Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kepada Jokowi, Suhardi Alius Minta Wewenang BNPT Diperluas

Kompas.com - 28/10/2016, 13:19 WIB
Ihsanuddin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Suhardi Alius menghadap Presiden Joko Widodo di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (28/10/2016).

Suhardi mengakui membahas mengenai revisi Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme yang saat ini tengah dibahas oleh pemerintah dan DPR.

Ia meminta wewenang BNPT dalam UU tersebut diperluas.

"Kami sampaikan ke Presiden, 'Pak, kami dari BNPT prinsipnya butuh proactive law enforcement, atau represif untuk preventif," kata Suhardi usai bertemu empat mata dengan Jokowi.

"Jadi ada kegiatan-kegiatan yang sebenarnya bisa dilakukan sebagai langkah preventif dalam rangka mencegah radikalisme dan terorisme," kata dia.

Suhardi mencontohkan, maraknya penyebaran ujaran kebencian atau hate speech di internet yang kerap belakangan ini.

Menurut dia, kerap kali ujaran kebencian yang muncul di internet bisa menimbulkan benih-benih terorisme dan radikalisme.

Sayangnya, BNPT tidak bisa berbuat apa-apa terhadap pihak yang menyebar ujaran kebencian Itu. Padahal, BNPT sebenarnya hanya ingin meminta keterangan mengenai maksud penyebaran ujaran kebencian itu.

"Kalau sekarang itu bisa masuk dalam proses yang bisa dimintai keterangan dan sebagainya, akan lebih baik," ucap Suhardi.

Contoh lain, lanjut dia, BNPT juga tidak bisa melakukan penindakan apapun terhadap orang-orang yang pulang setelah bergabung dengan kelompok radikal ISIS.

Selama mereka tidak melakukan kejahatan di Indonesia, maka BNPT hanya bisa melakukan pengawasan.

"Harusnya kan ada pasal-pasal yang mengatur. Kalau tidak kan kita enggak bisa berbuat apa-apa," ucap Suhardi.

Suhardi mengaku, Presiden menyambut baik usulan untuk memperkuat kewenangan BNPT ini. Ia meminta BNPT untuk mengkomunikasikan langsung usulan ini kepada panitia khusus RUU Terorisme di DPR.

"Beliau mendukung. Sifatnya kan beliau mendengarkan laporan saya, mendukung, kalau ada kesulitan kami diminta melapor ke Presiden," ucap Suhardi.

Kompas TV Pengaruh Terorisme Melalui Media Sosial-Satu meja
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Nasional
Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di 'Presidential Club'

Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di "Presidential Club"

Nasional
Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk 'Presidential Club', Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk "Presidential Club", Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Nasional
Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Nasional
'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Nasional
Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com