Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 11/02/2016, 15:11 WIB

Ujian pertama

Pelimpahan berkas Novel Baswedan oleh Kejari Bengkulu ke PN Bengkulu menjadi ujian bagi strategi komisioner KPK itu. Di satu sisi, mereka hendak menghindari "kegaduhan" dengan instansi lain. Di sisi lain, mereka juga harus mampu menunjukkan komitmen mereka, baik di lingkungan internal KPK maupun kepada publik.

Tanpa kemampuan menunjukkan komitmen, skeptisisme publik terhadap komisioner KPK bisa berubah menjadi ketidakpercayaan. Apabila KPK tak dipercaya publik, gelombang dukungan dari masyarakat bakal menyurut. Para koruptor bakal bersiul-siul kegirangan karena mereka tinggal mendesain serangan pamungkas untuk merontokkan motor utama gerakan pemberantasan korupsi di Indonesia itu.

Di mata publik, Novel Baswedan menjadi salah satu ikon KPK. Ia dinilai sebagai figur penyidik yang andal. Namun, akibatnya, ia "dikriminalkan". Novel dijerat pasal penganiayaan atas pencuri sarang burung walet saat ia menjabat Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Bengkulu tahun 2004. Kasus ini mencuat tahun 2012 saat Novel ikut menyidik korupsi di Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri dengan tersangka mantan Kepala Korlantas Inspektur Jenderal Djoko Susilo. Kasus Novel sempat tenggelam setelah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan, Polri tak tepat menyidik Novel. Kasus ini timbul lagi seiring kegaduhan antara KPK dan Polri.

Dukungan masyarakat di dunia maya dan di ranah offline terhadap KPK selalu besar. "Serangan" terhadap KPK akan langsung dilawan netizen atau pengguna internet. Gerakan di dunia maya dengan mudah bertransformasi menjadi gerakan di ranah kopi darat. Masyarakat memahami persoalan ini dalam sudut pandang biner; hitam dan putih.

Sejak berkas Novel dilimpahkan ke PN Bengkulu, komisioner KPK mengambil sikap tegas, berada di belakang anak buahnya itu. Upaya agar kriminalisasi Novel tak berujung di pengadilan dilakukan komisioner KPK meski langkah mereka pun terkesan senyap, termasuk saat menjalin komunikasi dengan Jaksa Agung HM Prasetyo dan Kepala Polri Jenderal Badrodin Haiti.

Publik yang bereaksi atas kasus Novel juga direspons Istana. Presiden Joko Widodo memanggil Jaksa Agung dan Kapolri. Seusai pemanggilan terhadap dua petinggi penegak hukum itu, berkas Novel akhirnya dicabut kejaksaan dari PN Bengkulu. (Antony Lee)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 11 Februari 2016, di halaman 5 dengan judul "Ujian Pertama Komisioner KPK".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ingatkan Satgas, Kriminolog: Jangan Dulu Urusi Pemain Judi 'Online'

Ingatkan Satgas, Kriminolog: Jangan Dulu Urusi Pemain Judi "Online"

Nasional
Dilema PDI-P di Pilkada Jakarta: Gabung PKS atau Buat Koalisi Baru

Dilema PDI-P di Pilkada Jakarta: Gabung PKS atau Buat Koalisi Baru

Nasional
Jelang Pilkada, Baharkam Polri Minta Jajaran Petakan Kerawanan dan Mitigasi Konflik

Jelang Pilkada, Baharkam Polri Minta Jajaran Petakan Kerawanan dan Mitigasi Konflik

Nasional
PPATK Ungkap Lebih dari 1.000 Anggota Legislatif Main Judi Online

PPATK Ungkap Lebih dari 1.000 Anggota Legislatif Main Judi Online

Nasional
Bawaslu Luncurkan Posko Kawal Hak Pilih Pilkada Serentak 2024

Bawaslu Luncurkan Posko Kawal Hak Pilih Pilkada Serentak 2024

Nasional
KY Terima Laporan KPK terhadap Majelis Hakim Perkara Gazalba Saleh

KY Terima Laporan KPK terhadap Majelis Hakim Perkara Gazalba Saleh

Nasional
Belum Sentuh Bandar, Satgas Pemberantasan Judi Online Dianggap Mengecewakan

Belum Sentuh Bandar, Satgas Pemberantasan Judi Online Dianggap Mengecewakan

Nasional
Mempermainkan Hukum sebagai Senjata Politik

Mempermainkan Hukum sebagai Senjata Politik

Nasional
KPK Duga Korupsi Bansos Presiden Rugikan Negara Capai Rp 125 Miliar

KPK Duga Korupsi Bansos Presiden Rugikan Negara Capai Rp 125 Miliar

Nasional
Jadi Tersangka Korupsi, Eks Sestama Basarnas Mundur dari Kepala Baguna PDI-P

Jadi Tersangka Korupsi, Eks Sestama Basarnas Mundur dari Kepala Baguna PDI-P

Nasional
KY Prioritaskan Laporan KPK terhadap Majelis Hakim yang Bebaskan Gazalba Saleh

KY Prioritaskan Laporan KPK terhadap Majelis Hakim yang Bebaskan Gazalba Saleh

Nasional
PPATK Catat Perputaran Dana terkait Pemilu 2024 Senilai Rp 80,1 T

PPATK Catat Perputaran Dana terkait Pemilu 2024 Senilai Rp 80,1 T

Nasional
Anggota DPR Sebut PPATK Macan Ompong karena Laporan Tak Ditindaklanjuti Penegak Hukum

Anggota DPR Sebut PPATK Macan Ompong karena Laporan Tak Ditindaklanjuti Penegak Hukum

Nasional
KPK Sebut Kasus Bansos Presiden Terungkap Saat OTT Kemensos yang Seret Juliari

KPK Sebut Kasus Bansos Presiden Terungkap Saat OTT Kemensos yang Seret Juliari

Nasional
PDN Diretas, Ombudsman: Yang Produksi Ransomware Ini Harus Dicari dan Ditangkap

PDN Diretas, Ombudsman: Yang Produksi Ransomware Ini Harus Dicari dan Ditangkap

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com