Politisi Partai Keadilan Sejahtera Nasir Djamil menilai bahwa pernyataan Ahok sudah mendiskreditkan parpol.
Nasir menghargai langkah Ahok yang maju dari calon independen. Namun, dia meminta mantan Bupati Belitung Timur itu tidak lantas melukai parpol.
"Parpol tersinggung, kita tak bisa menerima pernyataan itu," kata anggota Komisi III DPR tersebut.
Sekjen Golkar Idrus Marham mendesak Ahok membuka siapa partai yang meminta dana hingga Rp 100 miliar sehingga semua parpol tak merasa jadi pihak yang tertuduh.
Menurut dia, Partai Golkar tidak pernah meminta "mahar" kepada calon kepala daerah yang akan diusungnya.
Kalaupun ada biaya yang dibebankan kepada calon, biaya tersebut digunakan untuk kampanye pemenangan. Tak ada sepeser pun yang masuk ke kas partai.
"Jadi, Pak Ahok dibuka saja, tidak ada masalah biar semua terbuka dalam rangka untuk mengkritik dan untuk perbaikan ke depan. Kalau itu semua kebenaran, ngapain takut," ucap dia.
Pendapat berbeda disampaikan oleh politisi Partai Nasdem, yang saat ini juga menjadi satu-satunya parpol yang sudah mendukung Ahok meski melalui jalur independen.
Ketua DPP Nasdem Irma Suryani Chaniago mengatakan, dukungan Nasdem tanpa syarat dan tanpa "mahar" politik. Dia menengarai bahwa praktik meminta "mahar" politik datang dari parpol lain.
Dia mencurigai, karena keengganan menyetor "mahar", Ahok minim dukungan dari parpol.
"Inilah anehnya partai politik. Mereka jual mahal mau dukung Ahok, kemudian pakai 'mahar' yang mahal. Kalau kemudian beralih pada jalur independen, kenapa harus ribut?" ucap Irma.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.