JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo gencar melakukan konsolidasi ke internal TNI-Polri pascaaksi unjuk rasa di sekitar Istana Kepresidenan, Jakarta pada 4 November 2016.
Menanggapi hal tersebut, Wakil Presiden Jusuf Kalla menegaskan bahwa tidak ada kekhawatiran pemerintah atas ancaman atau gangguan tertentu.
"Saya kira kekhawatiran tidak ada. Beliau Presiden kan panglima tertinggi, itu menginspeksi pasukan, kesiapan pasukan. Ya, tentu bahwa Presiden ingin melihat itu, sebagai panglima tertinggi," kata JK di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Jumat (11/11/2016).
(baca: Temui Satuan di TNI-Polri, Jokowi Sebut "Prajurit Kita Siap")
JK mengakui bahwa situasi belakangan ini memang memanas setelah kasus dugaan penistaan agama yang dituduhkan kepada calon gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Namun, JK menilai, konsolidasi Jokowi ke TNI-Polri hanya bentuk antisipasi semata.
"Harus disiapkan aparat keamanan dengan sangat bijaksana," kata dia.
(baca: Jokowi dan Konsolidasi Pasca-demo 4 November)
Presiden Jokowi sebelumnya mengaku ingin memastikan seluruh aparat keamanan loyal terhadap negara.
"Saya ingin memastikan ke semuanya, loyal kepada negara, setia kepada Pancasila, pada UUD 1945, kepada NKRI dan kebhinnekatunggalikaan," ujar Jokowi di Markas Korps Marinir, Cilandak, Jakarta Selatan, Jumat.
Sebagai panglima tertinggi TNI, lanjut Jokowi, memang sudah seharusnya dirinya bertemu dengan prajurit TNI.
(baca: Jokowi: Terima Kasih, Salam Marinir! Hauaaah...)
"Sehingga kalau sudah bertemu dan dekat seperti ini, bisa kita rasakan, prajurit kita siap. Saya memastikan itu saja," ujar Jokowi.
Selama sepekan terakhir, Presiden menyambangi sejumlah unsur TNI-Polri.
Pada 7 November 2016, misalnya. Mendadak, Presiden Jokowi menggelar apel militer di Kantor Mabes TNI Angkatan Darat, Jakarta Pusat.