Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Percakapan Lengkap Sanusi dan Staf Ahok Saat Bicarakan Pembagian Jatah DPRD

Kompas.com - 26/07/2016, 08:21 WIB
Abba Gabrillin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Staf Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), Sunny Tanuwidjaja, diduga sempat berbicara dengan anggota DPRD DKI Jakarta, Mohamad Sanusi, tentang adanya pembagian jatah suap bagi anggota DPRD DKI.

Jatah suap yang dimaksud terkait finalisasi pembahasan rancangan peraturan daerah tentang reklamasi.

Meski dalam pembicaraan tersebut tidak secara spesifik disebut soal uang, Jaksa Penuntut dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), menduga bahwa bagi-bagi yang dimaksud terkait suap dari pengembang reklamasi, agar Raperda segera disahkan melalui rapat paripurna DPRD.

"Ada istilah apakah pembagian tidak merata, itu tidak ada tafsiran lain lah kalau bagian yang tidak rata itu selain uang. Ini nanti bisa dikembangkan lagi," ujar Jaksa Ali Fikri di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Senin (25/7/2016).

(Baca: Rekaman Ungkap Dugaan Prasetio Edi Marsudi Jadi Perantara Suap Pengembang)

Dalam rekaman pembicaraan, Sanusi kembali mengutarakan adanya pembagian jatah yang tidak merata bagi anggota dewan. Hal tersebut yang menyebabkan peserta rapat paripurna tidak pernah mencukupi syarat pengambilan keputusan.

Akibatnya, rapat paripurna untuk pengesahan dua Raperda terkait reklamasi tidak juga dimulai, bahkan ditunda selama tiga kali dijadwalkan.

Saat dikonfirmasi Jaksa seputar rekaman tersebut, Sunny mengaku bahwa ia hanya menanyakan kepada Sanusi alasan pembahasan raperda reklamasi tidak kunjung selesai. Sunny mengaku tidak mengetahui  apa yang dikatakan Sanusi.

(Baca: Penjelasan Ahok soal Diskresi dan Asal-usul Angka 15 Persen)

Ia meminta Jaksa mengklarifikasi pembicaraan tersebut langsung kepada Sanusi. Meski dalam rekaman Sunny sempat menyebut nama salah satu direktur pengembang, Sunny membantah jika dia mengetahui adanya aliran suap.

"Inikan terkait stakeholder-nya, yaitu pengembang, jadi saya tanya, apa sudah ditanyakan ke Pak Budi Nirwono (Direktur PT Kapuk Naga Indah)," kata Sunny.

Dalam persidangan sebelumnya, Jaksa KPK sempat memutarkan rekaman pembicaraan antara Sanusi dan Manajer Perizinan PT Agung Sedayu Group, Saiful Zuhri alias Pupung.

Dalam rekaman itu, Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetio Edi Marsudi diduga bertindak sebagai perantara suap dari Chairman Agung Sedayu Group, Sugianto Kusuma alias Aguan.

(Baca: KPK Telusuri Bagi-bagi Uang dari Pengusaha untuk Ketua Fraksi di DPRD DKI )

Berikut potongan percakapan Sanusi dan Sunny melalui telepon pada 19 Maret 2016:

Sunny: Ah gua yang susah lu gila lu
Sanusi: Gue-gue ikut lu, kalo lu "ci sini" gua langsung berangkat bro
Sunny: Tertawa
Sanusi: Gimana?
Sunny: Gua per kita perlu ngobrolin soal itu, belum ketok-ketok itu
Sanusi: Aduh udah gua bilang lah, lu nih, gua kemarin si Harco telpon kan
Sunny: Ha terus
Sanusi: Gua bilang sampai gua datangin, ini ga beresin, ngarti ga lu. Si Sepuluh tetep pimpinannya, enggak tahu lah, enggak smooth-in orang, ngerti enggak lu. Gua bilang head to head. Orang ini track satu tarik klek, tuktataktek, jadi kok ini enggak bro

Sunny: Wah gawat dong
Sanusi: Yah gua udah kemarin tuh sampai gua bilang ee sama Arisman juga sama teman-teman
Sunny: He-eh
Sanusi: Gua bilang ini paling ga jadi lagi
Sunny:Hehe
Sanusi: Ah lu mas, yah gua udah tahu, orang gini lho jadi gini, ini bukan rahasia umum, lepas dari orang bilang takut wah begana begini, begana begini 
Sunny: Iya 
Sanusi Ngeri enggak lu
Sunny: Iya
Sanusi: Tapi bukan rahasia umum
Sunny: Iya

