Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Politisi PDI-P Dukung Rehabilitasi Nama Soekarno Terkait Peristiwa 1965

Kompas.com - 19/04/2016, 15:48 WIB
Nabilla Tashandra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Politisi PDI Perjuangan Eva Kusuma Sundari mendukung permintaan untuk rehabilitasi nama Presiden Pertama RI Soekarno terkait tragedi 1965.

Menurut dia, rehabilitasi nama tersebut amat dibutuhkan karena Soekarno telah diperlakukan secara tak adil. Padahal, kontribusi Soekarno kepada bangsa tak tertandingi nilainya.

"Masa hanya karena pada saat itu konteksnya untuk memperkuat Pak Soeharto, dan rezim melakukan dis-Soekarnoisasi dengan mengaitkan Pak Karno pada gerakan 30 September," ujar Eva saat dihubungi, Selasa (19/4/2016).

"Apalagi kemudian banyak versi tentang G30SPKI yang kemudian menunjukkan bahwa sejarah tidak bisa dijalankan. Tampaknya tak ada kaitannya Soekarno dengan gerakan G30S," tambah Eva.

Eva mengatakan, tidak mungkin kontribusi Bung Karno dalam menyumbang landasan dasar negara, yaitu Pancasila, dapat diabaikan. (baca: Luhut: Mari Berdamai dengan Masa Lalu)

Sebagai Soekarnois ia pun menilai, masyarakat atau pun anak-anak muda saat ini hanya sebatas mengetahui Bung Karno, tapi tak memahami ajaran Soekarno serta kontribusinya terhadap kemerdekaan negara Asia Afrika.

"Mereka kenal Seokarno, tapi tidak substansinya, hanya sebagai orator besar," ujar Eva.

Ia mengusulkan dua bentuk nyata rehabilitasi nama yang bisa dilakukan. Pertama adalah melalui penulisan sejarah, termasuk meluruskan bahwa kontribusi Bung Karno tidak ada kaitannya dengan PKI.

Eva menegaskan, pada jaman rekonsiliatif ini masyarakat tak boleh tersandera pada seting politik zaman orde baru. (baca: Asvi Warman: Presiden Harus Minta Maaf atas Kasus Pasca-1965)

"Sudah selesai lah. Dua duanya kita hargai. Jangan membesarkan Pak Soeharto dengan mendiskreditkan Soekarno atau sebaliknya," tuturnya.

Sedangkan bentuk rekonsiliasi kedua adalah melalui penghargaan bahwa 1 Juni merupakan hari lahir Pancasila dan perlu dibuat Keputusan Presiden (Keppres).

(baca: Soal Peristiwa 1965, Luhut Tegaskan Pemerintah Tak Akan Minta Maaf)

Penghargaan tersebut dinilai rekonsiliatif karena tidak menyoal kubu A dan B, tetapi lebih ke depan, yaitu menunjukkan strategi pertahanan dengan memperteguh Pancasila dan mengakui hari lahirnya.

"Jangan dilawan dengan kelompok lain yang masih skenario orba bahwa haru lahir Pancasila itu 18 Juni," ucap Eva.

Peneliti sejarah dari LIPI Asvi Warman Adam sebelumnya mengatakan bahwa Presiden Joko Widodo harus segera mencabut segala bentuk peraturan yang menimbulkan stigma dan diskriminasi terhadap korban tragedi 1965.

Halaman:


Terkini Lainnya

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

Nasional
Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Nasional
Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com