Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Amir Sodikin
Managing Editor Kompas.com

Wartawan, menyukai isu-isu tradisionalisme sekaligus perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Bergabung dengan harian Kompas sejak 2002, kemudian ditugaskan di Kompas.com sejak 2016. Menyelesaikan S1 sebagai sarjana sains dari Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (UGM), dan S2 master ilmu komunikasi dari Magister Ilmu Komunikasi Universitas Paramadina. 

Politik Menjual Ketakutan

Kompas.com - 12/05/2016, 07:53 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorHeru Margianto

Jualan politik yang dikemas apik oleh para tim sukses di era modern ini kadang memang melenakan calon pemilih. Para manajer krisis ini dengan cantik mampu membungkus “kucing” untuk dijual sebagai “harimau”, atau dengan mudah mampu mencitrakan kandidat lain sebagai “kucing”, bukan “harimau”.

Salah satu tugas tim sukses adalah bagaimana menjual kandidat biasa saja menjadi kandidat yang mengilap. Jangan-jangan, jualan krisis seperti di film “Our Brand Is Crisis” masih menjadi tren di Indonesia? Jangan-jangan, manajer krisis dan manajer ketakutan hingga saat ini masih saja sedang bekerja?

Jika memang demikian, pantas saja hingga kini jualan krisis dan ketakutan masih laku keras di negeri ini. Kini, isu yang sedang berkembang adalah jualan ketakutan.

Ketakutan ala Indonesia

Orang-orang di penjuru Tanah Air saat ini sedang takut-takutnya jika dituduh menyebarkan paham komunisme atau dikaitkan dengan PKI. Terlepas apakah ketakutan itu riil atau tidak, namun strategi ini berhasil menciptakan krisis dan ketakutan.

Walau para pejabat sendiri sudah mengatakan, secara teknis PKI tak akan mampu bangkit lagi di Indonesia, namun tetap saja jualan ketakutan akan bangkitnya PKI terus digeber di berbagai daerah. Secara hukum sebenarnya sudah tak ada celah untuk khawatir bahwa PKI akan hidup lagi di Tanah Air.

Secara tren, tak ada lagi alasan untuk takut bahwa komunisme akan hidup dan tumbuh lagi di Indonesia. Tapi, seperti dalam film itu, jika memang ini hanya sekadar jualan politik, maka bagi konsultan politik, tak perlu lagi menyusun logika bahwa jalan ini adalah yang paling masuk akal bagi pilihan negeri ini.

Entah siapa yang menjadi manajer jualan ketakutan ini, namun tampaknya tak ada suara keberatan dari mereka yang sedang berkuasa. Kita tak ingin PKI bangkit di Indonesia.

Namun, aksi jualan ketakutan ini bukankah justru memicu banyak orang untuk kembali ingin tahu apa itu PKI dan komunisme?

Di sisi lain, negara justru makin dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan mendasar dari masyarakat sipil, apakah masih bisa melindungi warganya dari ancaman penangkapan-penangkapan dan pembubaran-pembubaran diskusi yang tidak prosedural? Bukankah ini justru jualan yang gagal?

Siapa yang sebenarnya menjual dan siapa yang sebenarnya saat ini yang sedang membeli? Banyak dari kita yang tak tahu jawabannya. Namun, banyak "Bodine-Bodine" Indonesia yang pasti akan dibuat kecewa dengan strategi branding dan marketing katakutan tak logis ini.

Di banyak negara demokratis, jualan ketakutan ini sudah usang dan sudah ditinggalkan, berganti dengan tema-tema yang memberi harapan, persatuan, dan merengkuh masa depan. Mereka percaya, ketakutan, kebencian, dan perpecahan tak akan membawa kita ke mana-mana, bahkan bisa kembali ke masa silam yang kelam.

Wali Kota London, Inggris, yang baru saja terpilih, Sadiq Khan, terbukti telah mampu membuktikan bahwa politik jualan ketakutan telah berakhir. Khan adalah Muslim pertama di London yang berhasil menjabat Wali Kota, mengalahkan strategi kampanye dari rivalnya yang menjual ketakutan dan perpecahan.

