga SYL Sangat Mungkin Jadi Tersangka TPPU Pasif

Nasional
Timnas Kalah Lawan Irak, Jokowi: Capaian hingga Semifinal Layak Diapresiasi

Timnas Kalah Lawan Irak, Jokowi: Capaian hingga Semifinal Layak Diapresiasi

Nasional
Kunker ke Sumba Timur, Mensos Risma Serahkan Bansos untuk ODGJ hingga Penyandang Disabilitas

Kunker ke Sumba Timur, Mensos Risma Serahkan Bansos untuk ODGJ hingga Penyandang Disabilitas

Nasional
KPK Kembali Panggil Gus Muhdlor sebagai Tersangka Hari Ini

KPK Kembali Panggil Gus Muhdlor sebagai Tersangka Hari Ini

Nasional
Teguran Hakim MK untuk KPU yang Dianggap Tak Serius

Teguran Hakim MK untuk KPU yang Dianggap Tak Serius

Nasional
Kuda-kuda Nurul Ghufron Hadapi Sidang Etik Dewas KPK

Kuda-kuda Nurul Ghufron Hadapi Sidang Etik Dewas KPK

Nasional
Laba Bersih Antam Triwulan I-2024 Rp 210,59 Miliar 

Laba Bersih Antam Triwulan I-2024 Rp 210,59 Miliar 

Nasional
Jokowi yang Dianggap Tembok Besar Penghalang PDI-P dan Gerindra

Jokowi yang Dianggap Tembok Besar Penghalang PDI-P dan Gerindra

Nasional
Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo', Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

Sebut Jokowi Kader "Mbalelo", Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

Nasional
[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri 'Triumvirat' Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri "Triumvirat" Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com