Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Haris Dinilai Jadi Korban dari Hukuman Mati yang Tidak Punya Dasar Legitimasi

Kompas.com - 06/08/2016, 19:24 WIB
Fachri Fachrudin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Forum Akademisi #KamiPercayaKontraS menilai bahwa laporan oleh TNI, Polri, dan BNN ke Mabes Polri itu menjadikan Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Haris Azhar sebagai korban dari penerapan kebijakan hukuman mati yang tidak mempunyai dasar legitimasi.

Akademisi Universitas Jakarta, Robertus Robet mengatakan, hukuman mati secara etik tidak bisa diterima. Apalagi penerapannya di tengah sistem hukum yang masih sarat korupsi.

"Kita sendiri tahu bahwa ada korupsi dalam peradilan kita, kecenderungan penggunaan abuse of power, kekerasan dalam pelaksanaan hukum kita," ujar Robertus di kantor Sekretariat Perhimpunan Pendidikan Demokrasi, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (6/8/2016).

Fakta lainnya, kata dia, saat ini KPK masih aktif melakukan penangkapan terhadap oknum penyelenggara peradilan yang terkait kasus korupsi.

"Jadi, masih banyak yang enggak beres dalam sistem peradilan hukum kita," kata dia.

Maka dari itu, penerapan hukuman mati menjadi satu kebijakan yang sangat beresiko jika terus diterapkan. Karena di sisi lain, sistem hukum saat ini keadaaanya sangat buruk. Ia pun berharap, pemerintah melakukan moratorium kebijakan hukuman mati.

Menurutnya, memoratorium kebijakan tersebut tidak akan membuat kesan bahwa presiden lemah.

"Tentu tidak karena justru dengan tanpa menghukum mati, maka presiden memiliki kesempatan bersungguh-sungguh menggunakan otoritas yang dimilikinya untuk me-review praktek hukum yang sudah berjalan itu," kata dia.

"Dengan begitu presiden bukan bertambah kecil, tetapi bertambah kuat fungsi kelembagaannya dan otoritas kelembagaan itu," ujarnya.

Terkait penyataan Haris, menurut dia, harus menjadi catatan penting bagi pemerintah. Presiden harus membentuk tim Independen untuk melakukan penyelidikan agara kewibawaan lembaga-lembaga keamanan negara tetap terbangun dan terjaga.

"Pentingnya membangun kembali kewibawaan lembaga-lembaga pemerintah dengan membentuk tim independen untuk membuktikan apa yang dikatakan Haris," kata dia. (Baca: Amir Syamsuddin: Cerita Haris Azhar Ada Unsur Demi Kepentingan Umum)

Haris sebelumnya telah dilaporkan Badan Narkotika Nasional, TNI dan Polri ke Bareskrim Polri. Dalam keterangan yang disampaikan, Haris menyebut, jika ada keterlibatan oknum anggota di tiga lembaga itu di balik bisnis haram Freddy. Cerita itu didapat Haris saat bertemu Freddy pada 2014 lalu.

Kompas TV KontraS: Orang Bersuara Malah Dipidanakan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Putus Internet ke Kamboja dan Filipina, Menkominfo: Upaya Berantas Judi 'Online'

Putus Internet ke Kamboja dan Filipina, Menkominfo: Upaya Berantas Judi "Online"

Nasional
Pemerintah Putus Akses Internet Judi 'Online' Kamboja dan Filipina

Pemerintah Putus Akses Internet Judi "Online" Kamboja dan Filipina

Nasional
Upaya Berantas Judi 'Online' dari Mekong Raya yang Jerat 2,3 Juta Penduduk Indonesia...

Upaya Berantas Judi "Online" dari Mekong Raya yang Jerat 2,3 Juta Penduduk Indonesia...

Nasional
Keamanan Siber di Pusat Data Nasional: Pelajaran dari Gangguan Terbaru

Keamanan Siber di Pusat Data Nasional: Pelajaran dari Gangguan Terbaru

Nasional
Tanggal 26 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 26 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Letjen Suryo Prabowo Luncurkan Buku 'Mengantar Provinsi Timor Timur Merdeka Menjadi Timor Leste'

Letjen Suryo Prabowo Luncurkan Buku "Mengantar Provinsi Timor Timur Merdeka Menjadi Timor Leste"

Nasional
Resmikan Destinasi Wisata Aglaonema Park di Sleman, Gus Halim: Ini Pertama di Indonesia

Resmikan Destinasi Wisata Aglaonema Park di Sleman, Gus Halim: Ini Pertama di Indonesia

Nasional
Drag Fest 2024 , Intip Performa Pertamax Turbo untuk Olahraga Otomotif

Drag Fest 2024 , Intip Performa Pertamax Turbo untuk Olahraga Otomotif

Nasional
2.000-an Nadhliyin Hadiri Silaturahmi NU Sedunia di Mekkah

2.000-an Nadhliyin Hadiri Silaturahmi NU Sedunia di Mekkah

Nasional
TNI AD: Prajurit Gelapkan Uang untuk Judi 'Online' Bisa Dipecat

TNI AD: Prajurit Gelapkan Uang untuk Judi "Online" Bisa Dipecat

Nasional
Airlangga Yakin Jokowi Punya Pengaruh dalam Pilkada meski Sebut Kearifan Lokal sebagai Kunci

Airlangga Yakin Jokowi Punya Pengaruh dalam Pilkada meski Sebut Kearifan Lokal sebagai Kunci

Nasional
TNI AD Mengaku Siapkan Pasukan dan Alutsista untuk ke Gaza

TNI AD Mengaku Siapkan Pasukan dan Alutsista untuk ke Gaza

Nasional
Mitigasi Gangguan PDN, Ditjen Imigrasi Tambah 100 Personel di Bandara Soekarno-Hatta

Mitigasi Gangguan PDN, Ditjen Imigrasi Tambah 100 Personel di Bandara Soekarno-Hatta

Nasional
Pusat Data Nasional Diperbaiki, Sebagian Layanan 'Autogate' Imigrasi Mulai Beroperasi

Pusat Data Nasional Diperbaiki, Sebagian Layanan "Autogate" Imigrasi Mulai Beroperasi

Nasional
Satgas Judi 'Online' Akan Pantau Pemain yang 'Top Up' di Minimarket

Satgas Judi "Online" Akan Pantau Pemain yang "Top Up" di Minimarket

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com