Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Indonesia Merdeka sampai Santoso di Poso

Kompas.com - 24/07/2016, 15:02 WIB

Teror yang berarti mencapai tujuan politik atau kekuasaan dengan menggunakan kekerasan sebagai alat utama menyertai perjalanan Republik Indonesia sejak kemerdekaan.

Pada fase awal kemerdekaan RI, dikenal masa Bersiap (Belanda: Wees Paarat) sejak Agustus hingga Desember 1945, teror menimpa orang Belanda, Indo-Eropa, dan kebangsaan Eropa lainnya yang berada di kamp tawanan Jepang.

Penulis Wenri Wanhar menggambarkan periode teror dan pembunuhan tersebut dalam buku Gedoran Depok yang menceritakan kekerasan terhadap orang-orang "Belanda Depok" yang dituduh menjadi kaki tangan Belanda.

Sebaliknya, pihak Belanda pun melakukan kekerasan balasan dengan aksi teror, seperti dilakukan serdadu KNIL di Batavia semasa Perang Kemerdekaan RI 1945-1949.

Mereka meneror kampung-kampung di seputar Jakarta yang masih mereka sebut Batavia. Para pejuang RI juga membalas di wilayah pendudukan, seperti di Karawang, dengan melakukan kekerasan berupa pembunuhan dan penyiksaan terhadap mereka yang diduga menjadi mata-mata atau kaki tangan Belanda.

Sejarawan Australia, Robert Cribb, menjelaskan dengan detail saling teror dua pihak tersebut dalam buku Gangster and Revolutionaries and Indonesia's Revolution.

Sejarawan Bonnie Triyana menuturkan, teror lanjutan yang terkenal dilakukan pihak Belanda adalah aksi Kapten Raymond "Turk" Westerling bersama pasukan khusus dari Depot Speciale Troepen di Sulawesi Selatan 1946-1947 dan juga pembantai APRA (Angkatan Perang Ratu Adil) di Bandung, Jawa Barat, Januari 1950.

Pemahaman keliru

Dia mengingatkan, konteks teror pada 1950-an berbeda dengan terorisme saat ini yang lebih banyak bicara pada pemahaman keliru dalam keagamaan dan sektarian.

"Kelompok komunis dan kiri melakukan teror kekerasan pada Peristiwa Tiga Daerah di Jawa Tengah, Revolusi Sosial Banten, dan Revolusi Sosial di Sumatera Timur. Kelompok kanan atau golongan agama juga melakukan kekerasan, seperti Darul Islam-Tentara Islam Indonesia (DI-TII) yang meneror penduduk di Priangan Selatan (Jawa Barat) dan Banten. Kelompok-kelompok militer pun waktu itu terlibat dalam afiliasi politik kiri dan kanan. Ditambah lagi kemampuan aparatur negara masih lemah," ujar Bonnie.

Teror juga dilakukan kelompok kiri dalam Revolusi Madiun 1948. Pihak lawan politik juga melakukan kontra teror sebagai pembalasan.

Bonnie menambahkan, Revolusi Sosial merupakan akumulasi kemarahan rakyat kecil terhadap kaum elite dan juga jaringan bisnis Tionghoa yang dianggap merupakan bagian dari rezim Hindia-Belanda dan semasa Jepang juga dinilai berkolaborasi dengan kekuasaan bersenjata.

Pada periode sama juga muncul rangkaian teror dan kekerasan dari kelompok kanan DI-TII. Masyarakat Sunda di Jawa Barat selama belasan tahun hidup dalam tekanan dan ketakutan akibat intimidasi dan pembunuhan.

Kekerasan pada awal kemerdekaan itu berakhir tahun 1962 dengan penangkapan dan eksekusi mati pemimpin DI-TII, SM Kartosuwirjo.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Nasional
SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

Nasional
'Presidential Club', 'Cancel Culture', dan Pengalaman Global

"Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

Nasional
Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili di Kasus Gratifikasi dan TPPU

Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili di Kasus Gratifikasi dan TPPU

Nasional
Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintahan

Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang "Toxic" ke Dalam Pemerintahan

Nasional
Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Nasional
Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Nasional
Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Nasional
Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Nasional
'Presidential Club' Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

"Presidential Club" Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

Nasional
[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

Nasional
Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com