Kini, di kancah jasa konsultasi poltik sudah banyak berbagai peralatan modern berbasis teknologi informasi yang bisa digunakan untuk mengukur efektivitas sebuah branding politik.
Bagi yang percaya masih ada masa depan untuk politik ketakutan, silakan gunakan jasa konsultan yang dipercaya untuk mengukur hasilnya. Masih ingin lanjut?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Survei Litbang “Kompas': Citra Positif Lembaga Negara Meningkat, Modal Bagi Prabowo-Gibran

Survei Litbang “Kompas": Citra Positif Lembaga Negara Meningkat, Modal Bagi Prabowo-Gibran

Nasional
Prabowo Ucapkan Selamat Ulang Tahun ke Jokowi, Unggah 3 Foto Bareng di Instagram

Prabowo Ucapkan Selamat Ulang Tahun ke Jokowi, Unggah 3 Foto Bareng di Instagram

Nasional
Ingin Usung Kader Sendiri di Jakarta, PDI-P: Bisa Cagub atau Cawagub

Ingin Usung Kader Sendiri di Jakarta, PDI-P: Bisa Cagub atau Cawagub

Nasional
PDI-P Siapkan Kadernya Jadi Cawagub Jabar Dampingi Ridwan Kamil

PDI-P Siapkan Kadernya Jadi Cawagub Jabar Dampingi Ridwan Kamil

Nasional
6 Jaksa Peneliti Periksa Berkas Pegi Setiawan

6 Jaksa Peneliti Periksa Berkas Pegi Setiawan

Nasional
Mendagri: Pj Kepala Daerah yang Maju Pilkada Harus Mundur dari ASN Maksimal 40 Hari Sebelum Pendaftaran

Mendagri: Pj Kepala Daerah yang Maju Pilkada Harus Mundur dari ASN Maksimal 40 Hari Sebelum Pendaftaran

Nasional
Polri Punya Data Anggota Terlibat Judi 'Online', Kompolnas: Harus Ditindak Tegas

Polri Punya Data Anggota Terlibat Judi "Online", Kompolnas: Harus Ditindak Tegas

Nasional
Golkar Sebut Elektabilitas Ridwan Kamil di Jakarta Merosot, Demokrat: Kami Hormati Golkar

Golkar Sebut Elektabilitas Ridwan Kamil di Jakarta Merosot, Demokrat: Kami Hormati Golkar

Nasional
Ulang Tahun Terakhir sebagai Presiden, Jokowi Diharapkan Tinggalkan 'Legacy' Baik Pemberantasan Korupsi

Ulang Tahun Terakhir sebagai Presiden, Jokowi Diharapkan Tinggalkan "Legacy" Baik Pemberantasan Korupsi

Nasional
Bansos untuk Korban Judi Online, Layakkah?

Bansos untuk Korban Judi Online, Layakkah?

Nasional
Mendagri Minta Tak Ada Baliho Dukungan Pilkada Pj Kepala Daerah

Mendagri Minta Tak Ada Baliho Dukungan Pilkada Pj Kepala Daerah

Nasional
Gangguan Sistem Pusat Data Nasional, Pakar: Tidak Terjadi kalau Pemimpinnya Peduli

Gangguan Sistem Pusat Data Nasional, Pakar: Tidak Terjadi kalau Pemimpinnya Peduli

Nasional
Dari 3 Tahun Lalu, Pakar Prediksi Gangguan Sistem Bakal Menimpa PDN

Dari 3 Tahun Lalu, Pakar Prediksi Gangguan Sistem Bakal Menimpa PDN

Nasional
Dompet Dhuafa Distribusikan Sekitar 1.800 Doka di Jateng

Dompet Dhuafa Distribusikan Sekitar 1.800 Doka di Jateng

Nasional
Survei Litbang 'Kompas': Mayoritas Kelas Bawah hingga Atas Puas Atas Kinerja Jokowi di Bidang Ekonomi

Survei Litbang "Kompas": Mayoritas Kelas Bawah hingga Atas Puas Atas Kinerja Jokowi di Bidang Ekonomi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com