Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi Akui Tak Mudah Bebaskan Sandera WNI

Kompas.com - 26/04/2016, 12:45 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo mengakui, sulit membebaskan 10 warga negara Indonesia yang disandera oleh kelompok Abu Sayyaf di wilayah Filipina.

"Jangan suka memudahkan persoalan. Ini persoalan yang tidak mudah," ujar Jokowi di Istana Negara, Jakarta, Selasa (26/4/2016).

Kesulitan terletak pada beberapa hal. Pertama, konstitusi Filipina yang tak memperbolahkan militer negara asing untuk masuk tanpa melalui persetujuan parlemen. Otomatis, pembebasan 10 WNI diserahkan ke militer Filipina.

Kedua, wilayah operasi para penyandera yang cukup sulit dijangkau. Jokowi mencontohkan, saat militer Filipina mengepung kelompok itu, mereka dengan cepat langsung memindahkan sandera.

Tak heran jika penyanderaan bisa berlangsung lama, bahkan hingga berbulan-bulan. (baca: Ali Fauzi: Kelompok Abu Sayyaf Biasa Tahan Sandera Lebih dari 6 Bulan)

"Harus ngerti ya, yang lain saja sudah enam bulan belum beres, ada yang delapan bulan belum beres. Malah kemarin ada yang sudah dieksekusi. Tidak segampang itu," ujar Jokowi.

Meski demikian, pemerintah Indonesia tidak kendor memonitor perkembangan 10 WNI itu. Siang dan malam, kata Jokowi, dia memantau terus kondisinya.

Indonesia pun terus berkomunikasi dengan pemerintah Filipina terkait kondisi 10 WNI. (baca: Cerita Royke Saat Kapalnya Dibajak Kelompok Abu Sayyaf)

"Tapi Insya Allah segera kami selesaikan," ujar Presiden.

Kelompok militan Abu Sayyaf sebelumnya memenggal seorang pengusaha Kanada yang mereka sandera setelah batas waktu pembayaran uang tebusan dilampaui.

John Risdel (68), seorang konsultan pertambangan, tinggal di Filipina dan diculik bersama tiga orang lainya di Mindanao pada September tahun lalu.

Sebuah kepala manusia ditemukan di sebuah pulau terpencil beberapa jam setelah tenggat waktu pembayaran yang ditetapkan Abu Sayyaf terlampaui.

(baca: Sejak Akhir Pekan Lalu, Militer Filipina Tewaskan 25 Anggota Abu Sayyaf)

Namun, militer Filipina belum memastikan apakah kepala yang ditemukan itu adalah milik Risdel atau sandera lainnya.

Abu Sayyaf, yang kini menyatakan kesetiaan terhadap Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), menetapkan batas waktu pembayaran uang tebusan pada Senin pukul 15.00.

Kelompok ini meminta tebusan sebesar 4,5 juta poundsterling atau Rp 86 miliar untuk kebebasan Risdel dan dua sandera Barat lainnya, Robert Hall (50), juga warga Kanada dan Kjartan Sekkingstad (56), warga Norwegia.

Nasib seorang sandera lainnya, Tess Flor (48), seorang warga Filipina, belum diketahui.

Kompas TV Kesaksian Korban Sandera yang Selamat
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

Nasional
Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

Nasional
Presiden Jokowi Bakal Resmikan Modeling Budidaya Ikan Nila Salin di Karawang Besok

Presiden Jokowi Bakal Resmikan Modeling Budidaya Ikan Nila Salin di Karawang Besok

Nasional
Di Forum MIKTA Meksiko, Puan Bahas Tantangan Ekonomi Global hingga Persoalan Migran

Di Forum MIKTA Meksiko, Puan Bahas Tantangan Ekonomi Global hingga Persoalan Migran

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi Kabinet ke Megawati, Pengamat: Itu Hak Presiden, Wapres Hanya Ban Serep

Gibran Ingin Konsultasi Kabinet ke Megawati, Pengamat: Itu Hak Presiden, Wapres Hanya Ban Serep

Nasional
Prabowo Mau Bentuk 'Presidential Club', Pengamat: Kalau Diformalkan, Berapa Lagi Uang Negara Dipakai?

Prabowo Mau Bentuk "Presidential Club", Pengamat: Kalau Diformalkan, Berapa Lagi Uang Negara Dipakai?

Nasional
Hadiri MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10 di Meksiko, Puan: Kepemimpinan Perempuan adalah Kunci Kemajuan Negara

Hadiri MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10 di Meksiko, Puan: Kepemimpinan Perempuan adalah Kunci Kemajuan Negara

Nasional
Polri Usulkan Penambahan Atase Kepolisian di Beberapa Negara

Polri Usulkan Penambahan Atase Kepolisian di Beberapa Negara

Nasional
Kopasgat Kerahkan 24 Sniper dan Rudal Chiron Amankan World Water Forum di Bali

Kopasgat Kerahkan 24 Sniper dan Rudal Chiron Amankan World Water Forum di Bali

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com