Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Apa Kami Tidak Dipercaya untuk Merawat Hutan Kami Sendiri?"

Kompas.com - 06/12/2016, 09:11 WIB
Kristian Erdianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - "Tanah adat kami berasal dari leluhur. Apa kami tidak dipercaya untuk merawat hutan kami sendiri?" ujar Iku sambil sedikit terbata-bata.

Iku adalah seorang pemangku adat masyarakat Lipu Wana Posangke yang menetap di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah.

Dia bersama masyarakat adat lainnya tengah berupaya meminta penetapan kawasan hutan adat kepada pemerintah.

Dalam sebuah diskusi bertajuk "Masyarakat Hukum Adat Menagih Janji Penetapan Hutan Adat" di Jalan Veteran I, Jakarta Pusat, Senin (5/12/2016), Iku menuturkan, sejak 2013 masyarakat Lipu Wana Posangke berjuang untuk penetapan tersebut.

Namun, hingga saat ini, pemerintah belum menerbitkan ketetapan kawasan hutan adat yang diminta oleh masyarakat Lipu Wana Posangke.

Iku pun menyatakan kekhawatiran jika pemerintah tidak mempercayai masyarakat Lipu Wana Posangke mampu menjaga kawasan hutannya sendiri.

"Empat tahun kami berjuang untuk penetapan hutan adat, sampai hari ini pemerintah pusat tidak serius menerbitkan keputusan tentang hutan adat Wana Posangke," ucapnya.

Keberadaan masyarakat adat Lipu Wana Posangke telah diakui oleh pemerintah daerah melalui Perda Kabupaten Morowali Nomor 13 tahun 2014.

Perda tersebut menjadi modal bagi masyarakat untuk mendaftarkan penetapan hutan adat ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Pada 5 Oktober 2015 masyarakat adat Wana Posangke, didampingi organisasi masyarakat sipil mendaftarkan permohonan penetapan hutan adat seluas 25.656 hektar.

Berbagai persyaratan sesuai Peraturan Menteri Peraturan Menteri LHK No. 32 Tahun 2015 tentang Hutan Hak mereka penuhi.

Persyaratan itu mencakup surat pernyataan permohonan penetapan hutan adat, Peraturan Daerah tentang Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat Hukum Adat, serta peta wilayah hutan adat.

Namun nampaknya harapan Iku dan masyarakat adat lainnya belum bisa terwujud.

(Baca: Masyarakat Adat Tagih Janji Jokowi Terkait Penetapan Kawasan Hutan Adat)

Kearifan lokal

Pada kesempatan yang sama, Direktur Komunitas Konservasi Indonesia Warsi, Diki Kurniawan mengatakan, setiap masyarakat adat memiliki kearifan lokal dalam mengelola hutan adatnya.

Menurut Diki, masyarakat adat biasanya memiliki peraturan tidak tertulis yang mengatur wilayah hutan mana yang bisa dimanfaatkan dan mana yang dilindungi.

Peraturan tersebut bertujuan untuk menjaga kelestarian hutan karena kehidupan masyarakat adat sangat tergantung pada keberadaan hutan.

"Dari dulu masyarakat adat sudah mengatur wilyah adatnya sendori. Mana yang dilindungi mana yang bisa dimanfaatkan," ujar Diki.

Oleh sebab itu, kata Diki, jika Pemerintah ragu untuk menetapkan kawasan hutan adat karena masyarakat dinilai tidak mampu menjaga adalah alasan yang keliru.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ma'ruf Amin: 34 Kementerian Sudah Cukup, tetapi Bisa Lebih kalau Perlu

Ma'ruf Amin: 34 Kementerian Sudah Cukup, tetapi Bisa Lebih kalau Perlu

Nasional
Ada Gugatan Perdata dan Pidana, KPK Mengaku Harus Benar-benar Kaji Perkara Eddy Hiariej

Ada Gugatan Perdata dan Pidana, KPK Mengaku Harus Benar-benar Kaji Perkara Eddy Hiariej

Nasional
Jokowi Resmikan Modeling Budi Daya Ikan Nila Salin di Karawang

Jokowi Resmikan Modeling Budi Daya Ikan Nila Salin di Karawang

Nasional
Jokowi Naik Heli ke Karawang, Resmikan Tambak Ikan Nila dan Cek Harga Pangan

Jokowi Naik Heli ke Karawang, Resmikan Tambak Ikan Nila dan Cek Harga Pangan

Nasional
Sidang SYL, KPK Hadirkan Direktur Pembenihan Perkebunan Jadi Saksi

Sidang SYL, KPK Hadirkan Direktur Pembenihan Perkebunan Jadi Saksi

Nasional
Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae dengan Korsel yang Belum Capai Titik Temu…

Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae dengan Korsel yang Belum Capai Titik Temu…

Nasional
Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah, Minta PBB Bertindak

Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah, Minta PBB Bertindak

Nasional
Ganjar dan Anies Pilih Oposisi, Akankah PDI-P Menyusul?

Ganjar dan Anies Pilih Oposisi, Akankah PDI-P Menyusul?

Nasional
Kata Gibran soal Urgensi Adanya Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis

Kata Gibran soal Urgensi Adanya Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis

Nasional
Riwayat Gus Muhdlor: Hilang Saat OTT, Beralih Dukung Prabowo, Akhirnya Tetap Ditahan KPK

Riwayat Gus Muhdlor: Hilang Saat OTT, Beralih Dukung Prabowo, Akhirnya Tetap Ditahan KPK

Nasional
Cek Hotel dan Bus Jemaah Haji, Menag: Semua Baik

Cek Hotel dan Bus Jemaah Haji, Menag: Semua Baik

Nasional
Menerka Peluang Anies dan Ahok Berduet pada Pilkada DKI Jakarta

Menerka Peluang Anies dan Ahok Berduet pada Pilkada DKI Jakarta

Nasional
Gibran Sebut Ada Pembahasan soal Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis, tapi Belum Final

Gibran Sebut Ada Pembahasan soal Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis, tapi Belum Final

Nasional
Pengamat: Jangankan 41, Jadi 100 Kementerian Pun Tak Masalah asal Sesuai Kebutuhan

Pengamat: Jangankan 41, Jadi 100 Kementerian Pun Tak Masalah asal Sesuai Kebutuhan

Nasional
Utak-atik Strategi Jokowi dan Gibran Pilih Partai Politik, PSI Pasti Dicoret

Utak-atik Strategi Jokowi dan Gibran Pilih Partai Politik, PSI Pasti Dicoret

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com