Sanusi: Kalau bukan rahasia umum, jadi lu harus head to head, datengin, o ini kunci si Z datengnin, jangan semua dipegang satu orang, bagi dong. Maksudnya gua gitu loh
Sunny: Ooh
Sanusi: Nah gua udah arahin banget tapi gua ga diinsturksiin, gua gak berani bro, ngerti ga lo Sunny: ooh
Sanusi:  Jadi ee si Sepuluh ga itu, ini ginilah ini ada ada serakah-serakahan juga, ngerti ga lu Sunny: (tertawa)
Sanusi: Ga cakep lah, pokoknya benar-benar gua gua sih terus terang aja, tapi karena gua kan prajurit gitu kan, maksud gua  gua udah berkarya, gua ini prajurit, gua gak bisa karena direct orang sama gitu yah, terus gua anak bawah

Sanusi: Kan ga berani gua dong, gua hargai kalau gua orangnya jaga etika gitu sepanjang ga diinstruksikan sama yang di..
Sunny: Oh tapi kuncinya ada berapa
Sanusi: Ya gak banyak bro kuncinya. Kemarin tuh udah lima puluh satu, ngerti ga lu kan tinggal dua puluhan orang kemarin tanda tangan lima satu kan. Sanusi: Ini gitu-gitu bro, tapi ini head to head ga bisa lu main-main, tapi kalau lu diemin aja ya gak kumpul, ini kan didiemin bro, seolah-olah dia bilang ini ga berani ga ada isi. Situasi begana-begini kata mereka mereka ya lu ngomong ga berani gua udah tau kasar kan gitu loh

Sunny: Lu udah lapor si Budi segala udah?
Sanusi: Gua udah lapor, gua malah ee gua lapor si Pupung. Pupung langsung telpon lagi, pada saat itu di paripurna Pupung bilang lu lapor gue informasi gue. Gua langsung lapor bos nih. Gua langsung lapor ini gak jadi paripurna neh, jam empat ga jadi udah jam dua jadi gak jadi-jadi bro karena itu yah apa ee termasuk yang Central Park lu jelasin juga gitu ini. ee gua kan kalau lu tahu gua kalau main dong igut kan ngerti gak lu

Sunny: Dia ga, dia ga mau keluar kali tuh yang Central Park
Sanusi: Gua gak ngerti, maksudnya gua gua ngelaporin ke dia kan, dia kan cuma Central Park sama Harco kan
Sunny: Iya betul
Sanusi: Ha tapi maksdunya gua kan dia didelegasinya kan langsung kepada ketua dong, gua kan anggota gua gak berani 
Sunny: iya ya
Sanusi: termasuk sama lantai sepuluhnya PDIP-nya
Sunny: Iya betul

Sanusi Tapi gua gak ngerti juga maksunya gua udah ingetin mereka waktu mau ketemu di PIK itu
Sunny: He eh
Sanusi: kan datang semua tuh
Sunny: He eh
Sanusi: Gua dampingi, kan dia tanya gua baiknya gimana Ci, ini lantai sepuluh nih PDIP lantai sepuluh kan nanya gua
Sunny: Iya iya
Sanusi: Gua bilang gini caranya, ini satu ini begini, ini dua begini, lu dari fraksi nanti paripurna begini, balegda begini.

Kompas TV Kontribusi 15% Beri 48 Triliun/Tahun untuk DKI

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Jokowi Resmikan Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit

Jokowi Resmikan Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit

Nasional
Bawaslu Papua Tengah Telat Masuk Sidang dan Tak Dapat Kursi, Hakim MK: Kalau Kurang, Bisa Dipangku

Bawaslu Papua Tengah Telat Masuk Sidang dan Tak Dapat Kursi, Hakim MK: Kalau Kurang, Bisa Dipangku

Nasional
Sengketa Pileg di Papua Tengah, MK Soroti KPU Tak Bawa Bukti Hasil Noken

Sengketa Pileg di Papua Tengah, MK Soroti KPU Tak Bawa Bukti Hasil Noken

Nasional
Dilema Prabowo Membawa Orang 'Toxic'

Dilema Prabowo Membawa Orang "Toxic"

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi soal Kabinet ke Megawati, Pengamat: Harus Koordinasi dengan Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi soal Kabinet ke Megawati, Pengamat: Harus Koordinasi dengan Prabowo

Nasional
Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

Nasional
Menakar Siapa Orang 'Toxic' yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

Menakar Siapa Orang "Toxic" yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

Nasional
Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Nasional
SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

Nasional
'Presidential Club', 'Cancel Culture', dan Pengalaman Global

"Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

Nasional
Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

Nasional
Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintahan

Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang "Toxic" ke Dalam Pemerintahan

Nasional
Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Nasional
Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com