Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menteri Pertahanan: Pemerintah Tak Akan Bayar Tebusan yang Diminta Penyandera

Kompas.com - 28/06/2016, 15:24 WIB
Kristian Erdianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu membenarkan ada permintaan tebusan dari kelompok bersenjata yang menyandera warga negara Indonesia.

Kelompok penyandera di bawah pimpinan Abu Sayyaf.

Namun, Ryamizard menegaskan, Pemerintah Indonesia tidak akan membayar uang tebusan yang diminta kelompok penyandera tujuh WNI di Filipina tersebut.

Tidak hanya pemerintah Indonesia, kata Ryamizard, Pemerintah Filipina pun tak ingin memenuhi permintaan tebusan itu.

"Filipina dan Indonesia tidak akan memenuhi permintaan tersebut. Kami tidak akan membayar tebusan," kata Ryamizard, saat ditemui di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Senin (28/6/2016).

(Baca: "Gimana Enggak Jadi Sasaran Perompak, Orang Kita Bayar Tebusan Terus")

Ryamizard menjelaskan, upaya pembebasan tujuh WNI itu dilakukan dengan beberapa opsi.

Dia menyebutkan tiga opsi yang bisa diambil Pemerintah Indonesia, yaitu diplomasi, negosiasi, dan operasi militer.

"Operasi militer, pasti. Ada tiga opsi yaitu diplomasi, negosiasi, operasi militer. Mana yang bagus? Kalau terpaksa, operasi militer," kata Ryamizard.

Mantan Kepala Staf Angkatan Darat pada 2002-2005 ini, menyampaikan, keselamatan para sandera menjadi prioritas pemerintah dalam upaya pembebasan tersebut.

(Baca: Penyandera Empat ABK WNI Minta Tebusan Sekitar Rp 60 Miliar)

Oleh karena itu, apabila operasi militer dilakukan TNI, bukan tidak mungkin akan ada jatuh korban.

"Operasi militer itu pasti ada korban. Nah, korban itu yang kami hindari. Korban pasti ada. Kalau tentara, ya. Tapi kalau sandera dibunuh semua bagaimana? Itu menjadi perhatian utama," kata Ryamizard.

Sebelumnya, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengatakan kelompok penyandera meminta uang tebusan sebesar Rp65 miliar bagi pembebasan empat WNI.

Sementara, tiga sandera lainnya diduga berada di lokasi yang terpisah.

Gatot mengatakan, empat sandera tersebut diduga berada di Pulau Jolo, Filipina. Sedangkan untuk tiga warga lainnya, kata Gatot, belum dipastikan lokasinya. 

Kompas TV Kerabat Mohon agar Jokowi Bebaskan ABK
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Ahli Sebut Keawetan dan Usia Tol MBZ Berkurang karena Spesifikasi Material Diubah

Ahli Sebut Keawetan dan Usia Tol MBZ Berkurang karena Spesifikasi Material Diubah

Nasional
PKB Siapkan Ida Fauziyah Jadi Kandidat Cagub Jakarta, Bukan Anies

PKB Siapkan Ida Fauziyah Jadi Kandidat Cagub Jakarta, Bukan Anies

Nasional
PKB Akui Pertimbangkan Airin Jadi Bacagub di Pilkada Banten 2024

PKB Akui Pertimbangkan Airin Jadi Bacagub di Pilkada Banten 2024

Nasional
Bantah Dapat Jatah 4 Menteri dari Prabowo, PAN: Jangan Tanggung-tanggung, 6 Lebih Masuk Akal

Bantah Dapat Jatah 4 Menteri dari Prabowo, PAN: Jangan Tanggung-tanggung, 6 Lebih Masuk Akal

Nasional
Kisah Runiti Tegar Berhaji meski Suami Meninggal di Embarkasi

Kisah Runiti Tegar Berhaji meski Suami Meninggal di Embarkasi

Nasional
Jokowi Mengaku Tak Bahas Rencana Pertemuan dengan Megawati Saat Bertemu Puan di Bali

Jokowi Mengaku Tak Bahas Rencana Pertemuan dengan Megawati Saat Bertemu Puan di Bali

Nasional
Soal Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Menkes Sebut WHO Sudah Ingatkan Risikonya

Soal Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Menkes Sebut WHO Sudah Ingatkan Risikonya

Nasional
Kemendikbud Akan Turun Periksa Kenaikan UKT, Komisi X DPR: Semoga Bisa Jawab Kegelisahan Mahasiswa

Kemendikbud Akan Turun Periksa Kenaikan UKT, Komisi X DPR: Semoga Bisa Jawab Kegelisahan Mahasiswa

Nasional
TII Serahkan Petisi Pansel KPK, Presiden Jokowi Didesak Pilih Sosok Berintegritas

TII Serahkan Petisi Pansel KPK, Presiden Jokowi Didesak Pilih Sosok Berintegritas

Nasional
Dilaporkan Nurul Ghufron ke Polisi, Ketua Dewas KPK: Ini Tidak Mengenakkan

Dilaporkan Nurul Ghufron ke Polisi, Ketua Dewas KPK: Ini Tidak Mengenakkan

Nasional
Tak Takut Dilaporkan ke Bareskrim, Dewas KPK: Orang Sudah Tua, Mau Diapain Lagi Sih?

Tak Takut Dilaporkan ke Bareskrim, Dewas KPK: Orang Sudah Tua, Mau Diapain Lagi Sih?

Nasional
Kemendikbud Kini Sebut Pendidikan Tinggi Penting, Janji Buka Akses Luas untuk Publik

Kemendikbud Kini Sebut Pendidikan Tinggi Penting, Janji Buka Akses Luas untuk Publik

Nasional
26 Tahun Reformasi, Aktivis 98 Pajang Nisan Peristiwa dan Nama Korban Pelanggaran HAM

26 Tahun Reformasi, Aktivis 98 Pajang Nisan Peristiwa dan Nama Korban Pelanggaran HAM

Nasional
Permohonan Dinilai Kabur, MK Tak Dapat Terima Gugatan Gerindra Terkait Dapil Jabar 9

Permohonan Dinilai Kabur, MK Tak Dapat Terima Gugatan Gerindra Terkait Dapil Jabar 9

Nasional
Dewas KPK Heran Dilaporkan Ghufron ke Bareskrim Polri

Dewas KPK Heran Dilaporkan Ghufron ke Bareskrim Polri

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com