Namun bagi orang Jawa, aksi itu adalah puncak terbakarnya kesabaran, ketika penguasa tak lagi mudah untuk ditemui, ketika penguasa memilih menutup telinganya. Tuntutan mereka sederhana: dialog.
Ketika rakyat Yogyakarta memiliki teadisi "tapa pepe", yaitu menjemur diri di bawah terik matahari agar bisa bertemu dengan Sultan, maka warga Kendeng ini telah melakukan lebih dari sekadar "tapa pepe". Dari aksi tinggal di dalam tenda, berjalan kaki 122 kilometer, membunyikan lesung tanda bahaya, hingga membelenggu diri dengan semen di bawah terik matahari.
Tapi, Presiden Jokowi tak kunjung jua datang. Mungkin, terlalu sibuk dan semoga bukan karena hatinya tidak sedang bersama para sedulur tani. Hanya utusannya yang bisa hadir menemui. Baca: Belenggu Semen di Kaki Sembilan "Kartini Kendeng" Akhirnya Dibuka.
Para utusan menjanjikan untuk bisa mempertemukan dengan Presiden. Janji itu membuat luluh para Kartini dan belenggu semen pun akhirnya dibuka.
Publik yang memantau dari linimasa media sosial ikut berlega hati karena sesuatu yang lebih buruk tak menimpa para ibu-ibu. Semua takzim, tunduk, dan hormat kepada para ibu-ibu.
Dari jauh, seolah kita ingin mencium tangan dan kaki para ibu-ibu ini. Mereka telah merelakan diri untuk menjadi simbol perjuangan menjaga Ibu Bumi, tempat kita dihidupi dan dibesarkan.
Sinyal restu Ibu Pertiwi?
Sebelum utusan Presiden menjumpai para Kartini Kendeng, Dandhy Laksono melalui akun Twitternya berbagi foto yang begitu indah nan mistis. Foto itu memperlihatkan ibu-ibu yang dipasung, di belakangnya sedang muncul pelangi.
17.50 WIB. Pasung semen dibongkar, pelangi muncul, dan dari Istana terdengar kabar 2 anggota kabinet dikirim menemui pic.twitter.com/4BJAKJrUn8
— Dandhy Laksono (@Dandhy_Laksono) April 13, 2016
"17.50 WIB. Pasung semen dibongkar, pelangi muncul, dan dari Istana terdengar kabar 2 anggota kabinet dikirim menemui," kata Dandhy.
Ibu-ibu petani telah mengajari kita, untuk setia dengan perjuangannya dengan cara-cara tanpa kekerasan. Mereka telah mampu memelihara kesabaran yang revolusioner.
Kita telah dibuat malu oleh para petani Pegunungan Kendeng, karena bukannya membesarkan lahan mereka, namun justru kita ingin menciutkannya dan bahkan menggantikannya dengan pabrik semen.
Untuk sebuah aksi nyata, kita juga diajari bagaimana secara tulus mengelola gerakan di dunia nyata dan di dunia maya. Mereka tak punya buzzer, tak mampu membayar konsultan, dan tak bisa membuat trending topic di Twitter.
Namun, ketulusan hati mereka telah memicu solidaritas netizen. Ada pula netizen yang menimpali, ketulusan mereka telah mampu menghadirkan pelangi di Ibukota Jakarta, sesuatu yang tak bisa kita lakukan jika hati kita tamak kekuasaan
Maka, Ibu Pertiwi pun seolah telah memperlihatkan tanda-tanda restunya untuk warga Kendeng. Belenggu semen untuk kaki-kaki para Kartini telah dibongkar, dan Jokowi telah berjanji untuk menemuinya. Kali ini, bersama pelangi, Ibu Pertiwi telah bersama-sama para petani untuk mengetuk pintu hati Jokowi.
Tak ada jalan lain bagi Presiden Jokowi selain menemui para petani Kendeng itu sepulang dari lawatan di Eropa. Jika tidak? Maka, para petani akan ingat, setiap pelangi yang muncul di Tanah Jawa akan menjadi pengingat ingkarnya sang pemimpin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.