Tito mengatakan, untuk serangan di Sarinah, bisa saja pelaku menaruh bom di kedai kopi Starbucks dan meledakkan lewat remote.
Begitu pula bom di sekitar Kedutaan Besar Australia pada 2004. Pelaku bisa saja memarkir mobil di jalanan depan Kedubes Australia dan meledakkan lewat remote.
Namun, dalam dua serangan tersebut, pelaku memilih bunuh diri. (baca: Ditanya soal Loyalitasnya ke Presiden Jokowi, Ini Jawaban Tito Karnavian)
Bahkan, kata Tito, ada tersangka teroris yang menangis ketika ditangkap tanpa sempat melawan. Pasalnya, kata dia, pelaku meyakini akan masuk surga jika melawan aparat.
Ia juga memberi contoh kasus Siyono, yang tewas setelah melawan polisi ketika ditangkap.
"121 orang ini sama persoalanya. Berhadapan dengan ini, kita nggak mau ambil risiko," kata Tito.
Dalam paparannya, Tito juga meminta publik tidak hanya melihat jumlah terduga teroris yang tewas. Pasalnya, setidaknya ada 900 orang lebih yang ditangkap dalam keadaan hidup. Di sisi lain, ada pula polisi dan masyarakat yang tewas.
"Polisi 26 orang tewas, masyarkat lebih dari 1000 orang tewas," kata Tito.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.