JAKARTA, KOMPAS.com - Terletak di jantung Ibu Kota, Masjid Istiqlal tak hanya menjadi tempat ibadah umat Muslim dan salah satu objek wisata di Jakarta.
Masjid yang memiliki luas 9,7 hektare ini kerap dijadikan tempat persinggahan, salah satuya bagi para demonstran.
Pasalnya, Istiqlal memiliki fasilitas yang cukup lengkap untuk tempat singgah sementara. (baca: 22 Februari 1978, Istiqlal Diresmikan Jadi Salah Satu Masjid Terbesar)
"Kan kalau mau demo ke Istana, enggak ada tempat parkir, MCK. Juga di Monas, kan kurang. Jadi mereka ke Istiqlal," ujar Protokol Masjid Istiqlal, Abu Hurairah Abdul Salam ketika ditemui Kompas.com.
"Parkir, ngumpul, mandi, shalat, istirahat sambil menunggu teman-teman yang lain di Istiqlal. Baru berangkat (demo)," sambungnya.
Banyaknya demonstran yang memenuhi Istiqlal seringkali berdampak pada fasilitas umum masjid. Seperti air yang cepat habis atau pengunjung kerap meninggalkan berbagai sampah di lingkungan masjid.
Adapula warga yang singgah di Masjid Istiqlal untuk menunggu jadwal keberangkatan kereta api. Pasalnya, letaknya dekat dengan Stasiun Gambir. (baca: Kisah Friedrich Silaban, Anak Pendeta yang Rancang Masjid Istiqlal)
Abu mengaku, pihak Istiqlal bersyukur atas kedatangan warga, yang tidak hanya ingin shalat itu.
"Alhamdulillah masjid jadi makmur. Kalau hanya mengandalkan warga yang ada di (sekitar) Istiqlal memang sangat sedikit sekali. Kami itu diramaikan oleh tamu-tamu dari daerah," tuturnya.
Dikutip dari dokumen Masjid Istiqlal, jumlah pengunjung masjid Istiqlal mencapai rata-rata 1,5 juta orang per bulan.
Dengan tingginya angka pengunjung Istiqlal, Abu menambahkan, menjadi tantangan bagi pengurus Masjid Istiqlal yang baru untuk meningkatkan kualitas pengelolaan fasilitas masjid dan memperbaiki kekurangan dalam pelayanan.
Pihaknya ingin fasilitas yang ada menjadi lebih canggih. (baca: Letak Istiqlal, dari Debat Soekarno-Hatta hingga Berdampingan dengan Katedral)
"Misal air wudhu daripada mubazir, nanti dibuatkan keran otomatis. Jadi air tidak sia-sia. Toilet juga. Masa kalah dengan mal. Ke depannya akan seperti itu," papar Abu.
Ia berharap pemerintah dapat meningkatkan anggaran pengelolaan Masjid Istiqlal agar pelayanan bisa lebih ditingkatkan. Terutama untuk kebersihan.
"Kotor sekali. Saat demo, musim liburan, itu pengunjung meninggalkan bekas makanan, sampah di mana-mana. Kan butuh tenaga, sementara tenaga kami terbatas," tambah dia.
Ia pun berharap pada kepengurusan masjid yang baru ini ada penambahan karyawan, terutama untuk kebersihan dan keamanan.