Oleh: Rini Kustiasih
Dalam sepekan terakhir, publik disuguhi polemik soal pengakuan Freddy Budiman yang disampaikan kepada aktivis hak asasi manusia, Haris Azhar, tentang keterlibatan aparat kepolisian, BNN, dan TNI dalam kasus narkotika.
Publik dibuat kaget, tetapi juga geram karena pengakuan itu baru ramai di jagat media setelah terpidana mati kasus narkotika itu dieksekusi. Sejuta tanya akhirnya menguap ke udara.
Di tengah melubernya informasi mengenai kisah Freddy itu, dan entah sejauh mana kebenarannya, telepon seluler Haris Azhar kian sering berdering.
Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindakan Kekerasan (Kontras) itu kerap menerima telepon, pesan singkat, pesan melalui aplikasi Whatsapp, pesan Blackberry (BBM), dan tanggapan lainnya melalui akun media sosialnya di Twitter dan Facebook.
”Bang, ada masalah apa? Kok ramai di media?” ucap Haris menirukan bunyi pesan di ponselnya. Haris lalu diam sejenak, dan cepat-cepat membalas pesan itu.
”Tidak terhitung berapa banyak korban dampingan Kontras dari Papua, Ambon, NTT, Bengkulu, sampai petani Batang (Jawa Tengah), yang bertanya, memberi tanggapan atau dukungan. Ibu saya juga sampai menelepon dan beliau berpesan, kalau jujur harus maju terus, enggak boleh takut,” ujarnya yang ditemui di lantai dua kantor Kontras, Jalan Kramat Raya II, Jakarta, Jumat (5/8) pagi.
Haris baru saja datang di kantornya. Sayup-sayup dari bawah terdengar suara orang berceramah tentang demokrasi dan HAM.
Pagi itu, puluhan pemuda mengikuti pendidikan HAM yang rutin diadakan Kontras setiap tahunnya. Kegiatan itu berlangsung penuh selama tiga minggu.
Di lantai atas, di loteng dengan pemandangan bebas ke luar itu, Haris membantah berita yang berseliweran belakangan ini.
”Saya bukan tersangka. Saya ini terlapor. Tidak jelas siapa yang melaporkan saya mencemarkan nama baik TNI, Polri, dan BNN. Kabarnya purnawirawan TNI, Polri, dan BNN,” ungkapnya.
Kontraproduktif
Hal yang disayangkan Haris, mengapa malah dirinya yang dilaporkan mencemarkan nama baik polisi, BNN, dan TNI. Mengapa bukan kisah Freddy yang ditelusuri.
”Apa yang saya tulis di medsos itu sejatinya mengonfirmasi apa yang selama ini dipikirkan publik. Publik dari dulu curiga aparat ’bermain’ dalam peredaran narkotika. Selalu ada kecurigaan semacam itu, dan seolah terkonfirmasi saat ada pengakuan Freddy yang saya tulis,” katanya.