JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat Terorisme Ali Fauzi mengatakan, kelompok Abu Sayyaf biasa menyandera orang dalam waktu yang lama. Bahkan hingga satu tahun.
"Mereka biasa menahan sandera lebih dari enam bulan, bahkan ada yang setahun," tutur Ali saat dihubungi, Rabu (13/4/2016).
Ia melihat, tak ada kesulitan dalam upaya pembebasan 10 WNI yang disandera kelompok Abu Sayyaf. Hanya, belum ada kesepakatan antara kelompok Abu Sayyaf dengan pihak pemerintah dan perusahaan terkait uang pembayaran.
Ali meyakini, uang tebusan menjadi salah satu motif terkuat. Sebab, kelompok Abu Sayyaf tak kan mau menerima pembebasan tanpa syarat. (baca: "Jika Pemerintah Penuhi Tuntutan Abu Sayyaf, Kelompok Lain Manfaatkan Situasi Serupa")
Kelompok Abu Sayyaf sebelumnya meminta uang sebesar 50 juta peso atau sekitar Rp 14,3 miliar sebagai tebusan kepada pemilik kapal.
"Mereka juga enggak mau melepaskan begitu saja tanpa adanya uang yang mereka inginkan," kata adik kandung Amrozi itu.
(baca: Fadli Zon: Jika Diperlukan, Negara Bisa Penuhi Tuntutan Abu Sayyaf)
Ali memprediksi upaya pembebasan ini masih akan lama. Namun, ia mengkhawatirkan jika respons pemerintah lamban, maka salah satu dari sandera tersebut akan dieksekusi.
Sebab, ia mengaku mengenal kelompok Abu Sayyaf karena dulu pernah bersama-sama dengan mereka.
"Yang saya khawatirkan, ketika respons pemerintah tidak ada, baik pemerintah Indonesia maupun Filipina, tidak menutup kemungkinan mereka akan mengeksekusi salah satu di antara 10 sandera tersebut," ujarnya.
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme telah menyusun berbagai langkah dan cara bertindak dalam upaya pembebasan. (baca: Umar Patek Tawarkan Bantuan, Tito Sebut Ada Opsi Lain untuk Bebaskan 10 WNI)
Strategi itu dihimpun dari informasi sejumlah terpidana terorisme di Indonesia yang pernah melakukan pelatihan militer di wilayah Filipina bagian selatan.