Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanggapi Capres "Indonesia Asli", Fahri Hamzah Harap Identitas Kultural-Etnis Tak Dibawa

Kompas.com - 06/10/2016, 10:57 WIB
Nabilla Tashandra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah mengatakan, amandemen konstitusi tidak boleh didasarkan oleh pertimbangan praktis yang sederhana, melainkan harus melalui kesepakatan bersama.

Pernyataan tersebut diungkapkan Fahri menyusul rekomendasi Musyawarah Kerja Nasional I Partai Persatuan Pembangunan (PPP) terkait amandemen terhadap Undang-Undang Dasar 1945.

PPP menginginkan agar calon presiden dan calon wakil presiden Indonesia merupakan orang Indonesia asli. Dengan demikian, WNI yang memiliki darah atau keturunan asing dianggap PPP tidak bisa menjadi presiden atau wakil presiden.

(Baca: Penjelasan Sekjen PPP soal Usul Kembalikan Frasa "Presiden ialah Orang Indonesia Asli")

Orang Indonesia, kata Fahri, pada dasarnya adalah keturunan asing. Orang Arab membawa agama Islam, orang Tionghoa membawa agama Buddha, orang India membawa agama Hindu, serta barat membawa agama Katolik dan Protestan.

"Jadi kalau bicara begitu akan rumit. Enggak perlu. Ketika masuk ke ruang publik maka identitas kultural dan etnis kita jangan dipersoalkan, karena itu ruang publik," ujar Fahri di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (6/10/2016).

Fahri menambahkan, tahapan perubahan amandemen meski dapat diusulkan oleh DPR, MPR dan DPD, namun juga harus disertai inisiatif Presiden.

Presiden juga perlu meyakinkan bahwa amandemen yang dilakukan baik untuk semua pihak.

"Jangan sampai amandemen itu jadi sengketa. Begitu ada sengketa tentang konstitusi, bangsa ini akan pecah. Kita enggak mau itu," tuturnya.

(Baca juga: Capres "Orang Indonesia Asli", Usulan yang Tak Relevan dengan Zaman)

Fahri berpendapat, arti "asli Indonesia" nantinya justru akan menjadi persoalan. Ketentuan tersebut menurutnya akan berpotensi mengkotak-kotakkan suku bangsa.

Ia pun mencontohkan Amerika Serikat yang setelah ratusan tahun baru bisa menerima warga Afro-Amerika sebagai pejabat publik.

Sedangkan Indonesia, setelah belasan tahun merdeka sudah memperbolehkan warga dengan latar belakang etnik berperan di lembaga negara.

Hal tersebut hrus dijadikan kesadaran bahwa Indonesia sudah luar biasa dalam konteks pluralisme.

"Yang begini jangan impulsif. Saya tidak setuju dengan ekstremitas itu. Sebab datang dari pemahaman yang keliru tentang agama dan konstitusi," ujar politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Nasional
Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Nasional
Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Nasional
Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Nasional
Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Nasional
Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Nasional
Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Nasional
Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang 'Toxic'

Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang "Toxic"

Nasional
Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Projo: Nasihat Bagus

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Projo: Nasihat Bagus

Nasional
Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Nasional
Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Nasional
Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com