SBY perlu berkali-kali untuk meyakinkan orangtuanya bahwa ia tidak pernah minder, tidak pernah kecil hati. Bahkan, ia tidak pernah canggung bergaul dengan siapa saja, termasuk dengan para anak jenderal, teman-temannya di Akabri.
Lama-kelamaan, Soekotjo menganggap kekhawatirannya itu terlalu berlebihan. Sebab, Sarwo Edhie ternyata tidak melihat itu semua.
Kepribadian SBY memang memikat. Tutur katanya selalu santun meski kepada bawahannya.
Pembawaan anaknya itu disadari oleh Soekotjo yang menghabiskan masa tuanya sebagai pekerja sosial dan berdakwah.
Komunikasi via surat
Dari hari ke hari hubungan kedua sejoli itu kian dekat. Namun, karena Ani tinggal dan kuliah di tingkat tiga Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia (UKI) di Jakarta pada 1973, hubungan mereka lebih sering terajut melalui surat-menyurat.
Sebetulnya, yang lebih dulu senang kepada SBY adalah istri Sarwo Edhie. Maklum, sebagai komandan korps taruna, SBY sering datang ke rumah gubernur, setiap ada acara di sana.
"Ibu saya lebih dulu kenal dia, tanpa sepengetahuan saya. Ibu jatuh sayang kepada dia mungkin karena perilakunya yang santun," ungkap Ani.
Agar hubungan tetap dekat di hati, walau berjauhan tempat, pada Februari 1974, sebelum Ani berangkat ke Korea Selatan, mereka lebih dulu bertunangan.
Menikah tiga pasangan
Sayang, ketika Ani kembali ke Tanah Air satu setengah tahun kemudian, SBY justru sedang tugas belajar.
Ia tengah mengikuti pendidikan Airborne dan Ranger di Amerika Serikat.
Tak lama setelah SBY kembali dari Negeri Paman Sam, mereka sepakat untuk membina rumah tangga.
Tepatnya pada 30 Juli 1976, mereka melangsungkan pernikahan. Tiga pasangan sekaligus!
Pasangan pertama, Erwin Sudjono dengan Wrahasti Cendrawasih (kakaknya Ani). Pasangan kedua, SBY-Ani, dan pasangan ketiga, Hadi Utomo dengan Mastuti Rahayu (adiknya Ani).